1.4

216K 7K 36
                                    

Lagu heathens-twenty one pilots mengalun perlahan dari radio mobil Zaky, membuatku makin merinding karena hening dan atmosfer lagu.

Aku hanya duduk tenang menghadap lurus ke depan tanpa memperdulikannya.
Ya... Kita baru saja bertengkar tadi saat mampir di rumahku untuk mengambil barang-barang miliku untuk pindah.

"Sampe kapan lo mau diem?" dia ternyata tidak tahan dengan keadaan seperti ini.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku tidak peduli.

"Cuma gara-gara gue pegang daleman lo, gue lo diemin?" dia membahas hal itu lagi.
Arghh... dia gak tau apa aku malu banget! Secara benda pribadi aku di pegang-pegang.

"Gak usah di bahas. Biasanya juga kita gak ngomong!" kataku ketus.

Zaky kemudian diam.

Aku juga diam.

"Hm... Gue minta maaf kalo gitu" katanya melirik ku dari ekor matanya. Aku hanya mengangguk.

"Sekarang lo ngomong sesuatu kek, gue jadi ngantuk kalo diem gini." Aku masih menatap ke luar jendela mobil mengamati langit yang tiba-tiba berubah menjadi mendung.

"Kita makan malam di rumah aja deh ya?" aku menoleh ke arahnya. Dia hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah sampai di rumah milik nenek Zaky, kita langsung menata beberapa barang dan baju sehari-hari. Setelah itu kita berlanjut dengan sholat ashar berjamaah di kamar kita.

Ya... Kamar kita.

Rumah ini hanya mempunyai 3 kamar. Sedangkan 2 kamar itu terkunci dengan password, yang sengaja di lakukan oleh ayah zaky.
Sungguh menyebalkan.

Aku dengan semangat berlari ke arah dapur, ya perutku sudah tidak bisa untuk diajak kompromi lagi.

Lapar tingkat dewa...

Beberapa menit aku memotong ikan, Zaky sudah menghampiriku didapur.

"Gue boleh bantu gak?" Tanyanya kemudian.

"Boleh!" kataku sambil tersenyum.
Aku memberikan pisau yang kupegang kepadanya, dan aku bergeser untuk mengecek sayur sop ku.

"Sya, gue boleh tau tentang lo?" aku menatap zaky bingung.

"Tentang gue?, maksudnya?"
Kataku tidak paham.

"Yaa... Cerita tentang lo, Kehidupan lo, keluarga lo, apa yang lo suka, makanan favorit, warna favorit, ah... Masa lalu lo juga boleh!" dia berhenti memotong sejenak.

"Oh... Tentang gue? Eh gue baru inget sebenernya gue punya abang!" kataku sambil meliriknya.

"Oh ya? Tapi kok gak dateng waktu kita nikahan ya?"

"dia lagi belajar di pesantren." kataku lirih sambil memasukan garam ke sayur.

"Hah... Pesantren?!" aku hanya mengangguk dan segera mematikan kompor.

"Abang gue juga di jodohin sama kaya gue, tapi bedanya abang ngotot banget pengen masuk kepesantren, alasannya biar gak nikah muda dulu kayak gue." aku mendekat ke arahnya dan mengambil ikan yang sudah dia potong.

"Kenapa harus masuk pesantren? kan asrama juga bisa kalo alasannya cuma itu doang?" dia melirikku sekilas.

"Gue juga gak tau sih. Mungkin emang udah niat? Nggak tau lagi deh, eh itu tolong ambilin minyak di situ Zak!". Dia mengangguk lalu beberapa detik setelahnya memberikan minyak padaku.

"Terus kalo lo?" balasku kepadanya.

"Gue anak tunggal tapi punya sepupu, seumuran juga."
Aku hanya mengangguk dan bergumam kata terus.

Nikah Muda Banget*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang