Akhir-akhir ini, lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Olivia. Ia belum sempat mengatakan yang sebenarnya pada perempuan itu. Ia takut kalau Olivia akan sedih karena kepergiannya.
Saat ini, mereka berada di kafetaria kampus. Olivia menggulung mie ayamnya menggunakan garpu lalu memakannya. Perempuan itu fokus pada makanan sesekali ia melirik ponselnya, yang memperlihatkan beranda sosial media berlogo burung putih.
Oliver tetap makan dengan tenang sembari memperhatikan ponsel Olivia. "Mau dong," ujar Oliver, matanya menatap mie ayam Olivia yang sedang menganggur.
Dengan masih memainkan ponselnya, Olivia menggeser mangkok putih itu, untuk diberikan kepada Oliver. "Nih."
Memutar bola mata, Oliver sedikit memajukan bibirnya, karena sebal ia dihiraukan oleh Olivia. Memang susah ya, mempunyai pacar seorang fangirl. Untuk kalian para lelaki yang ingin memiliki kekasih seperti Olivia, tolong dipikirkan lagi, karena pasalnya seorang fangirl akan lebih mementingkan idolanya daripada pacarnya sendiri.
Tapi, Oliver baru ingat, kalau disetiap kontra pasti ada pro, dan ternyata ada untungnya juga Oliver bisa memacari seorang fangirl seperti Olivia. Contohnya, ia merasa seperti lelaki spesial di dunia ini. Bagaimana tidak? Diantara para lelaki tampan yang Olivia idolai, perempuan itu lebih memilih dirinya sendiri sebagai pacarnya.
Kalau saja, Oliver bisa berhadapan dengan idola Olivia, pasti ia akan meledekinya habis-habisan dan mengatakan bahwa idola Olivia itu kalah darinya.
Oliver tahu ini konyol, tapi biarkanlah. Imajinasi Oliver itu tinggi.
"Gak usah sok iye deh lo, nih," ujar Olivia sewot, tangannya bergerak mengambil sumpit dan menggulung mie ayam tersebut. Ia menyuapkan makanannya ke Oliver.
"Gue orangnya peka, gak kayak lo."
"Lagi-lagi," ujar Oliver menghiraukan ucapan Olivia, dan dibalas geraman sebal dari Olivia. Olivia terus menyuapkan mie ayamnya pada Oliver, hingga makanan itu habis tidak tersisa.
"Manja lo, gue aja yang manja sama Bunda gak sampe segininya." Olivia menggeser mangkok itu agar menjauh darinya.
Olivia sendiri pun bingung, mengapa akhir-akhir ini Oliver terlalu manja padanya. Kalau kalian pikir Oliver lucu saat bermanja-manja, kalian salah besar. Ia tidak lucu sama sekali, karena pasalnya Oliver menyusahkan Olivia. Ugh, ia suka sebal sendiri hingga sering mendumal dalam hati.
"Masih mending gue manja sama lo, daripada sama cewek lain? Lo mau?"
Olivia menggeram dan memilih untuk memainkan ponselnya. Terkadang Oliver itu menyebalkan dan Olivia sering bersumpah serampah dengan memanggil Oliver sialan. Nama itu sangat cocok, daripada nama aslinya.
Selagi Olivia meng-scrolling timeline twitter-nya, diam-diam Oliver memperhatikannya. Hari ini, ia berencana untuk mengajak Olivia pergi, tapi kemana? Ah, Oliver tahu!
"Ke pantai yuk?" tanya Oliver pada Olivia.
Perempuan itu mengangkat kepalanya dan menatap Oliver dengan tatapan seriusnya. "Enggak, habis ini masih ada jam kuliah, lo gila?"
Oliver berdiri dan menarik tangan Olivia. "Persetan dengan kuliah, gue mau menghabiskan waktu hari ini sama lo. Untuk terakhir kalinya," ujar Oliver yang mengucapkan kalimat terakhirnya di dalam hati.
Olivia menahan senyumnya, dan menunduk. Oliver yang menurutnya menyebalkan kembali menjadi lelaki penggoda. Bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta dengan Oliver? Well, kalau dipikir-pikir, Alisha sangat beruntung juga bisa menjadi pacar Oliver waktu dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet In the Real Life
Teen Fiction[BOOK 2 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] Kata Johnny Deep, "Jika kau mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan, pilihlah orang kedua, karena jika kau benar-benar mencintai orang pertama, kau tidak akan mencintai orang yang kedua." Namun...