1.15

125K 4.2K 49
                                    

Aku memandang rey dengan gelisah, jujur rasa rindu dengannya masih ada. Apalagai saat melihat senyumannya.
Tapi aku bisa apa?
Dia sudah menyakiti sesuatu yang paling penting dalam tubuhku, hati gak akan bisa mengelupain kenangan yang sangat pahit. Meskipun sudah memaafkan dan mengikhlaskan.

"Sepurane sya!"(maaf sya) ucap rey lirih. Aku hanya mengangguk.

"Aku wes nyepurani rey, ket biyen malah!"(aku udah maafin rey, dari dulu malah)

"Bisa gak pakek bahasa Indonesia aja?!" zaky yang duduk di sebelahku, memutar matanya malas. Aku hanya terkikik dan kembali melihat rey.

"Tapi aku gak percaya kalo kalian udah nikah, atau ini akal-akalan anak kota itu!" zaky mendengus dengan kasar.

"Kalo gue ngomong abal-abal pasti sya ngebantah omongan gue, lo liat kan sya diem aja waktu gue ngomong dia istri gue! So lo kurang percaya?" aku melihat mereka berdua bergantian.

"Em... Intinya rey, kita udahan sampek disini, sorry aku gak bisa jadi sahabat dan pacar kamu yang baik!" aku memandang raut wajah rey yang kecewa.
Please rey jangan sedih!.

"Kalo gak ada yang penting lagi kamu pulang, udah malem!" aku meninggalkan ruang tamu dengan mata yang berkaca-kaca, semua kenangan masa lalu yang berusaha kututup rapat-rapat itu kembali memenuhi kepalaku.
Saat aku dan dia tertawa bahagia bersamanya, saat rasa nyaman menyeruak masuk kedalam dadaku, saat aku terpuruk sendiri saat mengatakan dia akan pergi.
Semuanya membuatku kembali merasakan sedih itu.

"Sya... Hei.. Dia udah pergi! Ada gue!" aku menatap zaky yang duduk di lantai sambil menggenggam tanganku.

"Dia... Hiks... Temen gue pertama kali... Hiks... Yang pertama kali ngenalin gue apa itu dunia luar! Dia temen sekaligus Cinta gue yang paliiinggg gue... Hiks!"
aku menangis tersedu-sedu. Teman, Cinta, saudara, guru... Semuanya ada di rey, dia orang yang memberiku banyak pengalaman setelah nenek.

"Sya... Tenangin diri lo! Ada gue! Lo gak sendirian meskipun gak ada dia!" zaky memeluk tubuhku erat. Menghantarkan rasa nyaman dan hangat bersamaan.
Aku diam meskipun mataku masih mengeluarkan air mata, bahuku bergetar hebat.
Zaky maafin gue!.












.













Aku membuka mataku saat tangan seseorang mengelus pipiku lembut, sinar matahari langsung menyambutku yang berangsur memperlihatkan wajah zaky.

"Sorry, gue buat lo bangun ya?" zaky tersenyum hangat membuatku ikut tersenyum.

"Jam berapa zak?" aku berusaha bangun dari tidur sebelum tangan zaky menarikku lebih erat lagi, membuatku menindih badannya yang keras.

"Jam 7, lo kecapean habis nangis tadi malam!" aku hanya mengangguk dan menenggelamkan wajahku di dada bidang zaky.
Entahlah hari ini aku sangat malas untuk beranjak menjahui zaky.

"Gak mau sarapan?" zaky mengelus rambutku lembut. Aku menggeleng pelan.

"Nenek tadi nanyain loh!" aku dengan cepat mendongak menatap zaky, dan segera berdiri.

"Mampus! Nenek gimana zak? Ah... Lo sih gak bangunin gue, belum sholat subuh juga!" aku segera menguncir rambut sebahuku dan keluar dari kamar menemui nenek.
Tapi belum sampai aku keluar sepenuhnya dari kamar, suara tertawa seorang laki-laki membuatku kembali masuk kedalam kamar.

"Ada apa sya?" zaky yang masih rebahan di atas tempat tidur mengernyit heran.

"Ada tamu! Mana jilbab gue zak?!" zaky berdiri dari posisi tidurnya, dan memberikan jilbabku yang entah dia temukan dari mana.

Nikah Muda Banget*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang