ROSE 03

3.3K 173 0
                                    

Kanna masih tertegun, percakapannya dengan Niel masih terngiang dalam kepalanya. Setelah merasa cukup tenang, ia beranjak dari posisinya. Tanpa pikir panjang, tas yang sedari tadi ternyata masih dipundaknya pun dicampakkan ke sembarang arah, suara beratnya menghantam lantai dengan bunyi yang menyentak kesunyian kamarnya.

Ia mengempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, menutupi wajahnya dengan salah satu lengan. Matanya yang indah, seolah mencerminkan ketidakberdayaan, terpejam rapat.

"Aku muak dengan semua ini. Sampai kapan aku harus terpenjara seperti ini?" Kanna mengeluh dalam hati. Suaranya samar, menghilang di tengah keheningan. Kenangan akan kebebasan, saat ia bisa berlari di taman, membaca buku di perpustakaan, atau sekadar bercanda dengan ibunya, terasa sangat jauh. "Dan aku..." Suara Kanna hampir hilang saat ia melanjutkan, "Aku merindukanmu, Bu. Sangat."

Air mata mengalir di pipinya, membasahi lengan yang menutupi wajahnya. Ia merindukan kehangatan pelukan ibunya, Ratu Claris, yang kini hanya tinggal kenangan.

Setelah beberapa saat terjebak dalam kesedihannya, Kanna merasakan keanehan. Seperti ada sesuatu yang menariknya. Lantas ia membuka matanya dan bangkit dari pembaringannya. Di mana aku sekarang? gumamnya dalam hati, tidak mengerti dengan keadaan yang mengelilinginya.

Gadis bersurai merah muda itu mengerjapkan matanya. Ketika ia membuka matanya, segala sesuatu di sekelilingnya berubah. Ia tidak lagi berada di dalam kamarnya. Pandangannya menyapu ke arah luar jendela, dan ia melihat rimbunan pohon yang besar yang sedang berbunga mekar.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Kanna bisa melihat pemandangan yang begitu indah. "Sungguh indah," gumamnya, hatinya dipenuhi rasa takjub. Ia melangkah ke luar, menyusuri barisan pepohonan itu dengan hati yang lebih ringan. Hembusan angin membawa serbuk sari bunga, seolah menyambutnya dengan pelukan lembut.

Rambutnya yang berwarna merah muda berkibar-kibar akibat hembusan angin, dan Kanna tak ingin melewatkan keindahan ini. Namun, saat ia terus berjalan, pemandangan di depannya berubah, membawanya pada tempat yang lebih menakjubkan.

Kini Kanna telah sampai di penghujung rimbunan pepohonan indah itu. Hamparan bunga mawar yang sangat cantik menghampar di hadapannya, mengelilingi satu pohon yang rindang tepat di tengahnya. Jalan setapak yang ada di antara hamparan bunga itu mengundangnya untuk melangkah lebih jauh.

Kanna menyukai bunga mawar, terutama yang berwarna merah muda. Di antara ribuan bunga yang ada di sana, ia memetik salah satu mawar yang sangat indah. "Mawar merah ini sangat cantik," gumamnya, tetapi sekelebat ingatan tentang ibunya tiba-tiba muncul di pikirannya.

Flashback

"Ibu... Ibu... lihat bunga yang Kanna bawa. Cantik, bukan?" tanya seorang Kanna kecil kepada ibunya sambil menunjukkan bunga mawar itu. Sang ibu tersenyum melihat tingkah putri kesayangannya ini. Dengan lembut, ia menggenggam tangan mungil Kanna dan membawanya menuju salah satu pohon rindang yang ada di antara taman bunga.

"Sayang, kau tahu bunga apa yang sangat Ibu sukai?" Wanita paruh baya itu bertanya, dan gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum, lalu memberikan bunga yang dipegangnya kepada sang ibu.

"Ibu suka bunga ini, kan? Makanya Kanna memetik satu yang paling cantik untuk Ibu. Apa Ibu menyukainya?" Kanna bertanya, wajahnya penuh harapan. Sang ibu tersenyum, tetapi kemudian mengalihkan perhatian Kanna dengan lelucon.

"Tidak"

Jawaban singkat itu membuat ekspresi Kanna kecil berubah, mengerutkan keningnya. Sang ibu, melihat reaksi putrinya, merasa leluconnya justru membuat Kanna merasa sedih. Ratu Claris pun tertawa kecil, dan Kanna tampak terkejut.

"Ibu, apanya yang lucu?" gerutu gadis kecil itu sambil melipat kedua tangannya.

"Maafkan Ibu, Kanna sayang. Ibu tak bermaksud. Ibu sangat menyukai bunga ini. Bunga yang sangat cantik, terima kasih," ucap sang ibu, dan Kanna kecil langsung kembali ceria, memeluk sang ibu dengan penuh kasih.

Magic Rose : Rose Symbol (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang