Setelah begitu banyak perdebatan, akhirnya kedua manusia itu memutuskan untuk makan terlebih dahulu di salah satu restoran di kawasan Manhattan.
"Akhir-akhirnya makan juga kan," Taeyong mencibir tidak jelas ke arah Jisoo yang tengah melahap burgernya. Pasalnya, sedari tadi perempuan itu terus menerus menolak saran Taeyong agar makan terlebih dahulu.
Jisoo hanya mengangkat bahu tidak peduli. Ia hanya tau bahwa burger ini rasanya luar biasa walaupun mungkin faktor mengapa rasanya menjadi luar biasa, karena kali ini ia ditemani seseorang yang luar biasa.
"Jis, belepotan tuh," Jisoo salting mendengarnya langsung cepat-cepat membersihkannya. Namun, ia kalah cepat.. Taeyong sudah membersihkannya lebih dulu.
Jantung perempuan itu rasa-rasanya kabur dari tempatnya.
===
"Masa lo ke NY nggak bawa oleh-oleh buat Ibu lo sih?" Jisoo mengomeli Taeyong sembari memilih dan memilah oleh-oleh khas New York untuk Ibunda Taeyong. Lelaki itu hanya tersenyum kecil menanggapi Jisoo, kemudian beralih kembali pada kameranya.
Taeyong berputar-putar, mencari objek yang menurutnya bagus untuk dipotret. Gerakannya itu berhenti ketika wajah Jisoo memenuhi layar kamera kesayangannya. Ingatannya berkelana ke malam itu; dimana perempuan itu secara tidak sengaja memberitahu segala-galanya kepada Taeyong.
Masih segar semuanya diingatan Taeyong, ketika malam itu,
"Udah, Jis," Ucap Taeyong sambil mengelus punggung Jisoo pelan, "Cowok macem dia nggak cocok lo tangisin."
Jisoo melunak. Kemudian, melepaskan pelukan Taeyong dan menatap laki-laki itu lekat. Sampai-sampai Taeyong (hampir) salting dibuatnya.
"Gue nggak cuma nangis gara-gara Mino," Jisoo kembali sesegukan, "tapi, karena gue udah nemuin siapa yang pantas buat ngisi tempat Mino."
"Hm?" Taeyong bingung. Ini Jisoo ngelantur apa gimana sih? Mata Taeyong tak sengaja menatap 2 kaleng bir yang sudah kosong melompong di meja sofa. Ternyata Wakil Direktur ini bisa mabuk juga, ya?
"But I'm not good enough," Mata perempuan itu kembali berkaca-kaca, "he is perfect, while I am just.. nothing."
"Apa sih, Jis?" Taeyong mulai gerah mendengar omongan Jisoo, kemudian menimpali, "Kalau dia suka lo, ya bakalan suka. Eventhough you're not good enough or not as perfect as him or apalah itu."
Jisoo tertegun. Perkataan lelaki itu rasa-rasanya menembus hatinya. Ia selalu insecure tentang dirinya dan mungkin inilah kenapa Mino memperlakukannya dengan kasar?
Pandangan perempuan itu kembali bertemu dengan iris hitam itu. Lelaki itu, orang yang disukainya itu, segala perasaannya ini, harus diperjuangankan. You are worth the fight. You are worth my fight.
"Gue.. suka sama lo, Yong." Taeyong tidak pernah merasakan jantungnya berdetak lebih cepat melebihi saat kata-kata itu memasuki indra pendengarannya.
Guys, sorry banget kalau nyepam notifications kalian. Soalnya gue pengen ss ini cepetan kelar hehe. Maaf dan thank u sudah mau baca!
KAMU SEDANG MEMBACA
fly | taeyong x jisoo
Fanfictionketika pesawat menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka. ©2016 jisoossi