"Kau akan pergi?" tanya Li Wang pada Dayu.
"Latihanku sudah selesai."
"Kemana?"
"Wang Qing..."
Dengusan Xiaoshuai yang menguping memutus omongan Dayu.
"Kau selalu bersamanya belakangan ini." Xiaoshuai protes. "Kau makan siang dengannya. Di malam hari kau juga pergi dengannya."
"Apa kau mau ikut?" tanya Dayu menawari.
"Siapa yang mau," sambar Xiaoshuai cepat.
"Nah." Dayu melipat tangan. "Kalian selalu menolak meskipun aku sudah bilang Wang Qing tidak seperti yang kita bayangkan selama ini. Dia orang yang baik tapi kalian tetap menjaga jarak dengan dia." Dayu menyanggah.
Siapa yang tidak, batin Xiaoshuai. Wang Qing jelas-jelas menunjukkan dia hanya ingin bersama Dayu dan tidak menyambut ramah yang lain. Siapa yang mau dekat-dekat orang seperti itu.
"Tapi belakangan ini dia menyita waktu luangmu bahkan ketika kita janji nonton bersama kau malah nonton film itu dengan dia. Kau sudah melupakan kami." Xiaoshuai meneruskan protesnya.
"Oke, oke," Dayu bersalah. "Bagaimana kalau besok malam kita melakukan sesuatu bersama?"
"Apa?'
"Apapun aku pasti ikut," janji Dayu.
"Awas kalau kau ingkar." Xiaoshuai mengancam.
"Janji," pasti Dayu. "Tapi berhenti mempermainkan Wang Qing dan menyebar kebohongan." Dayu kembali mengingatkan Xiaoshuai yang nyengir teringat kejahilannya.
"Aku pergi sekarang." Dia melambai pada semua temannya.
"Kau seperti anak kecil." Guo Chen Yu berkata tanpa mengalihkan mata dari teks drama. Sekarang mukanya selalu menempel pada buku itu. Dia agak lambat dalam mengingat dialog dibanding yang lain.
"Apa maksudmu?"
"Bersaing dengan Wang Qing, memperebutkan Dayu."
"Aku benci Wang Qing." Xiaoshuai mengaku.
"Anak kecil." Guo Cheng Yu berkata sambil mengikat tali sepatunya dengan muka yang masih menempel pada buku yang dijepit di paha.
"Aku juga benci kau." Xiaoshuai mendorong buku naskah drama Guo Chen Yu hingga mengenai mukanya.
Guo Cheng Yu tidak peduli dengan perlakuan Xiaoshuai, meletakkan buku dan mengencangkan tali sepatu yang lain sambil bicara pada diri sendiri, "Jika seseorang punya pacar, seharusnyalah dia selalu bersama pacarnya."
"Siapa yang punya pacar?" sergah Xiaoshuai makin kesal. Dari semua temannya dia paling tidak tahan dengan Cheng Yu. Kata-katanya selalu mengandung kebenaran karena dia tipe yang mendengar dan mengamati. Dan dia tidak menyukai kebenaran yang satu ini.
"Tidak ada." Gou Chen Yu memasukkan bukunya ke dalam tas dan mengulurkan tangan pada Xiaoshuai. "Ayo pergi, nonton film yang kau mau."
"Hah?"
Guo Cheng Yu menarik Xiaoshuai berdiri. "Ayo nonton film yang ingin kau tonton dengan Dayu."
Xiaoshuai bimbang, "Tapi bagaimana dengan latihanmu?"
"Hari ini kita hanya latihan mandiri. Guru Li tidak datang."
"Tapi..." Xiaoshuai masih ragu-ragu. Dia tidak ingin Guo Cheng Yu melewatkan sesi latihannya meskipun hanya latihan sendiri. Diantara mereka Cheng Yu yang paling giat dan rajin karena dia yang paling merasa kurang berbakat. Meskipun dia mengeluh karena temannya itu tidak punya waktu luang untuknya akhir-akhir ini, itu sekedar omongan di mulut saja, hatinya seratus persen mendukungnya.
Xiaoshuai menatap Guo Cheng Yu berkata, "Aku akan membantumu berlatih di asrama nanti."
Guo Cheng Yu mengangguk, "Oke."-----------
Bunga-bunga di taman hati Wang Qing bermekaran. Cinta pertama yang dikiranya hanya dalam angan-angan dan mimpi menjadi nyata, membawa perubahan besar di dirinya. Dia jadi banyak melamun (tidak ada yang melihat perbedaannya karena selama ini dia juga bukan orang yang aktif), lebih sering senyum-senyum sendiri (membuat yang melihat menjadi ngeri merasa dia sedang membayangkan sasaran berikutnya), penampilannya menjadi lebih sendu (bagi orang lain lebih muram) dan yang paling penting jadi rajin ke kampus meskipun tidak ada kuliah, karena Dayu datang tiap hari untuk latihan (gangguan besar bagi teman sekelasnya yang merasa lebih tentram saat Wang Qing absen).
Jiwa seninyapun bergelora karena cinta. Dia menjadi sangat kreatif. Kaligrafi nama Dayu bermunculan di lembar-lembar buku pelajarannya, ditulis sebagus mungkin dari tulisan cakar ayamnya dan tidak lupa dihiasi dengan gambar love love kecil mengelilinginya. Belasan puisi yang terinspirasi oleh perasaanya pada Dayu telah tercipta, memenuhi buku catatan kuliah diiringi dengan kalimat wo ai ni, I love you, dan xoxo.
Belum lagi catatan yang berisi fakta-fakta tentang Dayu penuh dengan hal-hal baru yang ditemukannya, dan sekarang ditambahi dengan pendapat penting Dayu tentang dirinya. Seperti: hari ini dia bilang warna kulitku seindah susu, lalu tidak lupa sedikit bahasan, warna kulitku dan Dayu sungguh serasi, kemudian diakhiri dengan kiss emoticon. Di saat lain: dia bilang senyumku sangat manis, ahhhh, lalu blushing emoticon.
Hanya orang-orang tertentu yang tahu kalau di dalam diri pria tinggi besar ini terdapat jiwa gadis kecil. Seperti cangkang yang keras menutupi isi yang lunak. Bahkan Dayu perlu waktu yang cukup lama untuk mengenal sisi little princess Wang Qing.
Dan sore ini seperti biasa mereka menghabiskan waktu bersama. Mereka berbagi earphone mendengarkan musik dari playlist Dayu. Sebetulnya Wang Qing bisa meletakkan hanphone Dayu di speaker dock miliknya, tapi dia tidak ingin kehilangan kesempatan mengalami hal manis seperti ini.
Dayu memainkan game di handphone Wang Qing sedang Wang Qing sibuk mencuri pandang. Sejak mereka resmi pacaran dia makin tidak berani terang-terangan menatap Dayu, sinar mata Dayu membuatnya ingin memeluk dan menciumnya. Wang Qing tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk memulai sentuhan intim yang akan makin mendekatkan mereka. Apakah waktu beberapa minggu sudah cukup?
"Ada apa?" tanya Dayu merasakan kebimbangan Wang Qing.
"Dayu...."
"Ya?"
Ah mengapa susah sekali mengatakannya, Wang Qing mengeluh dalam hati.
"Apa yang ingin kau katakan?" Dayu mem-pause gamenya.
"Apakah boleh..... aku menggenggam .... tanganmu?"
Tanpa banyak cingcong Dayu mengulurkan tangannya meraih tangan Wang Qing. Dia bisa melihat wajah Wang Qing yang memerah tersipu, jelas-jelas menunjukkan kebahagian. Rasa tak enak menyelinap di hatinya. Dalam hidup Dayu benar dan salah sama dengan hitam dan putih. Baginya tak ada daerah abu-abu karena dia tak menyukainya. Kebersamaanya dengan Wang Qing membuatnya merasa memanfaatkan pria ini dan itu jelas salah.
Dayu menyandarkan kepala di bahu Wang Qing. Dia memutuskan untuk benar-benar mencoba jatuh cinta, apapun hasilnya (dia pesimis). Dengan begitu dia tidak merasa menipu karena toh sudah berusaha. Dayu mencari pembenaran.
Jika kemarin-kemarin Wang Qing hidup di gurun pasir yang kering, dan beberapa menit yang lalu turun hujan kecil, tak disangka-sangka sekarang dia kebanjiran. Kedekatan Dayu membuatnya bisa mencium bau samar shampo dan sabun yang menguar dari tubuhnya, membuatnya membayangkan bagaimana bau itu bisa menempel di tubuh Dayu. Tubuhnya kaku tegang dan jantungnya yang tadinya berdetak kencang kini berdentum-dentum.
Dayu benar-benar tak pernah bisa di duga dan tidak pernah memberi peringatan. Tangan satunya yang tidak dalam genggaman mengelus tangan Wang Qing.
Bulu-bulu di sekujur tubuh Wang Qing meremang tegak, dia melompat berdiri. "Kau mau minum?" tanyanya tanpa menoleh pada Dayu, secepat angin berjalan ke lemari es.
Wang Qing membuka pintu lemari es, menjorokkan muka ke dalam. Sial, sial, sial makinya pelan. Bagaimana dia bisa melepas kesempatan yang ditunggu-tunggunya berhari-hari. Kenapa dia tidak bisa menjadi lugu tanpa memikirkan hal-hal lain kalau berdekatan dengan Dayu. Pikirannya sungguh kotor, Wang Qing ingin menangis.
"Apa kau punya cola?"
"Tidak punya." Wang Qing menutup pintu lemari es. "Biar kubelikan dulu."
"Hei tidak usah," Dayu mencegah.
Dia mengabaikannya dan berjalan keluar, bergembira karena punya alasan untuk menenangkan diri sejenak. Beberapa menit kemudian dia pulang membawa cola dingin, snack dan majalah otomotif yang baru terbit. Dia duduk di samping Dayu, membolak-balik majalah otomotif.
"Kurasa aku suka yang ini..." Wang Qing menunjuk gambar mobil Ferari. "Lebih cepat dan ..." bla bla bla dia mengulas topik favoritnya seperti seorang pakar.
Dayu tidak memotong pembicaraan, dia mendengarkan Wang Qing dengan sabar. Tadinya dia mengira Wang Qing mirip dengan Guo Cheng Yu pendiam dan tidak banyak bicara namun kemudian tahu kalau Wang Qing sangat suka mengoceh panjang lebar. Anehnya Dayu tidak merasa keberatan mendengarkan pembicaraan ngalor ngidulnya.
"Jadi kapan kau akan membelinya?" tanyanya mengoda.
"Suatu saat jika aku sudah menjadi presenter terkenal. Aku ingin membeli mobil dengan uangku sendiri." Wang Qing serius.
"Pastilah saat itu mobil ini sudah tidak populer lagi. Kau harus mencarinya di pasar mobil bekas." Mata Dayu berbinar-binar oleh tawa yang tertahan.
Wang Qing tidak memperdulikan godaan Dayu. Dia mencuri pandang. Saat Dayu tidak melihatnya adalah saat dia memandangi Dayu.
"Oh ya besok aku tidak bisa kemari." Dayu teringat janjinya.
"Kenapa?"
"Aku pergi dengan Xiaoshuai dan geng. Sudah janji padanya. Teman-temanku bilang aku melupakan mereka. Kurasa aku terlalu banyak bersamamu."
"Kata siapa?" bantah Wang Qing. "Kau di kelas yang sama, pulang ke asrama yang sama, tidur, bangun pagi. Jika dihitung waktumu bersamaku lebih sedikit dibanding dengan waktumu bersama mereka."
Hubungan Wang Qing dan Xiaoshuai seperti pacar vs teman dekat yang tidak akur. Pacar jelas tidak suka kau menghabiskan banyak waktu nongkrong dengan teman lelakimu. Temanmu jelas kesepian dan terabaikan saat kau punya pacar melancarkan serangan balik.
"Kalau begitu kenapa kau tidak bergabung dengan kami?" Dayu membujuk. Dia ingin Wang Qing menjadi bagian dari lingkar dalam teman-temannya.
Wang Qing menggeleng, "Tidak ah." Siapa yang mau bergabung dengan Xiaoshuai yang selalu berusaha menguasai Dayu dengan terus-terusan mengajak bicara dan menarik perhatiannya seakan ingin menunjukkan kalau dia dan Dayu lebih dekat dan Wang Qing orang luar (Wang Qing dan Xiaoshuai jelas saingan).
Dayu mengangkat bahu, terserahlah.
"Apa kau jadi meminjam Braveheart....."
"Tentu," Wang Qing berjalan ke kamarnya mengambil film yang dipinjamnya dari rental. Dayu ingin menontonnya karena rekomendasi dosen.
Dia memasukkan DVD ke player lalu menyalakan televisi. Sambil menyetel suara dan subtitle dia mundur, duduk kembali di sisi Dayu.
Dayu membuka kantong snack yang baru dibeli, memasukkannya satu ke dalam mulut sebelum merebahkan kepala ke pangkuan Wang Qing. Mulutnya berkeriuk-keriuk pelan saat mengunyah. "Sebetulnya aku sudah pernah menonton film ini. Menurutku filmnya luar biasa. Tapi itu sudah lama sekali aku nyaris lupa ......" Dayu terus menguyah dan berkomentar.
Wang Qing menarik nafas panjang, mengapa hidupnya begini susah. Seharusnya kedekatan ini membuatnya bahagia tapi kenapa dia justru sangat sengsara. Ah, sulit menghadapi sifat naif Dayu karena pikiran bercabangnya, keluhnya tersiksa.------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Qingyu fanfic
FanfictionDalam hidup ini, hanya perlu waktu sekejap untuk jatuh cinta, namun apakah itu cinta sejati perlu waktu yang sangat panjang untuk membuktikannya. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun hanya hitungan sementara karena batas sebenarnya ada d...