Darah segar mulai mengaliri telapak tangan dan kakinya. Kanna berlari terus tanpa henti, mengabaikan rasa sakit yang semakin menyengat di tubuhnya. Hatinya berdebar kencang, dan langkahnya semakin tidak teratur. Tiba-tiba, sebatang pohon yang tergeletak di jalannya membuatnya tersandung dan terjatuh.
Bruuk.
"Aaaakh!" teriak Kanna, nyaris tidak dapat menahan rasa sakit yang menyengat. Kini, ia sudah tak sanggup lagi berdiri. Namun, dorongan nalurinya mengingatkan bahwa ia masih harus berlari. Ia menoleh, menyadari bahwa orang-orang yang mengejarnya itu telah berada di dekatnya. Lima sosok berjubah merah, wajah mereka tertutupi oleh penutup yang hanya menyisakan sepasang mata tajam yang berkilauan dalam gelap.
Kanna, yang menahan sakit itu, berusaha bangkit dan berdiri meskipun seluruh tubuhnya bergetar. Ia mengambil langkah pelan, mundur secara perlahan. Sebuah pertanyaan menyelubungi pikirannya: *Jika ini mimpi, berarti aku tak merasakan sakit, bukan? Tapi nyatanya ini bukan mimpi. Aku merasakan sakit yang teramat di seluruh tubuhku saat ini. Di mana aku sekarang?*
Seseorang, tolong aku!" Kanna hanya berharap ada seseorang yang mau menolongnya.
"Hei, gadis manis! Berikan kuncup mawar itu padaku!" salah satu dari mereka berkata, suaranya dingin dan menggoda. Namun, Kanna tak bergeming. Ia semakin erat mendekap mawar kuncup itu dalam pelukannya.
"Tidak ada cara lain. Aku akan mengambilnya secara paksa, lalu membawamu ke hadapan Yang Mulia," salah satu dari mereka mulai melafalkan mantra aneh yang nyaris tak dapat tertangkap oleh telinga Kanna. Tiba-tiba, tubuh Kanna tak lagi dapat bergerak. Ia terpaku di sana, merasakan kehadiran yang tak terduga mengambil alih tubuhnya.
"Tidak. Apa yang terjadi padaku?" Tubuhku tidak bisa ku kendalikan. "Seseorang, tolong aku. Tidak! Aaargh, bunga itu jangannn!" Teriakannya nyaris tak terdengar, terjebak di tenggorokannya. Ia berjuang melawan kekuatan yang tidak terlihat itu, tetapi semua usaha sia-sia.
Pada saat-saat terakhir, seberkas cahaya melintasi Kanna dan kelima sosok berjubah itu, membuat mereka mundur sejenak. Kanna masih syok dengan apa yang nyaris saja terjadi padanya.
Srek, srek, srek...
Kanna langsung menoleh ke arah suara itu. Seorang pria berjubah putih dengan simbol mawar muncul dari barisan pepohonan, langkahnya mantap.
"Sepertinya aku masih harus melatih pendaratanku. Maaf ya, mengejutkan kalian," ucapnya dengan nada santai, meski Kanna bisa melihat ketegangan di wajahnya. Pria bersurai hijau itu mengenakan topeng yang menutupi bagian atas wajahnya, hanya menyisakan mata tajam yang bersinar. Kanna terdiam, bingung.
"Jangan hentikan kami, atau kami akan ..." satu dari lima orang itu menyela, tetapi aura di sekitarnya berubah menjadi menyeramkan. Kanna merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Ingin membunuhku? Lakukanlah!" pria bersurai hijau itu menantang, suaranya penuh keberanian. Kanna tertegun. "Apa yang dia lakukan? Aku saja menghindari kematian, tapi dia malah menyerahkan nyawanya begitu saja? Yang benar saja!" Gumam Kanna dalam hati, tetapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, salah satu dari kelima orang itu sudah tersungkur di tanah.
"Apa-apaan dia? Sejak kapan dia berada di sana?" pikir Kanna, bingung dan terkejut. "Bukankah tadi dia...? Aah, sudahlah, yang terpenting aku selamat."
Kini, pria itu telah dikelilingi oleh keempat orang sisanya.
"Jika hanya kalian berempat, aku bisa membereskan ini dalam sekejap," ucap pria itu menantang. Suara keberaniannya seolah mengisi ruang di sekeliling mereka.
"Kau hanya banyak bicara. Apa kau masih bisa banyak bicara sekarang?" ucap salah satu dari keempat orang itu dengan nada mengejek. Tiba-tiba, dari arah yang tidak terduga, Kanna dan pria itu sudah terkepung oleh puluhan orang berjubah merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Rose : Rose Symbol (Tamat)
Fantasy[revisi] Menjadi seorang PUTRI itu tidaklah semenyenangkan, seperti yang dibayangkan. Kannanya Roseta Caesarean, satu-satunya harapan untuk mengungkap rahasia yang ditutup sangat rapat. Start on Januari 2017 Finished on Oktober 2018 Revisi on Novemb...