Delapan belas : Cinta mulai datang

217 18 2
                                    

   "Ga usah denger mereka, lari aja kayak lo lagi dikejar debt colector karena kagak bayar-bayar hutang! Hahaha" ucap Adrian seraya tertawa meledek Laras yang masih berlari disebelahnya.

   Laras mencibir disebelahnya, gadis itu mencibir sepanjang jalan, Adrian hanya tertawa disampingnya, seakan tak pernah memiliki masalah dan kesedihan yang dengan perlahan merapuhkan hatinya.

   Murid cewek penggemar Adrian histeris saat melihat keakraban Adrian dan Laras, mereka melontarkan sumpah serapahnya pada Laras dan berjanji tidak akan pernah lupa siapa Laras yang telah merebut pangeran hati mereka.

   Laras yang sudah mulai terbiasa dengan tingkah para penggemar Adrian hanya menyikapi seperti biasa, tidak menghiraukan ocehan mereka tentang hidupnya.

   Wafa yang melihat Adrian dan Laras semakin dekat kontan memanas, gadis itu terus mencari cara untuk menyingkirkan Laras dari kehidupan Adrian. Tidak hanya itu, Wafa juga menginginkan Amel menjauh telak dari kehidupan Hanafi. Rakus memang, ia menginginkan dua pentolan SMA Nusa ini, meskipun sebenarnya ia juga punya hati, tapi masih bersikap bodoh dengan mengikuti ego buruknya.

   "Waf gak lo singkirin si Laras? Ganggu jalan lo kan? Hajar aja" kata Zenda teman satu geng Wafa dengan gaya bicaranya yang khas.

   Wafa mendelik, tersenyum sinis "Pelan-pelan aja, gue main gak akan seceroboh dulu, gak akan seceroboh waktu gue singkirin Savela dari Adi. Gue bakal main semulus gue ngejauhin Hanafi dari Amel" ucap Wafa tertawa sinis.

   Savira yang mendengar mengangkat alisnya, ikut tersenyum "Great job parah! Gue masih inget, perpisahan Savela sama Adi. Lucunya si Savela mutusin buat ke pindah ke Bandung. Coba aja kalo masih disini, mungkin Savela bakal gabung sama kubu kita kalo sampe tau Adi tergila-gila sama Laras dan sampe ngancurin persahabatan dia sama Adrian" Savira ikut nimbrung sementara yang lain hanya tertawa dan mengingat-ingat kejadian tahun lalu.

   "Iya Savela gak jauh bodoh sama Amel. Mau aja kena tipu daya gue, jangan panggil gue Wafa kalo gue gak bisa bikin si Laras bodoh juga kayak Savela dan Amel dulu. Wait, you will play in dangerous game darl" Wafa tersenyum meremehkan Laras.

   Sementara Laras dan Adrian sudah hampir menyelesaikan hukuman. Tinggal satu putaran lagi dan hukuman akan segera berakhir.

   Laras menengok kearah Adrian, pria itu masih terlihat bersemangat sambil tersenyum setia berlari disamping Laras. Laras tersenyum.

   Adrian yang tahu Laras memandanginya langsung menggenggam tangan Laras, kemudian menambah kecepatan lari mereka.

   "Dikit lagi" kata Adrian masih berlari dan menggenggam tangan Laras bersemangat.

   Dan, "Yeayyyyy hukumannya selesai!" Laras dengan refleks memeluk lengan Adrian senang. Sementara yang lengannya dipeluk hanya senyum-senyum tidak karuan.

   "Eh eh maaf kak" Laras yang sadar buru-buru melepas pelukannya dilengan Adrian kemudian menunduk malu.

   Adrian mengangkat dagu Laras, lalu tersenyum "Nggak apa-apa kok. Ya udah, kita ke pak Yusuf yuk, lapor dulu" tanpa babibu Adrian langsung menarik tangan Laras menuju kursi dikoridor yang langsung menghadap kearah lapang olahraga.

   Setelah sampai Adrian langsung melepas genggaman tangannya dari tangan Laras, kemudian mempersilakan Laras melaporkan laporan penyelasaian hukuman yang diberikan pak Yusuf padanya.

   "Pak, hukumannya udah beres. Saya boleh istirahat?" ucap Laras yang sudah duduk disamping pak Yusuf.

   Pak Yusuf menoleh, melihat Laras dari ujung kepala hingga ujung kaki "Menyakinkan, ya sudah jangan di ulangi lagi ya!" jawab pak Yusuf sambil manggut-manggut. Laras yang senang langsung menyalimi tangan pak Yusuf dan pergi sambil berlari dengan girang.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang