Chapter 23b : Fine

145 21 6
                                    

No, I'm not
I don't think it'll be easy for me
You still fill my days
No, not yet
I'm repeating like a fool
I can't hold the words lingering on my lips
It's not fine

(Taeyeon - Fine)

.

.

.

Cinta itu menyebalkan. Cinta itu menggelikan. Cinta bisa mengubah seseorang. Itu yang dikatakan Jennie saat aku meminta pendapatnya.

Dan aku sepenuhnya sependapat dengannya, terutama yang ketiga.

Ya. Setelah malam itu, aku jadi berubah.

Aku menjadi lebih pendiam. Aku jadi tidak banyak bicara saat di sekolah maupun di rumah, terlebih jika ada dia. Aku selalu asik dengan duniaku sendiri saat teman-teman kelasku sedang bercanda di jam kosong. Entah itu membaca buku, belajar dan mendengarkan lagu. Bahkan saat Taehyung memaksaku untuk pulang bersamanya, aku hanya menurut saja. Jennie juga heran padaku, tidak biasanya aku sependiam itu meskipun dulunya aku juga pendiam.

Saat jam istirahat sekalipun, aku selalu keluar kelas duluan dan menuju ke perpustakaan.

Bukan untuk belajar, tapi hanya duduk dengan earphone di telingaku. Mendengarkan lagu dengan volume lumayan keras, sesekali tanganku menulis sepenggal dari lirik lagu itu di buku catatan yang ku bawa. Terus seperti itu sampai jam istirahat selesaiㅡoh, atau mungkin tidak.

Jungkook sering menghampiriku dan mengajakku berbicara. Dia sering membuat lelucon yang membuatku tertawa, sampai pernah kami di usir oleh Ahn-ssaem yang kalem itu karena sangking berisiknya.

Jungkook juga pernah menunjukkan sebuah tempat yang katanya itu adalah markasnya dengan teman-temannya. Tempat itu dulunya adalah gudang kecil di dekat taman belakang. Tapi sekarang sudah disulap Jungkook dan teman-temannya menjadi markas klub basket kelas 2, angkatan Jungkook.

Karena tidak ingin di usir dari perpustakaan lagi, aku dan Jungkook sering bertemu di tempat itu saat jam istirahat. Bahkan aku juga bertemu dengan teman-temannya (ada juga yang membawa pacarnya masing-masing). Awalnya mereka canggung padaku karena aku senior, tapi lama-kelamaan tidak juga. Mereka sangat baik. Kami sering makan bareng di situ. Intinya, Jungkook dan teman-temannya bisa mengalihkan kegalauanku.

Di tempat itu, baik dia maupun Taehyung, bahkan teman sekelasku sekalipun tidak akan bisa menemukanku.

Itu bagus. Aku tidak akan melihat dia selama jam istirahat berlangsung. Hatiku akan sakit lagi jika bertemu dengan dia.

Bahkan saat di rumah sekalipun, aku juga sering mengurung diri di kamar. Berdalih bahwa aku sedang belajar, padahal aku tidak belajar.

Bukannya karena galau belajarku jadi terganggu, tapi belajar dengan waktu yang lama bukanlah tipeku. Aku hanya perlu belajar sedikit sampai memahami materi, dan itu sudah lebih dari cukup.

Benar. Itu alasanku untuk menghindari dia yang sedang berada di rumahku.

Tapi alasanku itu cukup masuk akal, karena aku sudah kelas tiga. Meskipun aku ikut bimbingan belajar, aku masih butuh belajar di rumah.

Orang sakit hati itu aneh, ya?

Lamunanku buyar saat bel istirahat berdentang. Sontak aku langsung mengemasi barang-barangku dan menyisakan buku tugas di mejaku. Sebenarnya ini adalah jam kosong. Lee songsaengnim sedang cuti karena istrinya melahirkan, jadi beliau memberi kami tugas.

"Ketua Choi, dikumpulkan di mana?" tanyaku pada Seungcheol.

"Kau sudah selesai?"

Aku hanya mengangguk.

[1] My Fate : AwakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang