Chapter 15 : Love You, Dad!

162 25 5
                                    

Dia memang benar-benar bahagia. Bahkan meskipun wajahnya masih sedikit lebam dan banyak luka-luka kecil, dia terus saja tersenyum.

Lalu ponselku bergetar.

Aku bergerak mencoba melepaskan pelukan itu. "Lepaskan, Tae"

"Sirheo" gumannya.

"Ponselku bergetar, Tae!"

Akhirnya dia melepaskan pelukannya.

Tanganku merogoh sakuku dan melihat nama Woobin Oppa memanggilku.

"Ne, Woobin Oppa?" Aku melotot ke arah Taehyung yang mendekatkan telinganya ke ponselku.

Lalu detik berikutnya mataku melebar senang.

"Jiyeon-ah! Ayah sudah sadar!"

.

.

.

Chapter 15

Langkahku terhenti di depan pintu. Tanganku meremas ujung rok yang ku kenakan. Sedikit ragu untuk membuka pintu itu.

"Tidak apa-apa" kata Taehyung pelan

Setelah pulang sekolah, aku memutuskan langsung pergi ke rumah sakit, dan Taehyung memintaku (dengan paksaan lebih tepatnya) untuk memperbolehkannya ikut. Dan berakhirlah di sini, berdiri di depan pintu ruang dimana Ayahku dirawat tanpa ada keberanian untuk masuk.

"Oh, Jiyeon-ah. Kau sudah datang?"

Aku memutar kepalaku dan mendapati Minyoung eonni yang menghampiriku.

"Ya. Kim Taehyung. Kau juga di sini? Dimana Jimin?"

Aku melirik ke arah Taehyung. Dia tersenyum. "Aku tidak tahu, noona. Dia tidak satu kelas denganku"

Minyoung eonni hanya mengangguk paham.

"Kau tidak masuk? Kakak dan Ayahmu di dalam"

Aku menunduk, menelan ludahku samar. Tanganku terulur untuk membukanya perlahan. Aku menahan napas sejenak saat pintu itu terbuka sempurna dan memperlihatkan dua orang yang sangat ku sayangi.

Ayah sedang duduk sambil memakan buah yang dikupas Woobin Oppa.

"Jiyeon-ah" Mataku memanas saat Ayah memanggil namaku. "Kau Kim Jiyeon, anakku kan?"

Aku mengambil langkah seribu untuk menghampiri beliau, lalu memeluknya. Tangisku pecah seketika.

"Ayah, aku merindukanmu"

"Ayah tidak apa-apa? Ada yang sakit? Apa Ayah ingin aku pijat?" tanyaku gusar sambil melepas pelukanku.

Ayah menghapus air mataku. "Aigoo, kau cerewet sekali, hm? Ayah tidak apa-apa. Bagaimana denganmu, nak?"

"Tidak apa-apa bagaimana? Ini sudah hampir dua tahun, Ayah. Aku nyaris putus asa karenanya"

"Ayah, dia bohong. Dia itu jarang sekali menjengukmu. Dia hanya mementingkan sekolah, sekolah dan sekolah. Dia mana mungkin memikirkan Ayah?" celetuk Woobin Oppa.

"Oppa! Aku hanya tidak ingin nilaiku turun dan membuat Ayah marah!" kataku kesal.

"Sudahlah. Aigoo, kalian membuatku ingin cepat-cepat pulang"

Aku termenung sejenak. "Tapi Ayah, rumah kitaㅡ"

"Ayah tahu. Kakakmu sudah menceritakan semuanya pada Ayah. Tentang perusahaan, rumah, ibumu. Ayah tahu semuanya"

[1] My Fate : AwakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang