Chapter 6 : Tongyeong!

248 28 0
                                    

^^

.

.

.

Aku baru ingat kalau tempat duduk masing-masing siswa diacak. Itu berarti aku bisa duduk di samping murid kelas lain.

Dan aku tidak menyangka murid itu adalah Park Jimin, laki-laki aneh yang tiba-tiba memintaku berteman dengannya. Entah ini kebetulan atau memang takdir, anak itu selalu saja berada di dekatku akhir-akhir ini.

Bukan hal istimewa memang, tapi aku cukup senang karena aku mengenalnya. Tidak hanya itu, Sujeong dan Minwoo juga satu bus denganku. Mereka bahkan duduk berdampingan di seberangku.

"Jiyeon-ah, kau di sini?" Seorang laki-laki yang duduk di depanku menoleh ke arahku.

"Choi Seungcheol? Kau di sini juga?"

Seungcheol mengangguk

"Baguslah. Aku bisa meminta bantuanmu nanti"

"Tentu saja"

Bus yang kami tumpangi mulai melakukan perjalanan. Salah satu dari kami berinisiatif untuk memutar lagu melalui speaker bus. Mendadak semua murid mulai ricuh. Maksudku, mereka mulai bernyanyi bersama.

Seventeen - Manse

Aku hanya tersenyum melihat betapa kompaknya murid-murid yang ada di bus ini saat menyanyikan lagu ini, padahal dari kelas yang berbeda-beda. Bahkan mereka seperti sudah berlatih sebelumnya. Mereka menyanyikan bagian rap dan chorus bergantian, bahkan ada yang backing-vocal juga.

"Manse manse manse yeah. Manse manse manse yeah!"

Aku memandang laki-laki di sampingku, Jimin. Dia sedang bernyanyi dengan melambai-lambaikan tangannya seperti gerakan dance lagu ini.

"Kau terlihat sangat tahu tentang lagu ini? Kau Seventeen's Fanboy?" celetukku

"Tidak juga. Aku hanya suka. Suka bukan berarti fans"

"Oh ya?"

"Tentu saja. Selain Seventeen, aku juga suka Big Bang, BTS, EXO, Red Velvet, G-Friend... emmm BlackPink" ujarnya sambil menghitung dengan jari

"Kau menyukai semua grub ternyata" kekehku

"Mereka semua punya lagu yang bagus. Aku jadi ingin menciptakan lagu"

"Benarkah? Wah, ku harap aku adalah orang pertama yang mendengarkan lagu ciptaanmu"

Jimin memutar menghadap ke arahku. "Kau percaya padaku?"

"Eh? Apa?"

"Maksudku, kau percaya aku bisa menciptakan lagu?"

"Kenapa tidak? Ku harap lagumu itu bagus, Chim." ujarku

"A-apa?"

"Apanya?"

"Kau memanggilku apa tadi?"

"Chim. Kenapa?"

"Kenapa memanggilku begitu?"

Sebenarnya aku juga tidak tahu kenapa memanggilnya seperti itu. Itu hanya refleks saja. "Chimchim. Bukankah itu cute? Aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang"

Dia tersenyum senang. "Baiklah. Call me Chimchim." Aku tertawa pelan. "Dan aku akan memanggilmu Jiji" lanjutnya.

"Kau seperti memanggilku noona dalam bahasa mandarin" ejekku.

[1] My Fate : AwakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang