Dua puluh satu : Dont leave me!

169 10 0
                                    

Adrian tidak mengejar Laras seperti biasa. Pria itu membiarkan Laras pergi tanpa menambah kesakitannya. Semuanya memang belum usai, Adrian terus berfikir seperti itu. Mencoba menenangkan hatinya. Menabahkan fikirannya.

"Gue ijinin lo pergi. Semuanya akan baik-baik aja" gumam Adrian sesaat setelah Laras pergi dari tempat itu. Adrian tersenyum samar, kemudian pergi.

**
Ditempat lain, Laras tampak merutuki dirinya sendiri. Dilema, sebenarnya tadi ia ingin menanyakan kebenaran pada Adrian. Tapi semua terjadi begitu cepat, gadis itu tak mampu membendung rasa kecewanya.

Laras memicingkan matanya, ia melihat Adrian keluar dari ruang kepala sekolah. Gadis itu semakin yakin Adrian akan meninggalkan kota ini, beserta kenangan yang dia buat.

Laras memperhatikan Adrian, tampak terlihat Adrian yang sedang tertawa lepas seolah tak ada masalah dengan teman-temannya.

"Dia bahagia" Laras bergumam.

"Jelas bahagia, tanpa lo. Gue pernah bilang, gak ada yang bisa dapatin Adrian selain gue. Kalo pun ada, akan berujung perpisahan" ucap seseorang disamping Laras.

Laras kaget mendengar suara dari sebelahnya, gadis itu menengok sumber suara. Wafa, gadis itu duduk disamping Laras sambil menenteng minuman.

"Apa? Sekarang baru fair. Gue gak perlu singkirin lo, karena Adrian udah pergi" ucap Wafa tanpa merasa bersalah.

Laras mengerutkan alisnya, "Maksud kakak?" Laras bingung dengan ucapan Wafa.

"Gak usah sok bodoh deh, semuanya udah fair baik gue ataupun elo ga akan pernah dapatin Adrian. Adil? Ini yang gue mau" Wafa tersenyum menang.

"Bukannya lo sama bang Afi? Maksud lo?" Laras hampir naik pitam mendengar penjelasan Wafa. Sorot mata gadis itu menajam.

Teman-teman Wafa ikut naik pitam karena Laras menghilangkan kata 'kakak' pada Wafa. Wafa langsung menahan teman-temannya, gadis itu berdiri sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Stop guys, disini gue yang ada urusan. Kalian tunggu perintah dari gue, baru bisa apa-apain anak ini" ucap Wafa tajam sambil menunjuk Laras.

Laras menatap Wafa tajam. Darahnya seperti mendidih di ubun-ubun. Gadis itu ingin sekali mendorong atau menjambak rambut emak lampir dihadapannya ini. Dia masih sabar, Laras masih sabar.

Laras menarik nafas, meredam emosinya lalu meninggalkan tempat itu. Niatnya terhenti, saat Gloria dan beberapa teman Wafa yang lain menahannya hingga gadis itu terkunci tidak bisa melepaskan diri.

"Guys, bawa kebelakang" perintah Wafa. Tanpa lama, anggota geng Wafa pun membawa Laras ke gudang belakang sekolah.

Adrian.
Sebenarnya pria itu tahu Laras sedari tadi memperhatikannya. Ujung matanya kehilangan Laras. Dia tidak melihat Laras disana. Kemana gadis itu?

Laras terus berontak, tetapi nihil dia terkunci. Bayangkan saja, lima orang lawan satu. Kalian bisa bayangkan?

"Yep stop. Tahan dia, gue mau kasih dia something" Wafa mengeluarkan botol minuman bersoda dihadapan Laras.

"Gue gak akan bikin terlalu fatal, karena kesalahan lo gak seberapa. But, lo tetep harus dapet hukuman biar gak kebiasaan" ucap Wafa tersenyum licik.

Laras membelalakan matanya. Perlahan Wafa mengarahkan minuman bersoda itu pada kepala Laras.

Laras terlihat pasrah. Gadis itu memejamkan matanya.

Tiba-tiba "Arrgggghhhhhh"

"Wafaaaaaaaaaaa" teriak anggota geng Wafa histeris, melihat ketua gengnya bersimbah minuman bersoda.

Adrian & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang