BAGIAN 27

1.7K 87 37
                                    

        Dayu menemani Xiaoshuai berbelanja di mall. Mereka sedang melihat-lihat perhiasan.
        “Dayu bagaimana dengan gelang ini?” tanya Xiaoshuai.
        “Bagus,” jawab Dayu serius.
        Mereka berdua mengamati gelang yang berukir. 
        Tiba-tiba telfon Dayu berdering. Dari dokter Huang.
        “Dokter,” sapa Dayu.
        “Dayu apa kabar?” suara dokter Huang terdengar.
        “Baik,” jawab Dayu. Dia menyingkir ke luar toko. “Dokter aku sudah menyelesaikan tugasnya.” Dayu melapor.
        “Jadi kau sudah menyatakan cintamu? Pada si Wang itu?” tanya dokter Huang.
        “Bagaimana dokter tahu kalau aku menyatakan cinta pada Wang Qing?”
        “Ah, Dayu jika aku tidak yakin di depan pelupuk matamu ada gajah besar yang belum bisa kau lihat apa mungkin aku menyarankanmu untuk mencari kebahagiaan dengan jatuh cinta. Mencari cinta itu pekerjaan sulit, lebih sulit daripada mencari pacar, suami atau istri. Jika aku tidak yakin tugasku itu mudah tidak mungkin aku memberikannya padamu.”
        “Oh.” Dayu terkejut, “Apa perasaanku begitu jelas?”
        “Sebening kristal. Dari sesi pertama pertemuan kita aku sudah melihatnya. Kurasa orang di sekitarmu juga melihat, kau seperti membawa pengumuman.” Dokter Huang terdengar menggoda.
        “Oh,” wajah Dayu bersemu merah. Dia membayangkan dirinya kemana-mana membawa spanduk besar atau lebih tepatnya papan reklame yang bertuliskan ‘Mencintai Wang Qing’. Papan neon itu begitu besar dan bersinar terang menyilaukan, bisa dilihat oleh semua orang kecuali dirinya karena papan itu tepat ada di atas kepala dan ikut bergerak menjauhi ruang pandangnya setiap kali dia mendongak.
        “Dayu apa kau masih mendengar?”
        “Ya dokter.”
        “Kapan kau punya waktu untuk bertemu? Aku ingin melihat perubahanmu. Kau pasti lebih berseri-seri dan tampan.” tebak dokter Huang.
        “Aku akan menemui dokter segera,” janji Dayu.
        “Dayu,” Xiaoshuai memanggil.
        Dayu melambaikan tangan menyuruh Xiaoshuai menunggu sebentar.
        “Baiklah, sampai ketemu nanti.”
        “Terima kasih dokter.” Dayu mengakhiri pembicaraan sambil menuju ke arah Xiaoshuai. “Apa kau sdh menemukannya?”
        Xiaoshuai mengangkat gelang yang berkilauan. “Bagaimana menurutmu.”
        “Apa matanya?” tanya Dayu pada pramuniaga.
        “Swaroski.”
        “Matanya hanya kristal tapi harganya mahal.” Dayu berkomentar sambil memandangi Xiaoshuai.
        “Karena ini rancangan desainer dan logamnya juga bagus dan dilapis emas.” Pramuniaga menjelaskan dengan sopan.
        Dayu melihat Xiaoshuai yang masih meneliti gelang tersebut. Xiaoshuai menoleh pada Dayu ragu-ragu.
        “Jika ini aku, kubilang harganya mahal. Dengan uang sebanyak itu aku lebih memilih yang kecil namun asli.”
        “Bagaimana?” Xiaoshuai bertanya tertarik.
        “Aku akan memilih anting yang kecil namun bermata berlian.”
        Xiaoshuai tercekat. “Berlian sangat mahal. Uangku tidak mungkin cukup.”
        “Yang kecil saja, kurasa harganya tidak jauh berbeda. Aku punya voucher discount yang didapat nenek ketika berbelanja sutra. Voucher itu untuk perhiasan dan jam tangan wanita, akan kuberikan padamu.”
        “Benarkah?” Xiaoshuai tak percaya.
        “Salah satu cabang tokonya ada di mall sini. Aku tahu karena pernah menemani seseorang berbelanja. Ayo ke sana.” Dayu menggandeng Xiaoshuai.
        Mereka berjalan ke luar toko masuk ke area dept store.
        “Kadang-kadang aku berpikir bagaimana majalah tetap eksis? Sekarang orang cukup mengakses internet untuk berbagai berita. Siapa yang masih mau membeli majalah?” Dayu tahu Xiaoshuai mencari uang dengan freelance di penerbitan seperti dia kadang bekerja sampingan di teater atau pertunjukan.
        “Tentu saja karena kau pelit kau bilang begitu. Tapi majalah lebih tahan lama. Untuk orang-orang yang ingin menyimpan kenangannya pada artis tertentu majalah lebih baik. Itu sebabnya mereka menggunakan banyak artis idola untuk cover dan liputan khusus.”
        Mereka sampai ke counter perhiasan yang ada di dept store.
        Pramuniaga menyapa mereka. “Selamat siang, ada yang bisa dibantu?”
        “Kami ingin melihat antingan,” kata Dayu.
        “Silahkan di sini.” Pramuniaga menunjukkan etalase sebelah kanan mereka.
        Mereka berdua menunduk mengamati.
        “Bagaimana dengan yang ini?” tunjuk Dayu.
        “Bagus juga. Bisa kulihat,” pinta Xiaoshuai pada pramuniaga. “Oh ya dan yang itu sekalian.” tunjuk Xiaoshuai pada antingan yang menjuntai panjang yang di ujungnya tergantung berlian kecil.
        “Bagus,” kata Xiaoshuai. Dia memeriksa harga keduanya mendekati. Pilihan Dayu lebih mahal sedikit tapi keduanya dua kali lipat dana yang disediakannya. Dia sangat ragu. “Dayu masukkah harganya?”
        Dayu mengangguk, untuk uang dia bisa berhitung cepat. “Kau suka yang mana?”
        “Tidakkah yang panjang ini lebih modern?”
        “Aku akan memberi masukan,” kata Dayu serius menatap Xiaoshuai, “Jika ini untukku karena aku membeli berlian untuk pertama kalinya aku akan memilih yang karatnya lebih besar.” Dayu menunjuk pilihannya. “Desainnya klasik, sepanjang masa.  Saat berada di telinga, orang akan melihat kilaunya. Yang kau pilih juga bagus tapi saat memakainnya orang akan melihat desainnya karena berliannya terlalu kecil. Antingan seperti ini banyak di luaran dengan harga yang jauh lebih murah tapi saat dipakai tidak ada beda antara yang murah dan yang mahal.”
        Pramuniaga itu memandangi Dayu kagum. Ya jika kau orang kaya orang akan tahu barang yang kau pakai itu berharga tapi jika kau orang biasa orang tidak bisa menebaknya, jadi ukuran berlian yang lebih besar lebih baik.
        Xiaoshuai setuju. “Kurasa kau benar aku pilih yang ini.”
        Dayu mengangguk, “Aku bisa membayangkan betapa anggunnya kakakmu memakai antingan ini.” Dayu beberapa kali bertemu dengan kakak Xiaoshuai. Lebih tua lima tahun dari mereka, sudah menikah. Cantik dan sangat menyayangi adiknya. Dayu tahu kalau setiap tahun Xiaoshuai membeli perhiasan untuk ulang tahun kakaknya. Karena itulah dia meminta voucher ini dari nenek.
        “Apa kau ingin membelikan pacarmu cincin?” tanya nenek curiga.
        “Yang betul saja,” protes Dayu.
        “Voucher ini untuk perhiasan dan jam tangan wanita. Jadi untuk apa kau mengambilnya jika kau tidak ingin membeli cincin untuknya.”
        Ibu yang ada di samping nenek membantu Dayu. “Ibu karena kita tidak menggunakan voucher ini, biarkan Xiao Yu mengambilnya dia pasti ingin memberikannya pada temannya daripada terbuang sia-sia.”
        “Iya aku ingin memberikannya pada Xiaoshuai.”
        Nenek memberikan voucher itu pada Dayu masih tidak percaya, “Hati-hatilah memberikan cincin jangan sampai untuk orang yang salah. Kau akan menyesal sepanjang hidupmu. Pernikahan tidak mudah harus dari dua hati yang bersedia terikat. Aku cemas hanya kau yang mencintainya….”
        Wajah Dayu memerah, kembali mengingat ucapan dokter Huang. Mungkinkah ke-ngototan nenek karena dia juga bisa melihat papan reklamenya? Dayu melirik Xiaoshuai dan baru menyadari kalau teman-temannya tidak pernah menanyakan hubungannya dengan Wang Qing tapi mereka bisa menebaknya (Dayu yakin dua pria bisa menjadi dekat tanpa ada yang bilang kalau mereka pacaran). Belum lagi Yue Yue yang meskipun memperingatkannya untuk hati-hati tapi tetap menyarankan dia menerima Wang Qing. Jika Yue Yue tidak yakin pada perasaannya, pasti Yue Yue melarangnya, karena Dayu tidak akan mendapat keuntungan apapun, malah yang ada masalah. Dayu yakin Yue Yue baik hati, tapi kepentingan Dayu tetaplah nomor satu. Ah, seandainya ada lubang Dayu ingin masuk dan menyembunyikan diri karena malu.
        “Ayo ke kasir,” ajak Xiaoshuai membuyarkan renungan Dayu.
        “Ini voucher untuk belanja. Bisa dipakai sampai akhir bulan.” Kasir memberikan kartu Xiaoshuai beserta selembar kertas kecil. “Berlaku untuk semua produk.”
        “Ya terima kasih.” Xiaoshuai memasukkan kartunya dan voucher itu ke dalam dompet.
        “Apa kau masih ingin berbelanja?” tanya Dayu berminat.
        “Aku sudah tidak punya uang lagi.”
        “Kalau begitu berikan padaku.”
        “Kau ingin membeli sesuatu?”
        “Iya ayo.” Dayu menarik Xiaoshuai ke bagian perlengkapan rumah.
        Mereka melewati handuk-handuk, lap, keset lalu sampai ke gantung bersusun.
        “Kau ingin membeli itu?” tanya Xiaoshuai, “Voucher ini begitu mahal.”
        “Apa kau sayang?”
        Xiaoshuai menggeleng.
        “Jadi aku boleh memakainya?”
        “Terserah kau saja.”
        “Thank you.”

Qingyu fanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang