'MISTERIOUS-MAN'

267 11 0
                                    

Tanpa sadar, Ae selalu menunggu kiriman demi kiriman yang diberikan oleh 'misterious-man'. Seperti hari ini ia sedang bertanya pada Mang Didik dan Bi Randa soal kiriman itu. Namun nihil, belum ada kiriman apapun hari ini. Ae kembali ke kamarnya dengan lesu dan duduk di sofa dadu favoritnya. Ia menatap 3 keranjang piknik dengan bentuk dan ukuran sama di bawah kasurnya

Setelah insiden pengiriman snack satu keranjang itu, minggu berikutnya Ae mendapatkan kiriman lagi. Dengan keranjang piknik pula, namun isinya bukan snack yang berlimpah. Namun miniatur tokoh Disney yang lagi-lagi berjumlah banyak dan kini ia pajang di salah satu bookshelf yang sengaja ia kosongi hanya untuk tempat miniatur tersebut. Bagaimana bisa orang ini tahu kalau Ae suka dengan tokoh Disney? Ae tertawa dan kemudian bangkit mendekati bookshelf di pojok kamarnya. Ia mengambil tokoh Jessie dalam serial film Toy Story yang merupakan salah satu favoritnya, Ae membawanya ke arah kasur dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidurnya.

Lalu, minggu ke tiga ia juga mendapatkan kiriman dari 'misterious-man' nya. Tetap dengan keranjang piknik yang didalamnya terletak 3 tumpuk novel remaja yang semuanya berhubungan dengan laut. Hal ini mengingatkannya pada Azka. Azka juga sangat suka laut. Dari dulu jika Azka sedang bete, Ae akan mengajaknya ke laut. Ae tahu betul, laut dapat mengembalikan keceriaan Azka dalam sekejap. Dalam hati ia tersenyum masam mengingat kejadian tempo hari di mall. Kemudian Ae meletakan ketiga novel tersebut di bookshelf yang masih tersisa.

Sebenarnya ia ingin sekali membaca novel tersebut sekarang. Namun, satu tugas terkutuk dari guru bahasanya membuat ia mengurungkan niat tersebut. Dengan enggan Ae melangkah ke meja belajar di samping tempat tidurnya. Laptopnya sudah menyala sejak tadi menunggu si empunya untuk menarikan jarinya di atas deretan huruf dan angka pada keyboard.

Ia sudah meneliti dari 10 temannya, tidak ada yang menyukai tugas ini sama sekali. KTI, KIR atau apalah itu, ia tak ingin tahu. Apalagi guru bahasanya ini bisa dibilang kuno. Bagaimana tidak? Dalam era teknologi canggih seperti ini, guru bahasanya memaksa muridnya membawa 7 buku tulis –padahal yang di gunakan hanya 2 buku- dan 1 buku paket yang dipinjami sekolah. Membuat tas jadi berat saja. Ia juga heran. Gurunya ini meminta muridnya mengerjkan tugas dengan tulisan tangan dan juga diketik dan di kumpulkan dalam bentuk hardcopy. Sebenarnya bisa saja Ae tak mengerjakan tugas ini, karena ia bukan anak yang pintar maupun bodoh dalam bahasa, jadi guru tidak akan memperhatikannya. Tapi ia juga mempertimbangkan nilainya nanti. Kalau ia tidak lulus hanya karena tugas terkutuk ini, bagaimana?

Dulu pada saat smp ia juga pernah mengerjakan tugas ini dan dipresentasikan sebagai ujian praktik. Dan itu pun, ia harus dibantu oleh seorang kakak kelas yang sangat baik hati. Namun sayangnya, ia tak tahu dimana keberadaan kakak kelasnya itu. Namanya Kak Ezha. Dulu ia sempat menyukainya, tapi begitu tahu Kak Ezha sedang berpacaran dengan Kak Tari –pacarnya waktu itu- ia mundur dan berusaha menghilangkan perasaanya. Namanya juga cinta monyet, pasti perasaannya langsung hilang begitu saja. Ae langsung bisa move on waktu ketemu sama Azka.

Tapi sekarang, Ae masih kepikiran sama kiriman dari 'misterious-man' nya. Kemana 'misterious-man' nya? Kenapa hari ini tak ada kiriman apapun? Apa jangan-jangan 'misterious-man' nya lagi bokek? Atau bangkrut?

Tokk! Tokk! Tokk!

"Non, ini Bi Randa" ujar Bi Randa dari luar

"Kenapa bi?"

"Non, ini ada-"

"Ada apa bi? Ada kiriman lagi? Mana-mana?" sambar Ae begitu membuka kunci pada pintu kamarnya

"Bukan non. Ada temennya non di bawah"

"Oh, gue pikir ada keranjang piknik lagi" ujar Ae pelan

"Cewek atau cowok bi?"

"Cowok, non. Tadi bibi suruh duduk di ruang keluarga gak papa ya, non? Ya udah, bibi ke bawah dulu ya" Ae mengangguk. Ia melirik bajunya sekilas. Masih pantas kok. Ae turun kebawah dan berhenti di tengah-tengah tangga. Ae mengerjapkan matanya beberapa kali. Sedetik kemudian, ia berlari kembali ke kamarnya dan mengunci pintunya.

Ia segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Dalam 5 menit ia sudah selasai mandi. Ae membongkar lemarinya. Ia mengambil celana jeans biru donker panjang dan juga turtle neck lengan pendek berwarna putih

Dengan secepat kilat- lagi – ia memoleskan bedak tipis dan juga lipgloss. Selesai. Ae tersenyum dan kemudian turun ke bawah

"Lo nunggu udah lama?" tanya Ae begitu melihat Danar dengan tampang bete yang sedang memainkan ponselnya sambil bersandar malas di sofa ruang keluarganya

"Menurut lo?"

"Yah, mana gue tau. Lagian lo dateng ke rumah gue pas jam-jam gue lagi ritual di kamar mandi" ujar Ae sedikit berbohong. Lagi pula ia pasti malu mengakui semuanya. Hehe.

"Jam segini? Lo baru mandi? Gila! Cewek apaan lo?" Ae melirik ke arah jam dinding. Jam sebelas lebih duapuluh menit

"Maklum lah, gue tuh udah kelas dua belas. Jadi wajar dong gue belajar sampe malem dan bangunnya kesiangan."

"Yakin lo, belajar sampe malem?"

"Yakin lah. Oh iya, lo kesini ngapain?"

"Gue tuh kesini cuma mau ngembaliin novel lo yang kemaren kebawa di motor gue" Danar mengeluarkan satu plastik toko buku yang tempo hari ia kunjungin bersama Danar. Ia juga lupa bahwa novelnya tertinggal di motor Danar

'Yah, kirain mau diajak jalan. Padahal gue udah cantik begini masa ga diajak jalan sih?'

"Waktu itu mau gue balikin, tapi guenya keburu berangkat ke Manado buat lomba." Memang 3 minggu kemarin, Danar diikutkan sebuah lomba oleh pihak sekolah. Jadi selama 3 minggu itu pula ia tak bertemu Danar. Tak melihat Danar dalam waktu lama, sepertinya wajahnya sedikit berubah

"Oh" jawab Ae kelewat singkat. Ia tak sadar bahwa suaranya pun berubah.

Danar mengerutkan keningnya. "Lo kenapa Ae?"

"Ha? Gue gak papa kok. Emang gue kenapa?"

"Oh, gue tau. Lo pasti udah dandan kayak begini terus berharap gue ajak jalan kan? Ya kan? Ya kan?" alis Danar naik-turun berusaha menggoda lawan bicaranya

"Ng-nggak. Siapa bilang?"

"Gue barusan"

"Ih, bodo ah. Males gue sama lo" Danar makin terkikik melihat wajah Ae yang bertambah masam

"Ya udah, yok"

"Ngapain?" tanya Ae dengan pipi kemerahan. Ia malu. Ia merasa dirinya terlalu ge-er akan diajak jalan oleh Danar. Oh Tuhan! Betapa bodohnya aku. Sesal ae dalam hati

"Katanya mau diajak jalan. Ayo!"

"Yang bilang gue minta diajak jalan itu siapa?" tanya Ae berusaha melawan rasa malunya

"Udah ga usah ngeyel. Cepet ambil tas lo terus kita jalan"

"Maksa banget, sih" ujar Ae tak suka, tapi ia tetap berjalan berbalik kekamarnya untuk mengambil tas dan sepatunya

'Dasar cewek!'

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang