1.18

113K 4.1K 155
                                    

Aku menggeliat dalam tidurku, merasa tidak nyaman dalam posisiku dan memutuskan untuk membuka mata.
Aku mengernyit heran, aku sedang berada ditempat tidur tapi aku merasa menindih sesuatu.

"Akh...!" aku memekik tertahan dan segera membekap mulutku. Aku menduduki perut zaky, dan dia bertelanjang dada. Aku segera mengecek baju yang kukenakan.
Huh... Syukurlah, semua masih ada pada tempatnya.

Dasar manusia satu ini, pintar sekali membuatku terkejut. Aku mendengus masih memandangi zaky yang berada di bawahku, rasa sesak dan kecewa kembali menggerogoti hatiku.

Kejadian kemarin benar-benar membuat batinku kacau, aku mengangkat tanganku meraih rahangnya yang tegas mengelusnya lembut, aku jadi merasa tidak berguna jika seperti ini. Aku gak bisa punya anak dan gak bisa memberikan apa-apa buat Zaky.

Apa aku harus relain dia nikah lagi di masa depan? gak! Gak mungkin! Aku gak rela kalo Zaky sama cewek lain. Ah... Aku harus apa!!!.
Aku menenggelamkan wajahku di dadanya, hawa hangat dan detak jantung Zaky mulai membuatku nyaman.

"Gue gak rela bagi lo sama yang lain, tapi gue juga pingin lo bahagia!" ucap ku lirih. Tiba-tiba sebuah tangan mengelus rambut sebahuku lembut.

"Gue juga gak rela, lo manja-maja sama cowok lain!" suara serak Zaky membuat ku mendongak, aku pasti mengganggu tidurnya.

"Aa... Sorry gue bikin lo bangun ya?" aku ingin turun dari tubuhnya tapi dia memeluk pinggangku posesif, membuatku diam.

"Gak usah merasa bersalah, atau merasa ngerepotin gue, atau merasa ngecewain gue, apapun yang bisa ngebuat lo berfikir yang enggak-enggak!
Gue sayang lo sya, dan lo juga sayang gue, dan gue percaya lo gak bakalan ninggalin gue karna lo berfikir yang enggak-enggak!" Zaky lagi-lagi menatapku dalam-dalam, membuatku menunduk.

Mataku memanas, sejak kemarin siang aku memang lebih sensitif.
Ah... Aku mulai jadi sya yang cengeng!.

"Hei... Hei, jangan nangis lagi... Gue kan bilang kita ngelaluinnya sama-sama, kita udah janjikan kemarin," zaky merubah posisinya menjadi duduk, mengangkat daguku untuk menatapnya.
Aku mengangguk samar, memilih melepaskan pelukannya dan berjalan menuju ke kamar mandi. Aku masih butuh waktu untuk sendiri zaky.











.













Suasana di meja makan sangat sunyi, hanya di dominasi oleh suara helaan nafas dan kunyahan makanan di dalam mulut. Zaky makan dengan seperti biasa, sesekali melirik ke arahku yang hanya memakan beberapa suap saja.

"Makan yang banyak sya!" suara Zaky terdengar menggema, aku hanya membalasnya dengan mengangguk seadanya.
Sungguh, aku sangat malas melakukan aktifitas apapun saat ini apalagi dengan makan.

"Sya...,"

"Gak mau zaky!"
aku berdiri tiba-tiba, membuat suara decitan antara kursi dan lantai terdengar keras, meninggalkan Zaky yang menghela nafas berat.















.


















Malam harinya, semua para orang tua kembali berkumpul di rumah kami, entah apa yang mereka bicarakan yang pasti Zaky memintaku tertidur lebih cepat dari biasanya. Bahkan dia sampai menggantikan menggelus rambutku dan memelukku erat.

"Zaky? Ada apa sih? Mereka ngomongin apa?" aku mendongak melihat Zaky yang memejamkan matanya.

"Hm? Mereka cuman mau pastiin lo baik-baik aja, sekarang tidur yah gue udah ngantuk!"
Aku menatapnya bingung, masih belum puas dengan jawabannya.

"Tapi Zak--"

"Ssttt... Sekarang tidur, lo tadi gak sempet istirahatkan! Good night Sya!" aku menghela nafas dan mengikuti perintah Zaky, menutup mataku sampai memasuki alam mimpi.












.


















Aku menggigil kedinginan dalam tidurku, berniat mencari selimutku yang berada dilantai sampai mengetahui tidak ada Zaky di sampingku.

Kemana dia?

Aku duduk, mengumpulkan nyawa dan melihat ke arah jam dinding. Sudah jam setengah dua belas malam, dan kemana perginya zaky?.
Dan tidak sengaja melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka, mungkin dia ke dapur?
Aku keluar kamar dan mendengar suara perdebatan kecil di ruang tamu, aku berhenti saat mendengar ayah zaky mengatakan perceraian. Ada apa sebenarnya?!

Aku mengendap-ngendap, berjalan sepelan mungkin dan bersembunyi di belakang rak buku milik nenek zaky. Aku menyadari sesuatu, zaky dan orang tuanya berdebat panjang, aku bisa melihat daribwajah mereka yang sangat serius dan aku memutuskan menajamkan pendengaran.

"Gak pa! Gak! Aku gak akan cerai in sya!"

Aku terhenyak, bercerai.
Aku mengambil nafas pelan dan mengeluarkannya. Baiklah kuatkan dirimu sya, dengarkan semua ini sampai selesai.

"Zaky... Tidak ada cara lain, kamu harus punya penerus!"
Papa zaky bersih keras.

"Hah! Penerus?! Buat jadi babu papa buat ngurusin perusahaan sialan itu? Gak! Sekali zaky bilang gak seterusnya akan enggak!"

Mataku sudah berkaca-kaca, benar. Keluarga zaky butuh penerusnya, mama dan papa zaky butuh cucu sedangkan aku tidak bisa punya anak. Hah! Alasan yang masuk akal untuk berpisah.

"Zaky tolong... Papa dan mama ingin punya cucu! Kamu gak boleh egois!"

"Dan sya butuh aku ma, aku juga butuh sya! Kalian juga egois! Kalo kalian emang pengen punya cucu oke aku akan adopsi anak dari panti asuhan! Dan gak ngelibat in hubangan ku dan sya!"

Aku menghapus air mataku yang lolos dengan cepat, hati ku campur aduk. Aku ingin menuruti papa dan mama zaky, tapi aku juga tidak ingin berpisah dari zaky.

"Gak semudah itu zaky, mama gak bisa nerima cucu kalau bukan dari darah dagingmu!"

"Terserah mama, yang penting aku dan sya gak akan bercerai! Udah cukup kalian ngatur hidup aku seperti seorang tuhan, sekarang aku yang akan ngurusin hidupku sendiri!"

"Enggak zaky! Kalian akan tetap bercerai! Papa akan carikan calon istri yang baru untukmu, yang pasti dia bisa hamil!"

"Kita lihat rencana siapa yang akan berhasil!"

Lututku lemas, air mataku tak terbendung lagi. Sakit! Seperti ratusan pisau yang menancap di jantungku rasanya perih dan sesak.
"Sya..."
Suara zaky menyadarkanku, aku berbalik berlari menuju kamar dan menutupnya dengan keras.
Aku menangis lagi, lebih keras dari kemarin, pintu di belakangku di ketuk dengan brutal oleh zaky.
Tidak, tidak, tidak!
Biarkan aku sendiri saat ini zaky kumohon, suara hati ku lirih.
Hancur semua pertahananku setelah ini.
Setelah mama dan ayah, rei, sekarang? zaky!.

Haha! Gue emang gak pantes di sayangi.

Nyatanya aku tidak ingin zaky pergi, nyatanya aku tidak bisa merelakannya, nyatanya aku terlalu lemah untuk meyakinkan mereka.
Aku terduduk menekuk kakiku dan menenggelamkan wajahku di sana, ayo keluarkan semuanya sya! Dan bersikap baik-baik saja setelah ini.

"Sya biar gue masuk!" dia berhenti menggedor pintu tapi aku tau dia masih di sana, menatap pintu kamar kita dengan pandangan sedih khas zaky.

"Gue butuh sendiri zaky!!!" aku berteriak kencang, tanpa suara bergetar atau serak, menandakan aku baik-baik saja.

"Gue tetep di sini, di depan pintu kalo lo butuh gue!" dia balas berteriak, aku tersenyum di sela-sela kegiatan menangis ku.

See, bahkan kau tidak bisa menghiraukannya.
Ucap hati kecilku.





















Haha... Mereka mau cerai tuh, gak mau ada yang jadi hakimnya?.
Btw aku udah berusaha update cepet nih, mungkin chapter depan bakalan lama. Iya udah mulai sibuk nih.... Jadi mohon bersabar untuk menunggu zaky nikah lagi *di tabok zaky*😂.

So don't forget vote and coment😀😁😂

10, jul 2017

Nikah Muda Banget*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang