Chapter 12 : Wedding?!

233 27 2
                                    

Dia membuang payungnya. Tangan kanannya melepas genggaman tanganku. Tapi kemudian dia memelukku erat. "Maafkan aku. Kau tidak boleh dekat-dekat denganku. Aku orang jahat. Aku tak sebaik yang kau pikirkan"

Aku menangis sejadi-jadinya. "Tidak. Kau orang baik, Jimin-ah. Aku percaya padamu. Aku akan selalu percaya padamu"

Tetesan-tetesan hujan masih saja mengguyur. Tapi itu sama sekali tidak lagi terasa dingin bagiku.

Aku bahagia kau kembali, Park Jimin.

.

.

.

Chapter 12

"Aku tidak tahu kalau rumahmu dekat dengan sekolah"

"Kau harusnya tahu dari dulu kalau Seokjin tidak menghentikanmu saat kita pulang bersama dulu"

Aku tersenyum kecut. Kenapa kata-katanya masih dingin?

"Tunggu di sini. Aku akan membawakanmu baju ganti" katanya sebelum pergi.

Setelah hujan-hujanan tadi, Jimin mengajakku ke rumahnya yang ternyata tidak jauh dari halte tadi. Tidak jadi ke Haksaeng Cafe. Tentu sajalah. Kami tidak mungkin ke sana dengan pakaian basah.

Pandanganku menelisik sekitar. Rumahnya memang tidak lebih mewah dari apartemenku, tapi terkesan hangat. Banyak foto yang terpampang di tembok ruang tamu.

Ada foto dua orang paruh baya (yang aku yakin itu orang tua Jimin) bersama Jimin kecil dan satu anak perempuan yang lebih tua dari Jimin. Lalu ada foto anak perempuan tadi saat wisuda. Foto Jimin menggunakan seragam SMP. Ada juga fotonya saat masih kecil.

Aigoo, dia sangat menggemaskan saat kecil.

"Apa yang kau lihat?"

Aku segera menjauhkan diri dari foto-foto itu dan berlagak biasa saat Jimin memergokiku

"Tidak ada" elakku.

"Aku harusnya memindahkan ini, tapi Minyoung noona benar-benar keras kepala" gerutunya.

"Kau punya kakak perempuan?" tanyaku.

"Ya. Dan dia akan membunuhku jika dia tahu aku membawa gadis malam-malam seperti ini ke rumah"

Aku menelan ludahku samar. Kakaknya garang ternyata.

"Meskipun begitu, ganti dulu pakaianmu. Lihatlah. Kau seperti tikus yang tercebur" ejeknya

"Kau juga seperti itu" ejekku balik.

"Lupakan saja. Kau mandilah di kamar mandi bawah. Aku akan menggunakan kamar mandi atas"

"Dimana kamar mandinya?"

"Ikut aku"

Aku mengikutinya. Kami melewati ruang tengah dan berhenti di dapur.

"Kakakmu kemana?"

"Dia sedang bekerja. Mungkin sebentar lagi pulang. Itu kamar mandinya. Letakkan bajumu di mesin cuci saja. Biar noona yang mencucinya"

"Tidak. Aku akan mencucinya dan membawanya pulang" kataku.

Heih, aku tidak mungkin membiarkan pakaianku dicuci orang yang aku repotkan, bukan?

"Terserah kau saja" kata Jimin lalu pergi.

---

Aku membuka pintu kamar mandi, lalu mengusap-usap rambutku dengan handuk. Tangan kiriku membawa bak kecil berisi baju basahku tadi. Sekarang aku menggunakan piyama hijau muda yang aku yakini punya kakaknya Jimin.

[1] My Fate : AwakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang