"Capek nggak?"
"Nggak kok. Kita lanjut aja, lo belum dapet sepatu yang lo cari kan?"
"Yakin?"
"Iya. Yuk, disitu kayaknya lebih lengkap deh" tunjuk Ae pada salah satu toko sepatu dengan merek terkenal yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Mereka sedang hunting baju dan sepatu di salah satu pusat perbelanjaan. Awalnya tadi mereka hanya ingin makan siang di sana. Tapi Ae dan Ron malah meneruskan hunting baju untuk Ae dan sepatu untuk Ron
Ae memilih model dan warna sepatu yang beragam di salah satu rak sepatu khusus sepatu laki-laki. Ron memandang punggung Ae yang sedang mondar mandir didepan rak sepatu dan sesekali membungkuk sambil menyelipkan poni panjangnya kebelakang telinga. Tak lama, Ae kembali dengan dua model sepatu dan warna yang berbeda.
"Lo suka yang mana?"
"Kayaknya yang kanan bagus deh." Ae menatap sepatu di tangan kanannya kemudian menggeleng tak setuju
"Tapi menurut gue, lo lebih cocok yang kiri" ujar Ae sambil menunjukan sepatu di tangan kirinya
"Coba dulu aja deh" putus Ae sambil meminta pasangan sepatu di tangan kirinya pada seorang pegawai yang sedari tadi berdiri debalakang mereka. Ron mencoba sepatu pilihan Ae dan berdiri di depan cermin. Pas. Pilihan Ae ternyata pas dan cocok di kakinya. Ron tersenyum puas
"Gimana?" tanya Ae saat melilaht kedua sudut bibir Ron terangkat membentuk sebuah senyuman
"Gue ambil yang ini"
^^^
"Ae, nama temen lo yang dua itu siapa?" tanya Ron saat mereka sedang dalam perjalanan pulang
"Abigail sama Trixie?"
"Oh, iya. Sejak kapan lo berteman sama mereka?"
"Dari awal masuk sma sih. Kebetulan kita dulu satu kelas mos" Ae tersenyum sendiri mengingat betapa polos dan culunnya mereka dulu saat mos. Rambut kepang dua, tas kardus, kaos kaki bersisihan warna. Ia sungguh rindu. Namun sayang, hal itu sudah lewat dan kini ia akan segera meninggalkan sekolahnya. Mengingat itu, ia ingin tak lulus saja. Tapi masa iya, demi sekolah yang dicinta, ia rela tidak lulus?
"Kok keliatannya lo jarang jalan sama mereka ya?"
"Itu mah karena selera mereka berdua itu sama. Dan gue juga kurang suka sama bahan obrolan mereka. Trixie itu otaknya lebih kerja dari pada gue sama Abigail. Kalo Abigail lebih ke fashion. Lah gue? Gue mah gak bisa apa-apa"
"Jangan ngomong gitu. Lo bisa kok. Buktinya lo bisa pilihin sepatu yang pas dan cocok buat gue. Ya kan?" Ae merasakan pipinya menghangat. Ia tersenyum kecil dan membuang pandangan ke arah luar jendela di sebelah kirinya
"Yah, kalo sepatu doang, semua orang juga tau kalo lo lebih cocok sama yang gue pilihin"
Ron menggeleng kemudian berkata, "Gak, gak. Lo pasti ada kelebihannya kok. Percaya sama gue"
Ron menggenggam tangan kanan Ae dan membawanya ke atas paha Ron. Tangannya digenggam erat oleh Ron, seakan-akan Ron melarangnya pergi. Ae senang akan hal itu. Ia juga balas menggenggam erat tangan Ron. Mereka bertatap mata dan kemudian tersenyum. Ae merasa sudah terlalu banyak tersenyum hari ini. Dan ia bahagia karena alasannya tersenyum adalah Ron, yang kini ada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kelasku, Ketua Osisku, Pacarku
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Ombak jahat ya. Dia terus-terusan nerjang karang, bikin karangnya jadi bolong seakan-akan karang itu rapuh" ujar Danar dari belakang Ae yang entah sejak kapan berada disana "Ombak emang bikin karang jadi bolong. Tapi lihat, bolongan i...