Epilog

187K 4.5K 355
                                    

Pagi itu di Bulan Desember, disalah satu apartemen mewah di kota london. Zaky terlihat sibuk didapur menyiapkan sarapan untuk istrinya.

Well, mereka sudah mulai tinggal di sana empat tahun lalu. Saat itu Zaky dan Sya telah menyelesaikan S1 mereka, dan Zaky sangat tidak sabar untuk membopong Sya untuk ikut dengannya melanjutkan S2 nya di inggris. Tanpa dugaan, Zaky memberikan hadiah sebuah restoran kecil di pinggir kota london untuk istrinya. Tentu saja Sya senang. Dengan kenekadan penuh Sya membuka restoran khas masakan Indonesia disana. Dan lumayan mereka telah mengelola 21 cabang di negara Inggris, di tambah 3 di Prancis dan Belanda.

Sya memang sangat senang memasak makanan Indonesia dari mereka awal menikah, dan saat usahanya menjadi sukses siapa yang tidak senang dengan hal itu, tapi sayangnya Sya sedang rehat dengan kegiatannya mengawasi restoran atau menyiapkan rempah-rempah didapur.
Dia sedang hamil dan Zaky mulai sangat protektif padanya.

Kembali lagi di kegiatan Zaky yang sedang memasak.
Dia tidak mau merepotkan istrinya yang tertidur lelap dengan perut yang sudah mulai membesar itu lagi. Takut istrinya itu akan kelelahan walau hanya sedikit saja.

Peluh mulai menetes dari pelipisnya saat ia menggoreng ayam lada hitamnya, dengan sangat kehati-hatian yang extra dia mencoba untuk membaliknya dengan dahi mengkerut.
"Serius banget kalo masak?" suara lembut istrinya mampu memecah konsentrasinya dalam sekejap. Demi melihat calon ibu yang sedang menguap di pinggir meja makan.

"Pagi..." balas Zaky tidak nyambung. Sya mulai berjalan kearah suaminya dan memeluknya manja dari belakang.

"Laparrr..." ucap Sya sambil menggesekkan hidungnya pada punggung polos Zaky. Yah kebiasaan yang berubah dari Zaky saat ini. Dia akan shirtless jika beranjak tidur.

"Duduk tenang di meja makan oke?! aku akan menyelesaikannya dengan cepat." ucap Zaky masih sibuk dengan kegiatannya. Sya memanyunkan bibirnya dan terpaksa menduduki salah satu kursi di meja makan.

"Pagi jagoan mama, kamu lapar ya?" Zaky tersenyum haru melihat istrinya yang sedang berbincang dengan perutnya, yah... Usia kehamilan Sya sudah memasuki Bulan ke 9, wajar saja Sya sering berinteraksi dengan bayinya seperti ini. Dia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya yang terlalu senang saat Sya mengelus perut buncitnya dengan senyuman lebar dibibirnya.

"Dia bergerak lagi?" tanya Zaky saat dia menaruh semua masakannya di meja, beralih berlutut di depan Sya yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Dia sering nendang saat mau sarapan atau waktu kamu ngomong!" Sya tersenyum lembut lagi-lagi membuat detakan jantung Zaky makin kualahan.

"Kamu ada pertemuan jam 10 nantikan Zak?" tanya Sya tiba-tiba saat sedang sibuk menciumi perut istrinya. Zaky mengangguk malas.
"Tapi aku nggak akan datang!" balas Zaky tenang.

"Kenapa? Itu kan urusan penting tentang restoran kita. Kamu harus datang dong....!" ucap Sya yang langsung disambut kernyitan dahi Zaky.

"Bagaimana aku bisa pergi saat istriku sedang hamil besar dan akan melahirkan? Nggak. Aku tidak akan pergi!" Sya hanya menghela nafas, sejak kandungannya berumur 9 bulan, Zaky memang sudah menolak untuk pergi ke restoran. Entah apa yang membuat suaminya begitu khawatir untuk meninggalkannya sendiri. Padahal dia tidak apa-apa.

"Zaky... Kalo kamu nggak ke restoran. Kita dapat uang dari mana? Biaya rumah sakit di london mahal. Aku juga udah nggak kesana tiga bulan yang lalu, kita mau bayar persalinan pakek apa? Emang kamu punya uang tabungan. Terus- "

"Iya Sya iya, aku pergi! Cerewet!" balas Zaky sambil melangkah meninggalkan Sya, takut merasakan cubitan dahsyat dari istrinya lagi.

"Zaky ih...!"



Nikah Muda Banget*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang