19. Shut Up

37K 4.5K 1.1K
                                    

Dafino : ada yang mau gue omongin sama lo. Bisa kita ketemu?

Tidak henti-hentinya Olivia membaca pesan itu. Fino mengirimnya sekitar tiga puluh menit yang lalu, dan Olivia hanya membacanya.

Dafino : Kok dibaca doang?

Dafino : Oh ya, gue kan bukan siapa-siapa lo.

Ingin sekali Olivia menenggelamkan diri di lautan. Bagaimana ini? Jujur, Olivia masih kesal dengan lelaki itu. Namun, disamping itu pula ia merasa tidak enak hati pada Fino.

Jarum jam yang berada di dinding menunjukkan angka sepuluh lewat lima. Percayalah, akhir-akhir ini Olivia lebih suka tidur larut malam. Bahkan, ia hanya bisa tidur pada dini hari.

Tengkurap, ia menenggelamkan kepalanya pada bantal. Apa Olivia harus bertemu dengan Fino agar permasalahan ini selesai? Menghela napas, jarinya mulai mengetik pada layar persegi panjang itu.

Olivia : Buat apa? Ngenalin pacar lo ke gue? Hahaha lucu.

Send!

Melihat pesan yang dikiriminya tadi, Olivia mulai merasa bersalah. Ia jutek sekali saat menjawab pesan Fino. Tidak seharusnya Olivia berkata seperti itu.

Mengapa mencintai dua orang secara bersamaan itu rumit?

Dafino : justru itu yang mau gue omongin sama lo, sayang.

Tuh kan, lagi-lagi Fino sanggup membuat Olivia terbang ke awan walaupun dirinya masih marah padanya.

Olivia : Apa sih, gaje tau gak.

Dafino : Tapi kamu suka kan?

"ISH, APAAN SIH, KOK DIA JADI BEGINI?!" jeritnya kesal setengah mati. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menggumamkan kalimat berkali-kali yang menyatakan bahwa Dafino adalah lelaki brengsek yang membuat ia baper, dan tidak seharusnya Olivia percaya pada bualan lelaki itu.

Dafino : besok ada jadwal ngampus? Kalo ada, balik jam berapa?

Olivia menatap keatas, tanda bahwa ia berpikir. Setelah mengingatnya, ia mengetikkan jawabannya.

Olivia : jam 10

Dafino : Oke, besok kita ketemuan di Kafe Kookie tepat lo balik ngampus, gue tunggu, dan jangan bawa Oliver

Dafino : have a nice dream, princess!

Olivia mati ditempat.

°°°°

"Rina!" panggil Olivia saat melihat teman SMA-nya sedang menendang roda mobil tepat di depan kampusnya.

"Eh, Oliv," Rina yang terpanggil melambaikan tangannya, dan duduk pada kap mobil. Ia mengikat rambutnya karena panas matahari membuatnya kegerahan. Blazer yang ia pakai, ia lepas, sehingga hanya menampakkan kemeja putih pendek garis-garis.

"Lo kenapa?" tanya Olivia.

Rina menghela napas, dan mulai menjelaskannya. "Mobil gue mogok, padahal sebentar lagi ada meeting. Sebel banget gue. Ya Tuhan, gue takut bokap gue marah-marah," ucapnya. Perempuan itu mengusap wajahnya kesal.

"Coba buka dulu kap mobil lo." Olivia menyuruh Rina untuk berdiri. Sementara Olivia membuka kap mobil, dan asap keluar dari benda bergerak itu, yang membuat Olivia terbatuk-batuk sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Meet In the Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang