Satu : INGGRIS

770 35 2
                                    

Oxford, University.

    
   Salah satu universitas favorit di Inggris, tidak hanya Inggris bahkan dunia. Oxford university, banyak mimpi terukir disini, termasuk mimpi seorang gadis asal Jakarta, Indonesia. Laras Anisa Humaina.

    "Hallo assalamualaikum bun" ucap seorang gadis mengangkat teleponnya, membuka pembicaraan.

    "Hallo sayang, waalaikumsalam. Apa kabar nak? Bunda kangen sama kamu" ucap seseorang di seberang sana.

    "Aku baik bun. Aku juga kangen sama bunda. Bunda sehat-sehat ya disana. Apa kabar ayah bun?" tanya gadis itu, mulai mengalihkan pandangan ke arah London tower bridge.

     "Iya sayang, ayah sehat kok disini. Kamu lagi dimana?" tanya bunda dari gadis itu, Laras.

      "Alhamdulillah. Laras lagi di London bridge bun."

       "Ohya? Sayang, kemarin Adrian kerumah. Dia tanya kamu kemana? Dan bagaimana kabar kamu? Adrian akan tunangan sekitar 6 bulan lagi, Adrian harap kamu bisa datang"

        Gadis itu kehilangan kata-kata, Adrian. Satu nama yang mampu membuat nafasnya tercekat. Laras menghela nafasnya perlahan. "Laras akan usahain bun. Sudah dulu ya bun, Laras mau ke Oxford lagi. Assalamualaikum bunda" ucap Laras menutup sambungan telepon.

      "Iya sayang, hati-hati waalaikumsalam" jawab bunda Laras. "Maafin bunda Laras, bunda tau. Tapi bunda harus menyampaikannya sama kamu. Semoga kamu bahagia selalu nak" gumam bunda Lidya -bunda Laras- bunda menghela nafas, ia sudah tahu putri nya akan bersedih soal berita itu, tapi bagaimana lagi? Ini sudah jalan Tuhan.

***
    Laras membuka laptopnya, ia berbohong pada bunda. Sebenarnya ia masih betah di sini, menikmati indahnya pemandangan London tower bridge sambil menikmati secangkir teh hangat. Laras menatap homescreen laptopnya ini. Dua orang remaja SMA yang terlihat sangat bahagia. Gadis dalam foto itu -Laras- terlihat sedang tersenyum bahagia memamerkan jajaran gigi putihnya. Sementara pemuda dalam foto itu -Adrian- sedang menggenggam tangan Laras, dengan ekspresi tak kalah bahagia lebih bahagia dari pada anak kecil yang menang lotre.

     Laras tersenyum melihat foto itu, mereka terlihat bahagia. Laras & Adrian. Dua orang yang 'katanya' tak bisa terpisahkan. Itu hanya 'katanya', buktinya saat ini mereka terpisahkan oleh jarak dan waktu. Antara menunggu atau melupakan. Dan melupakan adalah jalan yang dipilih Adrian, Adrian memilih untuk melupakan Laras yang sedang menimba ilmu di Oxford university. Itu yang Laras tahu. Adrian tidak seperti yang ia fikirkan, cinta salah. Laras salah mencintai seseorang.

   Dan disinilah Laras sekarang, menyibukkan diri dengan cara berkuliah di negeri orang. Berusaha melupakan seseorang yang pernah seenaknya hadir dihatinya dan sekarang pergi dan melupakannya tanpa sebuah alasan.

     Lagi, Laras menghela nafasnya, Adrian menghubunginya lewat sambungan telepon. YaTuhan!

     "H-hallo?" ucap Laras gugup membuka sambungan telepon.

     "Laras? Apa kabar?" ucap seseorang di seberang sana.

   Laras tertegun, ini bukan suara Adrian. Dia sangat mengenal Adrian, termasuk tipikal suara Adrian.

    "Maaf ini siapa?"

     "Ahiya! Gue kira lo ingat sama gue. Gue Adi, teman SMA lo. Sohibnya Adrian. Masa lo lupa sih? Lama tinggal di Inggris jadi lupa sama gue ya. Apa kabar Laras? Gimana kuliah lo?" tanya seseorang di seberang sana, Adi.

    Laras melepaskan handphone dari telinganya, dan melihat nama yang tertera di layar handphone nya, Kak Adi. Laras menepuk dahinya pelan, 'kok bisa salah gini? Adi-Adrian. Dua nama yang hampir sama, ditambah tadi, gue terlalu mikirin Adrian,huh' batin Laras.

    "Ohiya. Kak Adi? Ya ampun, maaf kak, Laras gak lupa kok. Masa sih Laras lupa sama kak Adi" ucap Laras tertawa renyah.

    "Haha iya Ras. By the way, lo udah berapa lama di Inggris? Kok gue gak tau ya lo pergi ke Inggris?" tanya Adi.

    "sekitar satu tahun kak Adi, kebetulan aku ambil pendidikan ke luar negeri, awalnya gak pernah aku rencanain, ya gitu deh" jelas Laras.

    "Gitu ya, LDR dong sama Adrian? Eh gimana hubungan kalian sekarang?" tanya Adi tanpa dosa.

    Laras terdiam. Pertanyaan Adi membuatnya diam mematung. Harus menjawab apa dia sekarang? Jujur semua ini begitu berat.

    "Laras-" ucapan Laras menggantung, tak tahu harus menjawab apa.

    "Hallo Ras? Lo gak apa-apa kan?" tanya Adi khawatir di seberang sana.

    "Nggak kok kak. Sudah dulu ya kak, Laras mau lanjut kuliah. Bye kak Adi"

    "Oh ok, see you Ras. Bye" sambungan telepon antara Adi dan Laras pun terputus. Laras memutuskan untuk menutup sambungan telepon, dibandingkan melanjutkan percakapannya dengan Adi. Lambat laun semua orang akan tahu, tapi tidak sekarang.

  
       "Jika melupakan adalah pilihanmu, maka lupakanlah anggap saja cinta tak pernah hadir diantara kita. Karena aku tahu, cinta tak akan pernah memilih jalan yang salah"

  Laras menatap miris homescreen laptop nya, bahkan sampai saat ini nama pria itu masih setia bermukim dihatinya. Masih sangat jelas kenangan itu tercipta, dimulai dari masa orientasi itu. Adrian & Kenangan.


Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang