#2.1

655 46 0
                                    

Saat ini...

Aku membuka mataku dan melirik jam di nakas. Pukul 4 pagi. Aku bangun terlalu pagi lagi karena mimpi-mimpi masa kecilku.

Mimpi-mimpi yang seharusnya sudah tidak aku ingat kembali tetapi sering muncul belakangan ini sehingga rasanya seolah baru saja terjadi.

Mimpi tentang pertemuanku dan Deva.

Kenapa aku memimpikannya?

Sudah lama aku tidak memimpikan masa kecilku terutama saat-saat aku bertemu Deva, tetapi belakangan ini aku mulai sering mengingatnya.

Hari ketika ia mengajakku berteman dan menemaniku pulang. Lucu ternyata Deva tinggal di sebelah rumahku.

Ketika ia mengantarku pulang saat itu dan menuju ke daerah rumah-rumah komplek, aku akhirnya menyadari bahwa itu daerah rumahku, tepat ketika ia mengantarkanku ke rumahnya, mama dan papa berhambur memelukku dengan wajah khawatir dan panik.

Mereka berkata mereka tidak bisa menemukanku, mungkin karena mereka tidak terpikir aku akan keluar terlalu jauh. Deva yang saat itu masih bersamaku hanya memandang kami bingung, lalu kemudian ia tersenyum.

"Denada, kita tetangga!" katanya saat itu.

Aku memutar tubuh dari pelukan mama dan menatap Deva bingung. Deva menunjuk tangannya ke arah rumah di sebelah rumahku. "Itu rumahku!" katanya riang.

Kemudian mama juga ikut tertawa menyadari bahwa saat itu aku akhirnya memiliki teman dan memelukku lagi. "Kalian harus berteman yang baik ya." Itu yang mamaku bilang sambil memelukku saat itu.

Respon Deva sangat positif. Aku tidak tahu apa yang mendorongnya untuk mau mendekatiku, dan bahkan berteman denganku. Sejak saat aku tidak dianggap sebagai teman bermain di lapangan, aku tidak pernah lagi muncul di tempat tersebut.

Aku memutuskan aku tidak cocok bermain bersama siapapun, itulah kenapa aku kembali ke rutinitasku bermain dengan koleksi mainanku. Tapi kemudian Deva muncul dari serambi rumah sebelah dan melambaikan tangannya padaku dengan wajah riangnya.

"Hei, Denada! Main yuk!"

Aku menggelengkan kepalaku .

"Kamu nggak mau main?"

Sambil menunduk, aku memeluk erat bonekaku "Aku nggak suka main sama mereka."

Deva mengerutkan keningnya, bingung. "Kenapa? Mereka baik kok."

Lagi-lagi aku menggeleng.

"Kenapa? Nggak suka ya?"

Aku menggeleng.

"Nggak suka? Iya?"

Lalu aku mengangguk.

Saat itu aku bukan anak yang pandai berbicara ataupun mengungkapkan perasaan dengan gamblang. Karena itu, ketika aku bingung akan menjawab apa, yang kulakukan adalah berlari ke dalam rumah untuk kabur dari pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang dilontarkan Deva.

Hari berikutnya, tiba-tiba Deva muncul di depan pintu rumahku lagi, dan memaksaku untuk bermain bersamanya di rumahku tanpa pernah lagi membahas anak-anak di lapangan tersebut.

Deva bermain di rumahku hampir setiap hari sejak saat itu. Lalu aku sudah tidak bisa mengingat lagi kapan kami tidak bersama.

Deva selalu ada di sampingku, ia selalu menjadi satu-satunya orang yang mengajakku bermain dan mau berteman denganku. Hingga aku merasa hal tersebut wajar.

Bahkan ia menunggu setahun untuk masuk SD agar bisa sekelas denganku. 

Dia memilih sekolah yang sama denganku. Sejak dulu, hingga saat ini.

Mungkin itulah kenapa mimpi-mimpiku sering muncul, kadang secara berurutan. 

Sekarang Deva sedang tidak disampingku, dan aku tidak bisa menyalahkannya.

Aku yang mendorongnya menjauh, dan aku jelas tidak pantas untuk memintanya kembali di sampingku lagi.

Hanya saja, rasanya perasaan kesepian seringkali menggerogotiku.

.

.

.

TBC

Pasangan bukan Pacar [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang