Sudah tiga hari yang lalu Rina menanyakan tentang Oliver padanya, tetapi Olivia tidak tahu harus menjawab apa, sehingga ia mengalihkan pembicaraan yang membuat mereka tidak membicarakan soal Oliver lagi.
Kini, Olivia cemberut mendengar perkataan Dinda, yang mengatakan bahwa Ia harus ikut ke pernikahan teman Bundanya malam ini.
Tentu saja, Olivia tidak mau, karena mendadak dan pasti kebanyakan disana yang datang adalah orang tua. Namun, Dinda memaksanya, katanya tidak ada teman. Ya, Ayah Olivia, pergi keluar kota selama seminggu karena pekerjaannya yang menumpuk. Jadi, hanya ada Olivia, Milo, dan Bundanya.
"Gak mau, Bun. Pasti Bunda cuekkin Oliv, dan lebih milih ngobrol sama temen Bunda," ucap Olivia dengan wajah mencibirnya.
Dinda menghela napas, "Enggak, Oliv sayang. Bunda gak bakal ngacangin kamu kok! Ikut sama, Bunda ya? Ya?"
Olivia menatapnya dengan mata yang menyipit. "Tapi... ada syaratnya! Ajak Milo sekalian, biar Oliv ada temen ngobrol,"
"Ah, itu mah gampang, yang penting sekarang, kamu dandan yang cantik, siapa tau ada yang kepincut sama kamu," ucap Bundanya menggoda lalu keluar dari kamar, Olivia memutar bola mata mendengarnya.
"Ish, geli."
Olivia mengganti bajunya dengan sebuah dress berwarna biru dongker selutut, dan juga berlengan panjang.
Ia melepas ikatan rambutnya, sehingga membuat rambut itu terurai sampai sepunggung. Menatap cermin, sebuah ingatan melintas di pikirannya.
"Oliv mau denger pantun gak?"
"Boleh,"
Oliver berdeham sebanyak dua kali. "Ke Ambon main kecapi, i was born to make you happy,"
Pantun itu.
Pantun yang Oliver buat untuknya disaat sedang konser 5SOS berlangsung. Ia masih mengingatnya. Walaupun terdengar receh, tetapi tetap saja pantun itu sanggup membuat Olivia tertawa, sekarang pun ia melakukan hal yang sama. Tertawa menatap cermin.
Ah, seandainya itu semua bukanlah mimpi. Pasti Olivia tidak akan melepaskan lelaki itu.
"Olivia! Cepetan!" teriak Bundanya dari luar, yang membuat Olivia tersadar, dan bergegas memakai make up nya dengan se-natural mungkin, setelah itu, ia turun kebawah.
"Emang ya, cewek itu kalo dandan lama," ucap Bundanya berkeluh kesah. Padahal asal kalian tahu saja Dinda pun seperti itu orangnya. Bahkan, lebih lama dari Olivia.
Olivia hanya terdiam, menghiraukan ucapan Bundanya, tak lama Milo datang, dengan menggunakan kemaja putih dibaluti jas hitamnya. Ngomong-ngomong, Milo sudah lulus kuliah, dan ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia, karena jauh dari keluarga tidak enak menurutnya. Disini pun, ia mendapat pekerjaan. Ia bekerja sebagai manager di sebuah hotel, dan kini ia sedang cuti. Olivia pun tidak mengerti alasannya mengapa Milo cuti. Lagi pula itu bukan urusannya.
"Serius kamu ke kondangan orang pake sepatu kets?"
"Pake hak tinggi gak enak, Bunda." keluh Olivia.
Dinda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendecak, kemudian ia menyuruh Olivia untuk masuk ke dalam mobil.
Mereka bertiga masuk ke dalam mobil putih yang diberi nama Annabeth oleh Bundanya. Olivia duduk dibelakang sedangkan Dinda dan Milo duduk didepan.
Perempuan itu sebenarnya masih trauma untuk menaiki mobil, karena kecelakaan yang dialaminya. Ia pun tidak mau memakai mobil lagi karena berkat hal itu, hampir saja nyawanya melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet In the Real Life
Ficção Adolescente[BOOK 2 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] Kata Johnny Deep, "Jika kau mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan, pilihlah orang kedua, karena jika kau benar-benar mencintai orang pertama, kau tidak akan mencintai orang yang kedua." Namun...