1.7

188K 7.8K 107
                                    

Aku melangkah dengan santai ke arah kantin, setelah ke toilet sebentar aku berinisiatif menjemput Jila dan Lail yang sudah berada di sana duluan.

"Sya sini!" aku memutar kepalaku ke arah suara cempreng dari salah satu meja, aku tersenyum dan mendekat ke arah meja Lail.

"Mau makan?" tanya Jila saat aku sudah duduk tepat di depannya.

"Nggak, tadi udah makan sama Za--" aku menghentikan ucapanku.

"Sama Za? Siapa?" Lail menatapku bingung. Tamat riwayat lo Sya...
Batinku menyela.

"Ini baksonya mbak!" kata mbak-mbak pengantar makanan yang datang tiba-tiba.

Alhamdulillah ya allah, kau menyelamatkan hamba, batinku.
"Sya?" tanya Lail lagi.

"Sama Zara tetangga gue di rumah!" Lail mengangguk-angguk mengerti dan beberapa detik kemudian dia sudah memakan baksonya lahap.

Aku jadi inget sama Zaky, kalo mau makan gini.
Tadi malam setelah aku mandi dia menyusul ke meja makan untuk makan bersama.

Tapi entah apa yang di pikirkan Zaky. Dia menarik pinggangku dengan tiba-tiba, membuatku berbalik ke arahnya cepat. Dia memeluk pinggangku erat dan membenamkan kepalanya di leherku, membuatku menegang dan merasakan rasa sesak itu lagi.

Aku mematung, jujur kita tidak pernah berpelukan seintens ini sebelumnya. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya sama cepat dengan detak jantungku.

Efeknya aku hanya diam tidak membalas pelukannya, nafasnya yang menerpa kulit leherku memberi efek yang lebih aneh lagi, perutku rasanya seperti sedang menari.

Zaky mulai mencium leherku, naik ke rahang, pipi, dan yang terahir mencium kilat bibirku.
Demi allah, aku benar-benar merinding.
Bahkan nafasku telah tertahan saat Zaky mencium leherku tadi.

"Maaf in gue ya Sya?!" aku menatap Zaky yang belum melepas pelukannya dengan bingung.

"Maksudnya?" mungkin rautku sudah menunjukan tanda tanya yang besar.

"Maaf in gue, gara-gara gue tangan lo kayak gitu!" dia menempelkan dahi kami, tangan kirinya menyentuh tanganku yang terluka , dan tangan kanannya masih Setia memeluk pinggangku.

Tatapan Zaky sayu, menatap lurus ke dalam bola mataku lebih dalam lagi. Aku memejamkan mataku sekilas dan membukanya.

"Itu bukan salah lo Zaky! Elo kan gak ngapa-ngapain gue, salah dari mana coba!" aku menggeleng membuat hidung kami bergesekan, dia tetap menatapku.

"Sekarang kita makan!" aku berusaha melepas pelukan Zaky dengan halus tapi.

"Eitss bentar dong Sya!" oh tidak, Zaky yang asli balik lagi nih.

"Gak mau lanjutin yang tadi!" aku terbelalak, menggeleng tegas.

"Gak mau!" aku mendengus, saat lagi-lagi Zaky mengeratkan pelukannya.

"Zaky!!! Lo gak puas ngerebut firs kiss gue! Untung lo suami gue, kalo gak lo udah mati!"

"Sya... Istriku yang manis yang tadi itu udah bukan first kiss lo lagi, itu yang ke sepuluh kalinya kalo gak salah!"

Aku lagi-lagi melebarkan kedua mataku , dan reflek langsung menarik rambut yang ikal dan berantakan itu dengan ganas.

"Lo cium gue diem-diem Zaky!! Lo asu!!!"

"Ah.... Sya.. Sya... Sakit bego! Ah...!" ucapnya lantang.

"Rasain! salah lo lancang!" aku melepas tanganku dari rambutnya dan langsung masuk ke kamar.







Nikah Muda Banget*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang