Sedari tadi, Olivia memegang tangan Milo. Apakah kalian tahu penyebabnya? Well, bisa dibilang Olivia takut dengan yang namanya kuburan. "Bang, balik deh. Gue takut." ujar Olivia dengan kepalanya yang mengumpat dibalik ketiak Milo.
"Ya elah, ini masih pagi kali. Tujuan kita kesini kan mau ngedoain Alisha. Gak baik kalo lo bilang kayak gitu. Nanti juga kalo lo mati, tempat terakhir lo di dunia itu disini. Udah ah, ayo. Udah rame tuh," Milo melangkahkan kakinya, menuju kerumunan orang yang tengah berdoa di pusaran terakhir Alisha.
Terlihat Tante Kila yang menangis, dan Oliver yang menenangkannya. Olivia cukup salut, bahwa Oliver tidak menangis saat di pemakaman Alisha, karena lelaki itu menjalankan perintah pacarnya dengan baik. Tapi, tunggu! Lalu bagaimana dengan pesan Alisha yang mengatakan bahwa ia harus bersama Oliver? Ya Tuhan, Olivia hampir saja lupa akan hal itu!
Ingin sekali, ia pulang dan tidak mau menemui lelaki itu, tapi untuk kabur dari permasalahan ini rasanya tidak mungkin, karena ia melihat Fino yang sedang menatap dirinya.
Bocah itu, bukannya berdoa untuk Alisha, ia malah menatap Olivia bagaikan sedang melihat kuntilanak yang melayang di sebuah pohon.
Menghiraukannya, ia lebih memilih untuk terus bersama Milo, dan memberi jarak antara Fino dan Oliver, setelah itu berdoa agar Alisha tenang disana.
Melihat ke depan, ternyata ada Chandra yang juga ikut mendoakan Alisha. Olivia tidak kaget, karena sebelumnya Fino telah memberitahunya. Namun, saat lelaki itu menatap Olivia, ia melotot. Olivia yang gugup pun lantas memegang tangan Milo erat seraya menundukkan kepalanya.
Semuanya telah selesai, para pelayat beserta ustadz pergi meninggalkan pusaran terakhir Alisha. Tante Kila masih terisak, dan menaburkan kembang 7 rupa beserta wewangian. Tak lama, ia berdiri dan menyuruh Oliver untuk mengantarkannya pulang.
Menatap Olivia sebentar, Oliver pergi meninggalkan teman-temannya dengan tidak berkata apa-apa. Kini, hanya ada Olivia, Milo, dan ketiga teman Oliver. Chandra masih menatap Olivia dengan aneh.
Tampak Chandra berbisik pada Fino yang membuat lelaki itu melotot, dan menatapnya dengan raut wajah yang khawatir. Olivia jadi berpikir yang tidak-tidak.
Adrian dan Chandra pergi duluan, dan lelaki itu masih saja meliriknya, sialan. Ada apa sebenarnya ini?
Fino menghampiri kakak-beradik itu. "Kakak ipar! Boleh minjem Olivia sebentar?"
Dengan cekatan Milo menarik tangan Olivia, yang membuat perempuan itu kaget. "Enak aja! Enggak."
"Ayolah, Kak. Gitu amat sama gue dari kemaren, masalah hidup dan mati nih," ujar Fino lagi.
"Enggak!" ucap Milo. Fino hanya cemberut melihatnya.
Olivia yang tadinya hanya diam, membuka suaranya. "Kenapa sih, Fin?"
"Ntar aja deh gue kasih tau lo di chat, gue duluan." ujarnya sebal, dan pergi meninggalkan kakak-beradik itu.
Olivia pun jadi berpikir, apakah ini tentang Chandra yang memiliki mimpi serupa dengannya? Mengapa Olivia bisa berpikiran seperti itu? Karena saat Chandra melihatnya, lelaki itu terkejut, dan Olivia yakin kalau ia memiliki mimpi yang serupa.
Sepulangnya dari pemakaman Alisha, Olivia membaringkan tubuhnya di sofa. Hari ini ia meliburkan diri untuk kuliah, karena harus menghadiri pemakaman. Sebenarnya, Olivia masih bisa ngampus, karena ia mendapat jadwal pada siang ini, tapi ia terlalu malas, toh dosennya juga jarang masuk.
Ia melepas selendang pada kepalanya, dan mengambil ponsel yang berada di saku bajunya. Membuka aplikasi instagram, tiba-tiba ia disuguhkan pemandangan, yang membuat mata perempuan itu terbakar, dan hendak menggigit ponsel yang dipegang saking kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet In the Real Life
Teen Fiction[BOOK 2 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] Kata Johnny Deep, "Jika kau mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan, pilihlah orang kedua, karena jika kau benar-benar mencintai orang pertama, kau tidak akan mencintai orang yang kedua." Namun...