Dua puluh dua : Its sad but its true

207 9 2
                                    

Gornya sepi. Apa Adrian bohong? Kenapa dia nggak ada disini? Mataku mengelilingi setiap sudut gor, tidak ada tanda-tanda Adrian disini.

Tukk..tukk

Terdengar suara pantulan bola basket, gor sedang sepi terdengar jelas pantulan tunggal bola itu.

Aku menoleh, terdapat seorang pria jangkung tersenyum kearahku, Adrian.

"Udah lama?"

Author POV

"udah lama?" tanya Adrian kemudian menghampiri Laras.

"Langsung to the point aja, Laras ada jadwal les matematika hari ini" ucap Laras dingin.

Adrian merasakan perubahan Laras, pria itu masih tersenyum, "Kamu gak mau kak Adri pergi?" tanya Adrian kemudian tertawa singkat.

Laras menatap kearah lain, "Mau pergi? Yaudah silahkan, silahkan sekali" ucap Laras dengan nada yang dibuat-buat tegar.

Adrian tersenyum, "Sampai kapan kita kayak gini?" tanya Adrian tiba-tiba.

Laras menautkan alisnya tanda tidak mengerti, Adrian menarik nafasnya dalam-dalam, melempar bola basketnya ke sembarang arah lalu berjalan menghampiri Laras.

Adrian menatap dua bola mata Laras, mencoba mencari kejujuran dimata gadis itu. "Saya gak pernah merasa sangat kehilangan, kecuali saat kehilangan bunda dan saat ini dimana saya akan berpisah dengan kamu" ucap Adrian, "Semua orang nyaris menganggap saya sebagai sampah sekarang, benar kata orang roda kehidupan itu berputar ada kalanya saya diatas, lalu tanpa ampun saya diturunkan hingga berada dititik terbawah dihidup saya saat ini" ucap Adrian lalu tersenyum.

"Kamu gak perlu bersedih kehilangan sampah seperti saya, nggak perlu"

"Boleh saya jujur?" tanya Adrian, Laras menundukan wajahnya lalu mengangguk.

"Saya udah punya pacar, Ras" ucap Adrian.

Laras menatap Adrian tajam, air matanya jatuh bak air bah yang tak bisa ditahan oleh benteng setinggi apapun.

"Pacar?" tanya Laras, berharap kalimat yang diucapkan Adrian adalah suatu kebohongan.

Adrian melepas genggaman tangannya, lalu mengangguk.

Laras tersenyum getir, "Maaf, saya gak jujur sebelumnya maaf sekali. Saya terlanjur jatuh cinta sama kamu, sampai-sampai saya lupa, saya terlalu berambisi buat memiliki kamu. Maaf, kamu boleh benci sama saya, saya rasa ini waktu yang tepat, karena kamu nggak perlu menangisi kepergian bajingan macam saya, kamu berhak benci sama saya sekarang Ras" sambung Adrian.

Laras menahan nafasnya, air matanya jatuh tanpa menunggu diperintah untuk jatuh, gadis itu menatap Adrian getir.

"Wow, udah berapa lama?" tanya Laras masih tersenyum, airmatanya jatuh seperti memberi isyarat bahwa dia sedang tidak baik sekarang.

"Dua tahun" jawab Adrian, Laras menganggukkan kepalanya.

"Makasih ya, baru aja aku percaya sama kak Adri. Makasih banyak sekali lagi, makasih udah jujur dan buat Laras nggak menanti orang yang salah. Semoga bahagia selalu" ucap Laras lalu pergi meninggalkan Adrian yang terpaku berdiri.

Adrian tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, seharusnya dia yang menjadi tameng untuk menghentikan kesedihan Laras, tetapi sekarang justru dia yang menyebabkan Laras kecewa untuk kesekian kalinya.

"Maaf"

**
Adi, pria itu baru saja membereskan beberapa berkas diruang OSIS. Ya, Adi memutuskan untuk menetap dan melanjutkan kinerja OSIS yang sempat terbengkalai.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang