dua puluh lima : Percaya padaku, ya?

97 5 0
                                    

Laras mempercepat langkahnya menuju kelas, telak sudah Laras sudah sangat merasa dipermainkan oleh Adrian. Gadis itu sibuk bergumul dengan pikirannya sendiri, entah apa yang Adrian inginkan.

"Laraaaaaas!" teriak Caitlin diujung koridor kelas sebelas, tanpa melihat air muka Laras yang sudah berubah.

Laras menghentikan langkahnya, menunggu Caitlin berjalan menghampirinya.

"Lo harus tau ini! Ayo ikut gue" Caitlin tanpa basa-basi langsung menarik tangan Laras menuju halaman belakang sekolah.

Laras hanya berjalan mengikuti langkah Caitlin, Caitlin rupanya tak pandai membaca raut muka seseorang, hingga ia belum menyadari apa yang telah terjadi.

Sesampainya mereka dihalaman belakang sekolah, Laras sedikit terperangah melihat abang tengilnya -AFI- berdiri dengan gugup dikelilingi teman-teman se gengnya, Adrian, pria itu pun ikut bersorak seolah-olah menjadi tim kampanye bayaran yang paling hanya dibayar sekantong es teh oleh Afi.

Laras menelan salivanya sembari mengerutkan alisnya melihat tingkah Afi, entah hal gila apa yang akan dia lakukan kali ini.

Tak berselang lama, dua orang remaja pria membawa banner berwarna merah muda lalu dengan cepat mereka bentangkan banner yang bertuliskan;

WOULD YOU BE MINE, AMEL?

Seperdetik kemudian, rombongan remaja perempuan datang sembari membawa pemeran utama wanita ke tengah-tengah halaman belakang sekolah.

Dan pemeran utama wanita itu adalah, Amelia.

Suasana semakin heboh ketika Afi tiba-tiba berlutut dihadapan Amel. Sementara Amel, gadis itu diisolasi sementara menggunakan syal yang sengaja Afi bawa untuk menutupi mata Amel.

Adrian, pria itu menjadi leader sorak pada momen kali ini, diikuti Adi dan anggota geng lainnya yang diketuai Afi.

Sementara Laras, gadis itu hanya cengo melihat tingkah kakak nya, yang entah harus disebut romantis atau cringe.

"Kak Afi bisa romantis juga ya Ras" Caitlin bergumam sendiri, Laras tidak menanggapinya, masih sibuk menonton kakaknya yang sedang berusaha meraih cinta, menjijikan.

Tiba-tiba, suasana langsung meredam sekejap, penutup mata Amel sudah dibuka, gadis itu terkejut melihat sekitarnya, dan semakin terkejut ketika melihat Afi berlutut dihadapannya.

"Jika kali ini gagal, aku tidak akan pernah mengulangi sebuah kegagalan yang sama. Maka, agar tidak gagal, sukseskan, jadikan ini semua berhasil hanya dengan satu kali pernyataan, tanpa meninggalkan pertanyaan. Would you be mine, Amel?" Hanafi dengan lantang dan jelas mengucapkan kalimat puitis yang ia rasa sudah sangat indah itu.

Laras, gadis itu semakin bergidik mendengar ucapan kakaknya, sementara Adrian pria itu malah memperhatikan Laras sedari tadi, sesekali berbisik kepada Ray yang berdiri disampingnya.

Suasana menjadi senyap, tidak ada suara apapun, buket bunga telah disiapkan, sebuah boneka beruang berukuran raksasa pun telah dengan susah payah didatangkan ke sekolah. Maklum, meminta izin kepada guru piket untuk melakukan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah.

"Terima.. terima.. terima!!" sorak semua siswa yang berdiri menyaksikan momen pembuatan tanggal jadian dua insan muda di musim kemarau.

"Cait, gue gak kuat liatnya, terlalu cringe, gue cabut ya bye"

Caitlin menahan tangan Laras dan, "Katanya lo penasaran sama kak Amel, ini tu lagi booming-boomingnya disekolah, liat deh abang lo romantisss" Caitlin mengerucutkan bibirnya dengan mata berbinar-binar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang