PART VI : Demon

1.8K 173 9
                                    

Karena mendengar bunyi mirip suara bom meledak, aku segera berlari menuju asal suara tersebut. Aku mengkhawatirkan Indri, apa mungkin bunyi tadi memiliki keterkaitan dengan keberadaan Indri saat ini. Entah tadi ia menghilang atau sengaja dihilangkan oleh sesuatu, atau seseorang?. Pikiran-pikiran itu terus bergerilya di dalam benaku. Hingga semua terjawab saat pintu toilet wanita kubuka. Gadis cantik dengan rambut cokelat tua berdiri mengahadap ke dinding kosong yang hanya terdapat retakan kecil di sana. Indri, dengan enggan menutup wajahnya dan menoleh pelan ke arahku, aku menghampirinya yang masih menangis bersama sayap putih yang menempel indah di punggungnya. Aku memeluk Indri dan membelai punggungnya dengan perlahan, "tenanglah Indri, dan cepatlah kembali ke penyamaranmu semula" Indri melepas kedua tangan dari wajahnya, lalu tersenyum manis ke arahku yang dengan tampang bodoh, menahan keterkejutan atas apa yang kusaksikan barusan.

☆ ☆ ☆

"Apa! Demon di Salazar ?" teriak Bintan yang dari tadi menguping pembincaraanku dan Indeng. Hal ini membantalkan rencanaku untuk membongkar siapa sebenarnya dan mengapa Indri harus menyembunyikan identitiasnya. Seorang pengganggu yang sama sekali tidak bisa memelankan suaranya, kini hadir di tengah-tengah percakapan yang penuh rahasia ini.

"Demon? apa maksudmu bodoh?"

"Aku mendengar kau mengatakan bahwa ada Demon di salazar?" pertanyaan Bintan membuat mahasiswa yang hadir di kantin saat itu, sontak kaget dan merapatkan posisi mereka kearah kami bertiga, "dasar Bintan kampret!" batinku kesal.

"Demon? benarkah? apakah kau melihatnya langsung? bagaimana bentuk mereka? apakah kau terluka?" mereka membombardir kami dengan pertanyaan yang tentunya tidak bisa kujawab sendiri. Toh, belum sempat Indri yang masih kelihatan trauma itu menjawab pertanyaanku, Bintan sudah terlebih dahulu memanaskan suasana di dalam kantin.

"Ee--itu---eee" hanya bunyi tidak jelas yang dapat kuproduksi saat itu, disertai sikut yang terus ku gesekan ke pinggang Indri agar ia mau menolongkun mengklarifikasi kata "demon" barusan.

"Mungkin kalian hanya berhalusinasi, tidak ada tempat seaman salazar di Allegion, bahkan dewan kota dan royal institue sekalipun" ada apa ini, dan dari mana ia datang. Taring mungil dan bola mata berwarna kuning yang menjadi bagian dari wajah pucat nan tampan ini, aku mengenalinya, ia Dipcy, vampire yang menolongku di kafe beberapa minggu yang lalu. Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganya. Apakah ini takdir.

"Hey girl! are you listening to me?"

"Iii----iiya---iyaa"

"Dan sejak perang sihir empatpuluh tahun yang lalu, tidak ada lagi aktivitas demon di Salazar" aku tidak mempedulikan sama sekali apa yang diucapkannya. Mataku dan segenap konsentrasi yang kumiliki, ku arahkan kepada wajahnya yang entah mengapa, membuat aku kesulitan bernafas.

"demon memang sudah tiada, tapi pendukungnya masih bergentayangan di penjuru negeri, iyakan ketua?" ka Wahyu kini bergabung bersama kami. Turut mengambil bagian dalam spekulasi yang diciptakan oleh Indri dan disebarkan secara tidak bertanggung jawab oleh si bodoh Bintan.

"Mungkin saja!" kulihat laki-laki yang bernama Dipcy tadi berusaha menyembunyikan raut wajah kesal, ia membalikan badan dan berusaha keluar dari forum yang entah kenapa membuat dirinya tidak nyaman.

"mungkin? aku rasa kau tahu konspirasi gerakan 'kiri' yang membuat si tua Freurbach terbunuh" sambung ka Wahyu sebelum Dipcy melangkahkan kakinya melewati pintu kantin.

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang