#8.3

341 30 0
                                    

Sesampainya di rumah, aku berusaha menganalisis apa yang tengah terjadi padaku dan Deva. Apa yang terjadi tadipun masih begitu terasa di seluruh tubuhku. Darahku masih berdesir, jantungku masih berdetak cepat, dan aku yakin wajahku masih merona. Aku mengingat setiap sentuhannya dan aku tidak bisa lupa dengan cara mata Deva memandangku. Jenis tatapan yang familiar, seolah aku pernah melihat tatapan yang sama tapi bukan dari Deva.

Butuh waktu sepersekian detik untukku memahami semuanya.

Tatapan Deva, cara ia mengalihkan obrolan tentang hubungan kami, tentang apa yang ia pikirkan tentangku. Tapi... apakah mungkin?

Sejujurnya selama ini aku tidak pernah memimpikan hal semacam ini. Tidak pernah terbesit dalam otakku yang ternyata hanya besar untuk pelajaran sekolah bukan untuk hal-hal semacam kisah asmara.

Hubunganku dengan Deva merupakan jenis hubungan yang sangat alami dan hampir semua kebiasaanku juga berputar pada Deva, sehingga selama ini aku lebih menganggap Deva sebagai kakak, pengganti Papa, dan sahabat. Rasanya aneh kalau menyamakan Deva dengan laki-laki yang pernah menjadi pacarku. Rasanya Deva selalu berada beberapa tingkat di atas mereka. Sehingga katakanlah, kalau dibilang sayang dan cinta, perasaanku pada Deva lebih dalam daripada perasaanku kepada orang-orang yang pernah menjadi pacarku. Itu adalah satu alasan kenapa aku tidak sanggup menyejajarkan Deva dengan mereka kalau itu adalah istilah dari 'pacaran'.

Hanya saja, belakangan ini memang aku merasa menginginkan hubungan yang baru dengan Deva. Berbeda dengan hubunganku yang sebelumnya, tapi juga berbeda dengan hubunganku dengan keluargaku. Dan aku masih belum bisa memberikan nama pada jenis hubungan seperti itu.

Ya, aku menyukai Deva. Aku sudah menyukainya sejak dulu. Aku menyukainya sebagai seorang kakak, sahabat, teman, dan bagaimana caranya melindungi dan memperhatikan, sesuatu yang sangat khas Deva sehingga aku yakin akan merindukannya kalau ia pergi dari sisiku. Perasaan senang ketika seseorang menembakku memang pernah kurasakan sebelumnya, perasaan berdebar yang kemudian disimpulkan sebagai perasaan suka. Perasaan senang karena seseorang mengaku menyukaiku, menyayangiku, begitu yang mereka bilang. Tapi memang perasaan seperti itu hanya muncul sesaat saja, dan beberapa kali aku sering merindukannya lagi dan lagi.

Bisa jadi itu menjadi alasan kenapa aku tidak pernah merasakan hal yang sama dengan Deva. Keberadaan Deva terlalu biasa bagiku selama beberapa tahun sehingga rasa rindu, suka, sayang, rasa berdebar menjadi sesuatu yang nyaris tidak pernah kurasakan ketika bersamanya. Hanya rasa nyaman dan senang.

Hingga belakangan ini, ketika aku menyadari bahwa aku merindukan keberadaannya, dan jika aku kembali membandingkan dengan apa yang mantan pacarku pernah lakukan padaku, kemudian aku bandingkan dengan apa yang Deva lakukan padaku, membuat perbedaan yang besar. Mendadak aku menyadari keberadaan Deva sepenuhnya, aku jadi mudah tersentuh, mudah rindu padanya, mudah merasa senang, dan inilah, kemudian aku sering merasa jantungku berdetak hingga wajahku merona jika menyadari bagaimana cara Deva memperhatikanku.

Lalu aku lupa apakah sebelumnya Deva juga memandangku seperti itu dan aku hanya lupa karena sudah menjadi dewasa?

Lalu pertanyaan berikutnyapun muncul.

Apakah itu artinya Deva menyukaiku? Atau itu hanya reaksi biasa dari Deva?

Hingga hari ini, dan beberapa saat tadi. 

Aku bisa menyimpulkan.

Kalau tatapan yang Deva berikan padaku, terutama bagaimana matanya terfokus pada hal lain selain mataku, membuatku berfikir, bahwa Deva menyukaiku lebih jauh dari itu.

Deva menyukaiku.

Menyadari hal itu membuat seluruh tubuhku bangun. Rasanya ada sesuatu yang terbentang di hadapanku. Mengenai hubungan lain antara aku dan Deva, walaupun aku tidak tahu apa namanya.

Astaga,

Dan ini adalah perasaan yang sangat berbeda dengan yang biasanya. Seolah aku sudah lama tidak melihat Deva, seolah aku sudah lama tidak bertemu dengannya hingga rasanya aku begitu merindukannya. Aku ingin melihat wajahnya, melihat kegiatannya, memperhatikannya dengan lebih seksama.

Lucu betapa aku selalu bersamanya selama ini dan tidak pernah benar-benar ingat adanya kesenangan memperhatikan Deva.

Dan perasaan tersebut muncul saat ini, kesadaran yang meluap seolah mengaburkan semua ingatanku tentang Deva dan mendorongku untuk mencari tahu kembali lebih jauh tentang dirinya.

Ya Tuhan.

Inikah rasanya jatuh cinta?

Dan setelah sekian lama aku melalang lintang ke semua laki-laki yang mengaku menyukaiku, bahkan ketidaksadaranku atas keberadaan Deva, semua kembali lagi ke pria ini.

Terbawa oleh perasaan senang tersebut membuatku tertidur pulas malam harinya. Aku memimpikan hal yang aneh tapi begitu mendebarkan dan menyentuh. Tidak sabar ingin bertemu hari esok dan mencoba untuk memulai ini semua kembali.

Aku hanya berharap bahwa Deva akan membalas perasaanku. Itu saja.

***

Ternyata tidurku tidak sepulas yang aku inginkan.

Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca, disusul dengan teriakan dan isak tangis.

Gagal untuk mencapai mimpi indah sebelumnya, aku mengambil bantal dan menutup telingaku kuat-kuat. Tidak akan kubiarkan kekacauan rumahku membuat rasa senangku pudar.

***

Pasangan bukan Pacar [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang