Olivia berlari sambil mencari-cari Oliver tapi tidak ketemu, rumah sakit ini bisa dibilang luas. Ia saja sudah berkeliling dan hasilnya tetap sama. Berjalan dengan pelan sambil menengok kesana kemari, tiba-tiba ia menabrak seseorang, yang membuat ponsel yang dipegangnya terjatuh.
Mendengus, ia mengambil ponselnya itu sambil memutar bola matanya. Saat melihat sang penabrak, Olivia langsung ciut.
"Kok lo bisa disini, Bang?" tanya Olivia bergumam.
Lelaki itu menarik tangan Olivia, menyuruhnya untuk kembali ke tempat dimana ia bisa menemui Dafino. "Gue di kasih tau sama pacar lo, katanya lo pingsan, makanya gue kesini, lo juga belum bilang Bunda kan? Padahal sekarang udah jam 8 malem loh, untung aja pacar lo nelepon gue" ujar Milo menggerutu.
"Pacar gue? Siapa?"
Milo memutar bola matanya. "Lo bego apa gimana sih, masa pacar lo sendiri gak inget, namanya Dafino, dia yang telepon gue tadi."
"Dia bukan pacar gue ih! Tuh anak ngaku-ngaku aja!" jerit Olivia kesal.
"Terus apa? Simpenan? Selingkuhan?"
"Temen."
Olivia melipat tangannya, Milo berdeham dan membuka suaranya. "Alisha beneran meninggal ya?"
Menghela napas, Olivia mengangguk. "Innalilahi, gue kira si Dafin bohong, ternyata beneran, ayo cepet, lo dicariin sama dia daritadi. Sekaligus kita pamit, udah malem." ujar Milo lagi.
Mereka berdua berjalan dalam diam, sambil melangkahkan kakinya Olivia masih berpikir, apa jadinya kalau ia pacaran dengan Oliver? Pasti akan canggung, sangat canggung. Sedangkan kalau ia berpacaran dengan Fino? Ah, entahlah mungkin ia bisa gila bersama dengan lelaki itu.
Olivia melihat Fino yang baru saja keluar dari sebuah ruangan, saat melihat Olivia berjalan dengan seorang lelaki, Fino mengernyitkan dahinya.
Kini Olivia berada di hadapannya, Fino menjitak dahi Olivia karena kesal ditinggal oleh perempuan itu. "Lo kemana aja sih? Demen banget ilang-ilangan, kan gue juga yang khawatir kalo lo ilang,"
Olivia mendengus sambil mengusap dahinya yang sakit. "Itu siapa, Liv?" tanya Fino pura-pura sambil menatapnya dengan tatapan songong.
Sialan. Bukankah Fino tahu kalau itu adalah Milo? Lelaki itu tidak tahu saja, bahwa kini ia berhadapan dengan Kakaknya yang galak, kalau Olivia sedang berdekatan dengan seorang lelaki. "Gue Milo, orang yang lo telpon tadi pake handphone Olivia," ucap Milo datar.
Tatapan Fino yang tadinya songong lantas berubah menjadi girang. "Halo Kakak ipar! Gue Fino pacarnya Oliv!"
Olivia memutar bola matanya. "Oliver masih di dalem? Soalnya ada yang mau gue omongin sama dia," ucap Olivia celingak-celinguk melihat ke dalam ruangan.
Fino mengangguk, baru satu langkah Olivia berjalan. Lelaki itu menarik tangan Olivia. "Lo gak berniat buat ngejadiin Oliver pacar lo kan?" selidik Fino.
"Enggak, Fino sayang," jawab Olivia lagi sambil memutar bola matanya. Ia masuk dan meninggalkan Fino dan Milo diluar.
Disana ada Oliver yang terduduk diatas ranjang sambil memegang bantal bekas Alisha tertidur, Olivia yakin, Alisha telah di pindahkan ke kamar mayat. Menepuk bahu lelaki itu, Olivia duduk diatas ranjang sebelah Oliver.
"Lo jangan diem mulu, nanti kesurupan." ujar Olivia pelan.
Oliver masih terdiam sambil menatap kosong objek di depannya. Perempuan itu melanjutkan ucapannya. "Tadi gue sempet pingsan, dan gue mimpi ketemu Alisha di rumput hijau yang luas banget, entah dimana gue sendiri pun gak tau,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet In the Real Life
Teen Fiction[BOOK 2 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] Kata Johnny Deep, "Jika kau mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan, pilihlah orang kedua, karena jika kau benar-benar mencintai orang pertama, kau tidak akan mencintai orang yang kedua." Namun...