TEMAN?

67 2 0
                                    

Ae melihat jam tangannya sekali lagi. Ae datang lebih awal. Entah kenapa. Ia duduk di bawah pohon di pinggir pantai sambil terus mencocokkan foto terakhir yang dikirim orang tersebut dengan laut di depannya. Sama. Itu artinya Ae tak salah. Pasti tempat inilah yang dimaksud.

Hati Ae sudah berdebar dari tadi. Ia terus menerka-nerka kira kira siapa dalang dari semua ini.

Langit mulai menggelap, matahari juga terlihat jelas sedang menenggelamkan dirinya malu-malu. Semburat jingga kuning dan orange menghiasi langit dengan begitu cantiknya.

Ae sadar ketika ada orang yang menghalangi pandangannya di depan. Seorang laki-laki sedang membelakanginya tepat di depannya. Hanya berjarak sekitar 10 meter.

'Kok, familiar ya?' Ae bertanya pada dirinya sendiri.

Lama lama Ae gemas sendiri karena pandangannya terganggu. Ae berdiri dan menghampiri laki-laki tersebut.

"Permisi," Ae menepuk bahunya pelan hingga laki-laki itu menoleh. Seketika ingatan Ae melayang.

"Permisi, tempat ini kosong, kan?" Tanyanya saat debat calon ketua osis kepada Ae sambil menunjuk kursi disebelah Ae.

~~

"Ae, Danar! Habis ini kalian, cepat!"

~~

"Nanti kalau udah milih, kertasnya masukin kotak di sana terus celup tinta ya," ujarnya saat memberikan kertas pemilihan pada Ae yang akan masuk ke bilik suara.

~~

"Lo, satu sekolah sama gue, kan?" Ia mengangguk. Ae pun ikut mengangguk.

"Lo sendirian aja?" Ae bertanya lagi

"Iya, lo pasti sendirian juga,"

"Kok tau? Cenayang ya?" Canda Ae sambil tertawa.

"Kan gue yang nyuruh lo kesini," jawabnya enteng.

Ae diam sebentar, pikirannya belum konek. Seperti biasa, matanya membulat dan telunjuknya mengacung ke arah laki-laki tersebut.

"Lo-anu? 'Misterious-man'? Tanya Ae pada akhirnya

Alis laki-laki itu mengerut, "Misterious-man? Lo bikin panggilan kaya gitu buat gue?"

"Ya maaf, kan gue belum tau nama lo,"

Laki-laki itu tertawa kecil, "Gapapa, btw iya, gue yang ngirim itu buat lo, suka ngga?"

"Suka kok, makasi ya," dia mengangguk. Keadaan berubah canggung. Saat Ae ingin berbicara, dia sudah terlebih dahulu memulai pembicaraan.

"Duduk di tempat lo tadi aja yuk, bakal panjang soalnya,"

"Oke," hanya itu jawaban Ae, dia bingung. Tapi syukurlah kalau laki-laki itu mengerti.

Mereka duduk tepat di tempat Ae menunggunya tadi.

"Jadi, gue Diaz. Gue anak osis kalo lo inget. Gue juga seangkatan sama lo. Dan, alasan gue ngelakuin semua itu, karena gue suka sama lo. Udah dari lama. Cuma baru baru ini aja gue dapet ide kayak gitu. Lo engga keberatan kan?"

Ae tertawa kecil, ia merasa heran. Ternyata ada juga yang suka sama dia, "Actually, kalo keberatan si engga. Tapi, gue suka merinding kalo tiba tiba kiriman lo dateng. Apalagi waktu lo ngasi foto gue," Ae tertawa lagi.

"Tapi, asal lo tau juga, gue selalu excited nungguin kiriman lo. Waktu lo break ngirimin keranjang itu, gue sempat mikir kalo lo uda gasuka lagi sama gue, atau bahkan lo bangkrut," Ae tertawa lebih keras mengingat kebodohannya. Dia juga ikut tertawa. Hingga akhirnya mereka terdiam lagi.

"Sorry kalo gue terkesan jadi penguntit lo. Bukan itu maksud gue. Gue cuma pengen liat lo terkesan sama gue, dan," dia ngga ngelanjutin kalimatnya.

"Dan?"

"Dan selama gue merhatiin bahkan ngikutin lo. Gue tau kalo gue uda gapunya kesempatan. Gue tau lo naruh hati sama ketua osis itu, kan?" Ae tersenyum samar

"Jadi maksud gue sekarang, gue cuma mau nunjukin diri gue ke lo. Gue pengen lo tau aja, siapa gue, dan apa maksud gue."

Ae mengangguk, ia sudah tak enak hati sejak Diaz mengungkapkan perasaannya. Tapi untung dia mengerti, "Makasi banget lo uda suka sama gue, makasi atas semua yang uda lo lakuin dan lo kasih buat gue. Maaf karena ga bisa ngebales perassan lo" Ae mencicit diakhir kalimatnya.

"It's ok. Tapi, seenggaknya kita bisa temenan, kan?"

"Of course, kita temen," Ae tersenyum.

Hingga matahari menghilang sepenuhnya dan digantiikan oleh bulan. Suara deru ombak terus menjadi backsound canda dan tawa Ae serta Diaz.

Mengikhlaskan bukan suatu hal yang buruk bukan? Selama perasaan lo benar benar ikhlas, pasti ada sesuatu yang akan menggantikannya. Dan percayalah, hal itu ga kalah indah dari apa yang lo ikhlaskan.

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang