“Kemana kita dari sini?” tanya Wang Shuo pada Wang Qing setelah mereka meninggalkan ruang kuliah. Seperti biasa dia menemani Wang Qing di kelas karena iseng dan tidak punya kerjaan.
Wang Qing melirik jam. “Aku ingin ke super market berbelanja.”
“Apa yang mau kau beli?”
“Persediaan dagingku sudah habis. Juga bumbu dan sayuran.”
“Hari ini kau masak lagi?”
“Bukan buat hari ini tapi buat besok pagi.” Wang Qing mengiyakan. Dayu sedang mengumpulkan data di sebuah teater yang mengadakan pertunjukan malam hari, jadi mereka mengganti waktu pertemuan menjadi pagi.
“Apa tidak repot memasak pagi-pagi.”
“Kau tidak tahu rasanya melihat orang yang kau sukai menikmati masakanmu.” Dari dulu Wang Qing hobi memberi makan Dayu dan memberinya makan dengan hasil masakan sendiri terasa sepuluh kali lebih memuaskan.
Wang Qing mengikuti Shuo. “Kau akan kemana? Apa bisa mengantarku berbelanja?”
“Tidak masalah,” kata Shuo. Dia sedang tidak punya kerjaan. Malam ini dia berniat tinggal di rumah karena Wang Zhen sedang dinas luar kota. Tapi jika temannya yang lain menghubungi mungkin dia keluar juga. Jadwalnya belum pasti, sesuai keadaan.
“Kau seperti istri yang baik,” goda Shuo.
“Aku lebih suka jadi suami.” Wang Qing tidak tahu malu.
“Kalau begitu apa Dayu jadi istrinya? Istri yang sibuk bekerja sementara suami mengurus rumah.” Shuo meneruskan godaan.
“Mengapa Dayu harus menjadi istri? Dia laki-laki. Dayu suamiku dan aku suaminya.” Wang Qing berkulit badak.
“Ahhh, benar juga,” Shuo tersenyum, “Tapi sejak kapan kau jadi suaminya? Kapan kalian menikah? Kenapa aku tidak diundang?”
Wang Qing mengabaikan godaan Wang Shuo.
“Kapan kalian menikah?” Shuo menekankan kata menikah sambil mengedipkan mata.
Wang Qing mengerti maksud Shuo dengan arti kata menikah yang satu ini. “Aku tidak akan bilang.”
“Oh jadi kalian sudah menikah?” Shuo ikut bergembira untuk prestasi temannya. “Selamat, selamat. Kita harus merayakan kemajuan ini. Bagaimana kalau kita mengatur waktu untuk merayakannya bersama Dayu dan Zhen. Kita harus bersulang anggur.”
Wang Qing memeriksa hp yang berbunyi.
“Dari suamimu?” tanya Shuo.
“Bukan,” jawab Wang Qing kembali memasukkan hpnya di saku.
“Hei Qing...” Shuo sangat tertarik, “Bagaimana rasanya? Apa kau senang?”
“Apa maksudmu?” tanya Wang Qing.
“Menikah dengan Dayu?”
“Kau ini, matahari masih terang tapi pikiranmu sudah macam-macam.” Wang Qing tidak marah tapi dia juga tidak ingin bilang pada Shuo kalau dia tidak memikirkan hubungan seperti itu. Wang Qing masih ingat apa yang terjadi di apartemennya, dia ingat raut takut di wajah Dayu. Dia tahu harus jalan pelan-pelan dan bersedia menunggu selama apapun, sampai Dayu datang sendiri dan mengizinkan bersama dengannya.
Belakangan ini banyak hal yang berubah, padanya dan pada Dayu. Dayu kelihatan lebih tenang dan pendiam. Mungkin karena dia sibuk dan hanya ingin fokus pada tugas akhirnya (walau kadang ada saat-saat hati kecilnya yakin Dayu menyimpan beban lain yang tidak dia ketahui), Wang Qing merasa Dayu selalu menghindari memperbesar masalah dengan sering kali mengalah atau tepatnya lebih berkompromi dan pengertian jika irama hati mereka sedang tak selaras. Hal ini mendesaknya untuk melakukan yang sama sehingga dia berusaha keras mengerem rasa cemburu dan berpikir panjang menganalisa persoalan sebelum menuntut dan menuduh. Hasilnya mereka tidak lagi banyak bertengkar.
Wang Qing juga merasa Dayu lebih sungguh-sungguh tentang hubungan mereka. Kalau dulu Wang Qing berpikir Dayu hanya main-main dengannya tapi sekarang sejak pertengkaran terakhir, dia lebih mengerti Dayu dan yakin hubungan ini menuju ke arah yang lebih serius, dan itu membuatnya lebih tentram. Dia tidak lagi terlalu khawatir dan ketakutan ditinggalkan. Nafasnya lebih lega, lebih longgar dan dia mulai bisa memberi ruang dan kepercayaan pada Dayu.
Jika Wang Qing ingin menyimpulkan hubungan mereka berdua naik ke level yang lebih tinggi dengan menjadi lebih positif dan dewasa.
“Apa kau lagi mengenangnya?”
“Sudah berapa lama kau tidak melakukannya?” Wang Qing balik bertanya tidak ingin menceritakan pikirannya.
“Apa maksudmu?”
“Pergilah ke club malam ini, seperti biasa taklukan gadis paling cantik yang memikatmu. Jangan penasaran dengan aktivitas ranjang orang.”
“Begitu?” Shuo mengangguk. “Kalau begitu malam ini aku akan mencari pria. Karena teman baikku tidak ingin berbagi pengalamannya, aku harus mengalaminya sendiri untuk tahu rasanya.”
“Orang gila.” maki Wang Qing. Shuo selalu penasaran dengan banyak hal, itu sebabnya dia lebih pintar dari orang manapun yang pernah dikenalnya. Tapi mencari pria sembarangan karena penasaran, bagi Wang Qing itu keterlaluan. “Jika kau ingin tahu rasanya. Daripada mencari orang yang tidak jelas kenapa tidak mencobanya dengan Zhen.”
“Ah kau benar juga.” Shuo merenung. “Tapi aku ingin menjadi yang di atas. Menurutmu Zhen mengizinkannya?”
“Jangan diteruskan,” kata Wang Qing tergelak, membayangkan Wang Zhen sebagai uke. Dia mengusap air matanya, “Oh, Tuhan kau benar-benar gila.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Qingyu fanfic
FanfictionDalam hidup ini, hanya perlu waktu sekejap untuk jatuh cinta, namun apakah itu cinta sejati perlu waktu yang sangat panjang untuk membuktikannya. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun hanya hitungan sementara karena batas sebenarnya ada d...