Duapuluh : Harapan terbaikku

229 18 2
                                    

   Zelena menghela nafasnya, berat. Gadis itu mengusap bahu Laras, mencoba menenangkan Laras "Adrian nggak pernah salah milih lo," Zelena memegang kedua bahu Laras, mencoba menatap manik mata Laras, "Denger gue, Adrian butuh lo sekarang. Hati gue bilang itu, lo nggak bisa terus-terusan ngejauh dari Adrian. Sekalipun lo mau menjauh, percuma lo nggak akan mampu Ras." Laras menatap manik mata Zelena.

   Gadis itu kembali menunduk, seolah masih mencari titik terang dari semuanya.

   "Lo mau Adrian di drop out dari sekolah ini? Gue bisa bikin Adrian di DO dari sini" ancam Zelena, Laras langsung menatap Zelena matanya menyorotkan sebuah pertanyaan 'Kenapa lo tega sama sahabat lo sendiri?'

   Zelena tersenyum puas melihat ekspresi wajah Laras.

   "Kok kak Zelena?—"

   "Lo masih peduli sama Adrian Ras. Dan lo gak bisa jauh-jauh dari Adrian. Mata lo nggak bisa kibulin gue. Sekarang gimana? Mau gue laporin semua kelakuan Adrian sama guru BK? Bisa aja Adrian di DO dan yaa lo tau sendiri dia bakal dipecat secara tidak hormat dari OSIS. Lo masih tega sama dia?" Zelena melancarkan pertanyaannya, berusaha menyudutkan Laras.

   Laras manautkan alisnya bingung, "Disini siapa yang tega sama kak Adri? Saya atau kak Zelena? Berhenti sok tau kak, saya punya jalan hidup saya sendiri" Laras menyergah ucapan Zelena, gadis itu merasa tersudutkan. Baru kali ini ia berani seperti ini.

   Zelena tertawa, "Gue punya syarat untuk itu. Kalo lo mau gue tutup mulut, dateng dan temuin Adrian. Apapun itu, gimanapun caranya. Lo harus temuin Adrian, bikin dia kayak dulu lagi" kata Zelena dengan lancarnya.

   "Maksud kak Zelena? Saya harus—"

   "Gak usah pake saya anda. Bukan waktunya buat formal-formalan. Ya gue suruh lo lakuin itu, kalo enggak lo tau sendiri apa yang bakal gue lakuin untuk Adrian" Zelena memotong ucapan Laras. Gadis itu tersenyum, "Fikir lagi, kesempatan nggak pernah dateng dua kali. Sekalipun lo mau, tapi kalo kesempatan itu udah abis, semuanya tinggal kenangan" Zelena menepuk bahu Laras dan pergi keluar.

   Laras menghela nafasnya. Dilema kian menyelimuti dirinya, entah perasaan apa yang sedang dialaminya sekarang. Laras benar-benar sudah muak.

   "Oke gini Ras, jadi lo harus selametin hidup nya si ketos nerd itu. Apapun dan gimanapun caranya. Setelah itu lo bisa pergi dari hidupnya. Oke, gue bisa" Laras bergumam sendiri.

   "Kata siapa abis itu selesai? Terus sesi bahagianya kapan? Yakin mau ninggalin gue" Suara seseorang tiba-tiba mengagetkan Laras. Gadis itu menoleh dan,

   "Kenapa? Tadi Zelena ngomong apa sama lo? Heh orang nanya tuh ya dijawab bukan dipelongoin"

   Laras mengucek matanya. Memastikan bukan fatamorgana yang dia lihat. Gadia itu mengerjap-ngerjapkan matanya.

   "Si eneng malah asik ngucek-ngucek mata" orang itu menghampiri Larad yang diam mematung seperti tak percaya melihatnya ada disini.

   Laras mundur beberapa langkah, "Kak Adri?" Gumam Laras sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

   "Adrian Hasta Nagara. Hai" Adrian menarik tangan Laras, "Udah jangan dikucek infeksi entar"

   Laras menelan salivanya susah payah, "Lo kenapa sih Ras? Ini Adrian asli nih pegang nih" Adrian mengarahkan tangan Laras untuk memegang pipinya.

   "Kak Adri? Kok bisa ad—"

   Ucapan Laras terpotong saat Adrian menutup mulutnya dengan jari telunjuknya, "Udah itu gak penting.  Gue mau ngomong sama lo Ras" Adrian menarik tangan Laras menuju tempat biasa, kursi didekat ruang tata usaha.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang