ROSE 02

4.2K 204 1
                                    

Niel berjalan menuruni tangga marmer yang berkilau. Suara langkah kakinya hampir tak terdengar di dalam keheningan istana, namun langkahnya terhenti ketika mendengar percakapan antara Raja Antonio dan Selir Isabella. Menguping bukanlah kebiasaannya, terutama bukan saat membicarakan hal yang begitu pribadi, tetapi naluri pelindungnya tergerak. Dia harus tahu apa yang direncanakan Isabella untuk Putri Kanna, satu-satunya alasan dia bertahan di istana yang penuh intrik ini.

"Yang Mulia, sepertinya kita harus memperketat aturan untuk Putri Kanna," Selir Isabella mengusulkan dengan nada penuh kepastian. Suaranya halus, tetapi ada ketegangan yang tersimpan di balik kata-katanya.

Raja Antonio terlihat terkejut. Dia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata sang selir. "Tidak. Aku tidak akan memperketat aturan untuk putriku. Dia adalah satu-satunya yang aku miliki. Aku tak ingin membuatnya merasa terkurung. Kau tahu itu bukan, Isabella?" ucapnya, matanya menunjukkan kebangkitan emosi.

Selir Isabella, yang dikenal dengan kecerdikannya, merasa kecewa. Wajahnya menampilkan kerisauan yang mendalam. Dia tahu, semakin Kanna merasa terpenjara, semakin besar kemungkinan gadis itu memberontak dan memilih untuk meninggalkan kerajaan. Dan saat itu, rencananya untuk mengambil alih tahta akan menjadi lebih mudah.

Takkan kubiar raja merasa kasihan kepada Putri Kanna. Dalam hati, Isabella merencanakan langkah berikutnya. Aku harus memperbanyak ramuan itu agar efeknya cepat menyebar.

Bagi Selir Isabella, Putri Kanna adalah penghalang terbesar untuk ambisinya. Akan ku buat putri manja itu membenci ayahnya. Setelah itu, aku akan mengusirnya keluar dari istana ini tanpa mengotori tanganku. Semudah aku menyingkirkan Ratu Claris, maka akan mudah pula aku menyingkirkan Putri Kanna.

Niel mendengarkan semua ini dengan saksama, hatinya bergetar mendengar rencana busuk yang dinyatakan dengan dingin. Dia adalah seorang mind reader, mampu membaca pikiran orang-orang di sekelilingnya, tetapi tidak dengan Putri Kanna. Itu adalah batasan yang dia buat sendiri, meskipun kadang menyiksanya.

Niel berusaha menahan amarahnya saat mendengar pembicaraan antara Raja dan Ratu. Tubuhnya gemetar, dan kuku jarinya memutih karena mengepal tangan dengan sangat kuat. Kau tidak bisa melakukan ini, pikirnya, berjuang melawan keinginan untuk melompat ke depan dan melindungi Kanna dari semua bahaya ini. Ingat janjimu kepada Ratu Claris, Niel.

Akhirnya, setelah berusaha mengatur napasnya, Niel kembali fokus pada percakapan di depan matanya.

"Namun, Yang Mulia," Selir Isabella melanjutkan dengan lebih mendesak, "apa Anda tidak melihat? Putri Kanna semakin kelewatan sekarang. Dia semakin menjadi pembangkang dan banyak peraturan yang telah dilanggarnya. Seharusnya Anda memberinya hukuman agar dia menyadari kesalahannya. Tapi apa yang Anda lakukan... ANda malah membuatnya semakin manja."

Suara Selir Isabella penuh tekanan, matanya berbinar seolah-olah melihat kemenangan di depan mata. Raja Antonio terlihat bingung dan tertekan. Dia menatap foto keluarga yang tergantung di dinding, wajah Ratu Claris tersenyum penuh kasih.

"Apa yang harus aku lakukan, Isabella? Aku telah kehilangan segalanya, dan aku tidak ingin kehilangan satu-satunya harta yang aku miliki," ucapnya, suaranya bergetar ketika membayangkan kehilangan Kanna.

"Anda hanya perlu sedikit keras kepadanya. Jangan biarkan dia terus memanjakan dirinya seperti ini. Dia tidak akan menjadi seorang putri seperti yang Anda harapkan. Percayalah, Yang Mulia, dia tidak akan marah kepadamu. Bukankah dia itu putrimu? Anda harus percaya padaku," tegas Selir Isabella, terlihat yakin bahwa kata-katanya dapat mempengaruhi sang raja.

Niel menyaksikan semua itu dengan rasa cemas yang mendalam. Raja Antonio tampak terpengaruh, dan saat dia berbalik, Niel merasakan suasana gelap menyelimuti hatinya. Jika rencana ini berhasil, Kanna akan berada dalam bahaya.

Magic Rose : Rose Symbol (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang