Tujuh : Putih abu-abu

274 20 1
                                    

   "Si Cait mana sih gue udah dua kali muter-muter ni sekolah kaga ada juga. Mana digodain abang kelas lagi" Laras terus mendumel kesal dengan Caitlin.

   Sementara dikelas sebelas IPS satu, tempat dimana Laras berdiri sekarang sedang terjadi keributan.

   Penyebabnya sudah pasti, kehadiran Laras didepan kelas itu.

   Murid cowok kelas sebelas IPS satu langsung sibuk tebar pesona dihadapan Laras, ada yang ngedip-ngedip ga jelas, ada yang mulai nge gombal, ada juga yang langsung to the point bilang suka sama Laras.

   Laras yang merasa keadaan disekitarnya sudah mulai aneh hanya bergidik ngeri.

   "Eh adek manis, nyariin kakak ya" ucap seorang siswa, penampilan nya acak-acakan, baju seragam yang sengaja dikeluar kan, kancingnya terbuka dua, memakai kalung hitam dan celana yang supeeeeeer ketat. Simpul, mirip preman pasar.

   "Kakak temenin yuk" goda yang lainnya. Sepertinya kelas ini adalah kelas kumpulan mafia sekolah.

   "Udah ayo sama kakak aja, kita jalan" ajak yang lain. Laras hanya diam dan menggelengkan kepalanya, takut-takut salah bicara.

   Entah dorongan dari mana, tangan Laras tiba-tiba tertarik kedekat pintu. otomatis badan mungil Laras juga ikut terpental dan menabrak sebuah dada bidang, entah milik siapa.

   Laras melihat sekilas dan langsung melotot saat tau siapa orang yang menarik tangannya barusan. penampilan cowok ini tidak terlalu acak-acakan seperti teman-temannya yang lain.

   "Dia sama gue, jangan di gangguin" ucap cowok itu.

   "Pacar lo Yan?" tanya salah satu cowok yang menggoda Laras tadi.

   Cowok itu hanya menggangguk dan menarik tangan Laras menjauh dari kelas sebelas IPS satu menuju ruang TU.

   "Lucky banget lo Yan dapet yang bening" teriak salah satu dari mereka dan tertawa bersama yang lain.
**
   "Ngapain kedepan kelas gue? nyari gue?" tanya cowok itu singkat dan terus berjalan, tangannya masih setia memegang tangan Laras.

   Laras terus mencoba melepas cekalan tangan cowok itu, tapi nihil dia terlalu kuat.

   "Jawab aja apa, mau gue lepas? ngga nanti kabur" ucap cowok itu —Adrian—

   "Lepaaaaaas" teriak Laras, Adrian memang cowok terbatu yang pernah Laras temui. Pria aneh, si sok kenal sok dekat.

   Adrian tiba-tiba menarik tangan Laras, dan kemudian duduk di bangku dekat ruang tata usaha.

   Murid-murid yang melihat kedekatan Adrian dan Laras hanya memberikan tatapan sinisnya pada Laras, sementara Laras hanya bergidik ngeri melihat tatapan sinis dari beberapa kakak kelasnya.

   "Denger ya, anak-anak kelas sebelas IPS satu itu mafia semua. Jangan sekali-kali kesana atau lo bakal abis. Ya semua mafia sih, kecuali gue" jelas Adrian membanggakan dirinya sendiri.

   Laras menautkan alisnya, "Mafia?" tanya Laras tak mengerti.

   "Haha ngga lah, mereka cuma bercanda. Ya tapi lo harus berterimakasih sama gue, kalo tadi gue ga tarik tangan lo mungkin lo abis digodain" ucap Adrian.

   Laras melotot tak terima, dan langsung mencubit pinggang Adrian, "Aww" pekik Adrian, "Bukannya bilang makasih malah nyubit gimana sih"

   "Maksud kak Adrian tadi apa huh? siapa yang pacarnya kak Adrian? malu-maluin tau gak" Laras kemudian berdiri, dan meninggalkan Adrian yang hanya tersenyum simpul.

   "Itu sekarang, ga tau nanti" Kata Adrian, Laras yang mendengar jawaban Adrian kemudian berbalik, sebenarnya gadis itu ingin tersenyum, tapi ia tahan dan segera pergi entah kemana tanpa tujuan.
**
   Laras sudah menyerah mencari Caitlin, kini ia duduk bersama Putri. Gadis manis yang tingginya semampai sama seperti Laras. Mereka baru saja berkenalan, diketahui Laras, Putri adalah alumni dari sekolah Islam dikotanya.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang