Sembilan : Siapa dia?

233 17 4
                                    

   Laras yang risih dengan sikap Adrian yang dari tadi memperhatikannya, kemudian mencoba mencairkan suasana, gadis itu menegur Adrian.

   "Bisa engga? ga usah liatin?" ucap Laras ketus, keadaan ini berbanding terbalik dengan hatinya, hatinya tidak bisa bersikap seketus itu pada Adrian, sama sekali tidak bisa.

   "Bisa engga? ga usah liatin?" ucap Laras ketus, keadaan ini berbanding terbalik dengan hatinya, hatinya tidak bisa bersikap seketus itu pada Adrian, sama sekali tidak bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Laras & Adrian kira-kira begini pas bagian ini)

   Adrian masih memperhatikan Laras, Adrian menatap lekukan wajah cantik Laras, gadis bermata hitam pekat itu memang telah memikatnya.

   'Satu hal yang bikin gue merasa bodoh kalo didekat dia, gue ga bisa kontrol diri gue sendiri. Jatuhnya, gue macam orang idiot yang sedang dikuliti hidup-hidup'

   Laras bergumam, berharap Adrian melepaskan pandangannya.

   "Lo cantik" ucap Adrian singkat.

   Jantung Laras mulai berdegup. Singkat memang, hanya kata 'Lo cantik' yang Adrian ucapkan, tetapi itu semua bisa membuat jantungnya berdebar marathon seperti ini.

   Laras mencoba menetralkan dirinya sendiri, kemudian melirik kearah Adrian. Rupanya pria itu sudah membuang pandangannya kearah lain

   "Gue engga bisa berhenti natap lo. Candu sih" ucap Adrian, pandangan matanya masih tertuju kearah lapang.

   Laras buru-buru menempelkan kertas-kertas mading itu di papan mading, asal.

   "Jangan ngasal, nanti ada infeksi sekolah. Seluruh sekolah diperiksa, dari mulai kebersihan, kerapihan,
dan keindahannya. Lo jangan bikin gue kena marah bu Yulia dong" ucap Adrian saat melihat Laras menempel kertas mading secara acak.

   Laras mendelik, tak peduli.

   Adrian hanya tersenyum, pria itu mulai tertarik dengan sosok Laras Anisa. Padahal hanya bertemu karena saling bertabrakan, ini memang aneh.

   "Lo ini yang dimarahin, gue mau ke kelas bye" Laras memukul papan mading dengan keras dan meninggalkan Adrian.

   Belum jauh Laras pergi, Adrian hanya tersenyum. Berharap Laras berbalik dan tersenyum, tapi nihil gadis itu terus berjalan menuju kelasnya.

   "Lo bisa bilang kayak gitu sekarang, ga ada yang tau gimana nanti" gumam Adrian, kemudian pergi meninggalkan mading yang baru setengah jadi itu. Menyusul Zelena, kapten tim basket putri SMA Nusa.

   Sementara ditempat lain ...
   "Mel, dengerin gue dulu kemarin itu gue ..." ucap seorang pria tinggi berlesung pipit ini. Tangannya masih setia menggenggam tangan gadis dihadapannya.

   "Apa? Udah lah kak Afi. Udah deh, Amel ga mau tambah masalah sama kak Wafa" jawab gadis pemilik tangan yang Hanafi genggam.

   "Tapi ga bisa gitu lah, maaf deh maaf" pria itu mengeluarkan ekspresi memelasnya. Sementara gadis dihadapannya hanya tersenyum getir.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang