#8.1

391 35 2
                                    

Berhubung aku belakangan ini memang sering kemana-mana dengan Deva, jadi tidak heran kalau aku juga mau tidak mau menjadi kenal dengan teman-teman Deva. Teman-teman Deva memang beragam, mulai adik kelas hingga anak kuliahan, kalau kata Deva ia mendapatkan teman-teman dari banyak tingkatan karena Deva cukup aktif di kegiatan-kegiatan luar sekolah, terutama yang berkaitan dengan sepak bola atau hobinya yang lainnya. Dan jika Deva bisa berhubungan dengan orang lai,n ia adalah tipe yang akan menjaganya dengan baik, tidak sepertiku yang selalu otomatis menjauh dengan orang-orang.

Teman-teman Deva yang cewek bisa ditebak tidak ada yang benar-benar ingin mengenalku, mereka hanya menyapa Deva dengan senyum ceria mereka, melirikku sekilas, kemudian langsung pergi menjauh, dimana itu kuartikan sebagai cara mereka untuk tidak berdekatan denganku.

Berbeda dengan teman-teman Deva yang cowok, mereka cenderung bertambah jumlahnya dan ketika benar-benar kuperhatikan, ternyata mereka sering memperhatikanku. Tapi aku jarang benar-benar menangkap maksud mereka karena pandanganku seringkali terhalang oleh punggung Deva yang selalu berada di depanku. Aku hanya menyadari bahwa ketika aku tidak bersama dengan Deva dan berapapasan dengan teman Deva, mereka selalu mencoba untuk berkenalan denganku. Kemudian aku akhirnya mengerti, bahwa yang mereka lakukan sama seperti pacar-pacarku sebelumnya, yaitu melakukan pendekatan.

Dari sekian teman cowok Deva, ternyata hanya sahabat dekatnya yang tidak pernah menatapku dengan cara yang sama dengan teman cowok Deva pada umumnya. Sahabat Deva lebih terkesan sebagai temanku, dan anehnya hal tersebut menimbulkan perasaan aneh, karena selama ini aku sendiri tidak pernah benar-benar memahami arti kata berteman.

Sepertinya Deva juga mengerti masalahku tentang berteman, dan ia juga mungkin mengerti bahwa dibanding teman-teman yang lain, kepada sahabatnya aku bisa merasa nyaman. Namanya Yasa, dan dia berteman dengan Deva sejak hari pertama kami masuk ke sekolah ini. Aku tahu cerita pertemanan Yasa dan Deva, karena Deva sering bercerita padaku. Mereka dipertemukan ketika sama-sama terlambat datang di hari pertama yaitu hari mereka di ospek. Saat itu usia Deva masih 16 tahun, belum memiliki ijin untuk mengendarai kendaraan pribadi sehingga kami bersama-sama diantarkan sopir Deva saat itu. Hanya saja aku berhasil kabur sedangkan Deva dan Yasa justru tertangkap. Karena mereka kena bully habis-habisan sama senior,  mereka berbagi penderitaan yang sama, dan akhirnya mereka mulai bersahabat. Yasa tahu tentangku, aku tahu tentang Yasa, dan kami berdua saling mengenal dari cerita-cerita Deva. Sayangnya aku tidak pernah benar-benar berkomunikasi dengan Yasa karena semenjak masuk SMA, aku dan Deva sudah sibuk dengan pasangan masing-masing. Baru beberapa hari ketika aku mulai sering bersama Deva dan Yasa, yang awalnya hanya saling tersenyum ramah antara aku dan Yasa, lama-lama mulai ikut saling bicara. Dan menariknya kami merasa tidak canggung dan lebih dekat, mungkin karena cerita-cerita Deva.

Deva tahu aku merasa nyaman kepada Yasa, tapi Deva tetap begitu memperhatikan perasaanku sehingga hari ini ia merasa perlu bertanya padaku untuk ikut dengannya nongkrong bersama Yasa di salah satu café favorit mereka.

"Mmm... Denada, kamu tau kan belakangan ini aku jarang ketemu sama Yasa. Dan hari ini aku mau nongkrong bareng Yasa di café favoritku sama dia. Meskipun kamu lebih suka pulang duluan, sekali ini, kamu mau ikut bareng aku?"

Saat itu aku baru saja membereskan rumah, dan kata Deva Yasa tidak berangkat ke sekolah, dia membolos karena ada masalah sama pacarnya yang satu kelas dengannya. Deva terlihat sekalii ingin membantu Yasa, tapi karena terlalu memikirkan diriku, belakangan ini dia lebih memilih menemaniku.

"Yaelah kayak sama siapa aja, udah sih kalo emang mau ketemu aku ikut juga nggak masalah."

Deva terlihat sekali menyembunyikan rasa senangnya ketika aku akhirnya memutuskan untuk ikut bersamanya. Akhirnya kami bertemu dengan Yasa di café yang telah dijanjikan. Sudah kuputuskan aku menyukai Yasa, dia adalah anak yang sangat menyenangkan, dan memang tidak seperti teman Deva kebanyakan, Yasa terlihat jujur ketika mengatakan pendapat dan perasaannya.

Pasangan bukan Pacar [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang