Xiaoshuai menempelkan badan di meja, tangannya mengelus permukaan kayu dengan sayang. "Aku tidak percaya kalau aku bisa merindukan meja-meja ini."
Dayu menyarankan, "Kau bisa membawanya satu untuk kenang-kenangan."
"Apakah dijual?" tanya Xiaoshuai berminat. "Lihat yang ini ada banyak grafirannya, peninggalan masa lalu."
"Kalau kau mau kita bisa menanyakannya. Aku juga ingin satu jika dijual." Dayu menyukai ide souvenir dari masa kuliahnya. Apapun yang berhubungan dengan menyelesaikan pendidikan membuatnya emosional dan menginginkan sesuatu yang bisa mengingatkannya pada masa-masa muda tanpa beban.
"Ke bagian mana menanyakan itu?"
"Kurasa bagian inventaris sarana dan prasarana."
Li Wang yang mendengar celotehan tak bermutu dua mahluk ajaib itu berdiri. "Aku pergi sekarang." Jam janji temu bimbingannya sebentar lagi. Dia harus menunggu pembimbingnya di depan kelas sebelum mereka kabur dan pergi ke kesibukan yang lain.
"Kami juga pergi." Beberapa orang teman sekelas yang sama-sama menunggu juga bangkit.
"Hei jangan lupa nanti malam," teriak Xiaoshuai yang ditinggalkan berdua dengan Dayu mengingatkan. "Kita sudah lama tidak kumpul-kumpul, jadi jangan ada yang tidak datang."
Seseorang menjawab, "Katakan itu pada Dayu." Beberapa menyahuti setuju.
Xiaoshuai memeluk Dayu, "Dayu kau harus datang nanti malam. Kau sudah lama tidak ikut main bareng."
"Sorry aku tidak punya uang."
"Aku akan membayarimu kali ini."
"Sorry aku sudah punya janji."
Xiaoshuai menghela nafas, "Kurasa tidak punya uang hanya alasan."
"Aku betulan tidak punya uang dan aku betulan sudah punya janji."
Xiaoshuai melepaskan pelukannya tapi kedua tangannya tetap berada di bahu Dayu. Dia menatap Dayu, "Apakah sakit?"
"Apa?" tanya Dayu tidak mengerti.
Xiaoshuai menyentuh dagu Dayu. "Yang itu." Dia menunjuk bibir Dayu dengan bibirnya.
"Sedikit," jawab Dayu tidak ingin bohong. Dia sudah mengira teman-temannya pasti menyadari dan Xiaoshuai suatu saat pasti bertanya.
"Kau menyukainya? Sadis?" Xiaoshuai kembali memeluk Dayu.
"Hah?"
Xiaoshuai menyandarkan kepala di bahu Dayu. "Jangan membiarkan dia menyakitimu."
"Dia tidak menyakitiku." Dayu menenangkan sambil menepuk pundak temannya.
Seseorang menarik badan keduanya dan memisahkan mereka. "Jika ingin beradegan mesra sebaiknya lakukan di kamar asrama. Orang yang tidak tahu bisa mengira kalian pacaran. Ruang kelas ini kosong suara kalian terdengar cukup jelas."
"Fang Xin..." Dayu dan Xiaoshuai berbalik memeluk Fang Xin.
"Hey hey hey lepaskan." Fang Xin tertawa. Dia menarik kursi dan duduk di depan kedua kawannya.
"Ada urusan apa kau datang hari ini?" tanya Dayu.
"Bimbingan ...." Fang Xin terkejut, tangannya meraih dagu Dayu persis seperti Xiaoshuai, "Apa yang terjadi dengan bibirmu? Apa kau terbentur? Atau kau memakan sesuatu yang gatal dan bikin alergi."
Dayu menggeleng merasa lebih malu daripada saat Xiaoshuai bertanya.
"Seseorang membuat bibirnya jadi seperti itu. Berulang-ulang." Xiaoshuai mengadu. Saat dia ingin melanjutkan dia melihat kepala seseorang melewati jendela. Xiaoshuai menjadi gemas dan mengganti kalimatnya. "Apa yang kau harapkan dari laki-laki seperti itu?"
"Siapa?" tanya Dayu.
"Siapa lagi? Tentu laki-laki yang membuat bibirmu jadi dower."
Dayu diam tapi saat dua temannya menatap menuntut jawaban dia berkata apa adanya, "Apa yang kuharapkan darinya? Tidak ada. Aku tidak mengharapkan apa-apa."
"Apa kau tidak serius dengannya?"
"Apa hubungannya?"
"Apa kau tidak memikirkan masa depanmu dengan dia?"
"Masa depanku tidak ada hubungannya dengan ini." jawab Dayu tegas tidak mengerti apa hubungan bibirnya yang bengkak dan masa depan.
"Ah, kalau begitu kami tidak perlu khawatir tentang KDRT."
Dayu baru mengerti maksud temannya, "Kalian terlalu berlebihan." Dia melirik jam tangan yang digunakan Fang Xin. "Jam berapa sekarang?"
"Dua belas lewat lima. Apa kau ada janji?" Fang Xin sendikit kecewa. Dia ingin nongkrong dengan teman-temannya.
"Sepertinya tidak jadi, orangnya tidak datang-datang." Dayu memutuskan dan menulis pesan. "Nanti malam aku tidak bisa ikut tapi siang ini kurasa aku bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Qingyu fanfic
FanficDalam hidup ini, hanya perlu waktu sekejap untuk jatuh cinta, namun apakah itu cinta sejati perlu waktu yang sangat panjang untuk membuktikannya. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun hanya hitungan sementara karena batas sebenarnya ada d...