PART XXIII : Kembalinya sang Panglima

85 9 4
                                    

"Syukurlah kau sudah siuman, Scilla! kau pingsan selama delapan jam" itulah yang dikatakan kak Dedi saat aku membuka mataku. Anggota Libertarian juga hadir, berdiri melingkari ranjang tempatku berbaring dengan raut wajah panik serta ketakutan.

"Kenapa kalian semua berkumpul disini? apa sesuatu terjadi padaku?"

"Kau mengigau, lalu badanmu kejang-kejang. Bukan cuma gejala kurang sehat seperti itu saja, badanmu tadi melayang beberapa senti meter dari tempat tidur, dan sesekali berdiri tegak, tapi dengan mata tertutup. Kami bahkan tidak bisa mengembalikanmu ke posisi semula. Ada aurora pelindung yang menyerang kami saat mencoba menyentuh tubuhmu"

"Lalu apa yang aku katakan saat mengigau?"

"Kau meracau soal kebangkitan Balthazar."

"Itu bukan sekedar meracau kak. Memang benar demikian."

"Apa maksudmu? jangan bercanda, Scilla!"

"Saat kak Dipcy dan Abdy saling membunuh di dalam kubus" aku terdiam sejenak. Tanganku gemetar saat menyebut nama kedua orang itu. Cinta pertama, orang yang kukagumi yang akhirnya berterus terang tentang perasaanya padaku, baru saja dibunuh olah sahabatnya sendiri.

"Lalu? Lanjutkan, Scilla! Kita tidak punya banyak waktu menunggu mu. Kita sudah keburu  dihabisi Balthazar sebelum kau mulai bicara" teriak kak Dedy.

"Dedy hentikan! kau harus belajar berempati pada orang lain. Apakah kau tidak lihat kondisi Scilla saat ini?" kata kak Glory yang kemudian mendekat dan memeluk diriku, "Kau bisa melanjutkannya nanti jika sudah benar-benar sudah siap."

"Tidak kak, kak Dedy benar. Aku harus menyampaikan informasi yang sangat penting ini. Kematian akan sering mendatangi kita, sudah sewajarnya belajar untuk cepat mengikhlaskan," kataku membohongi perasaanku sendiri, "Aku melihat melalui pikiran Ariel dan Mikael Crown  dan tubuhku juga merasakannya. Ia megeluarkan Aurora Genesis dan menanggalkan Mikael Crown"

"Itu berarti hanya ada Balthazar dan aurora Exodus dalam diri putri Ariel?" tanya lord Johan.

"Lebih tepatnya, tidak ada lagi yang namanya putri Ariel, tidak ada lagi titisan Mikael Agung. Aku kehilangan koneksi denganya, seakan-akan ia telah lenyap"

"Sial! berarti tidak ada alasan lagi bagi Ariel untuk tidak membunuhmu. Dia tidak lagi berusaha untuk menyempurnakan Mikael Crown, karena sekarang ia tidak lagi membutuhkannya. Dasar! sama sekali tidak konsisten dengan cita-citanya" sambung Kak Dedi dengan nada tinggi penuh emosi.

"Sebenarnya, kitalah yang mengubah rencanya"

"Apa maksudmu?"

"Kita membunuh pria yang sangat dicintainya. Ariel menganggap ketidakmampuannya membunuhku adalah penyebab tewasnya kak Abdy, jadi kini dia meniadakan satu-satunya alasan mebiarkanku hidup"

"Kenapa tidak menghancurkannya sekalian?" tanya kak Dedi.

"Bodoh! Auorora Genesis milik dua malaikat agung tidak dapat dihancurkan oleh apapun, jadi bisa dipastikan Aurora milik Ariel dan Abdy tersembunyi diluar sana"

"Lah, Kenapa tidak bisa hancur?" Dedi ngotot.

"Kalau menyangkut Mikael dan Azazel, itu sudah perkara Ilahiah. Tuhan, semesta, awal, akhir dan mereka berdua akan selalu ada dan tetap walaupun jagat raya ini selalu berubah-rubah. Hal ini sudah ditanamkan pada kita saat balita, Ded"

"Ahaha aku hanya mengujimu, Glory." Dedi tertawa menahan malu akibat dikatai bodoh oleh teman perempuannya itu, "Apa lagi yang kau ketahui, Scilla?"

"Lord Rudolfo serta semua Angel dan bangsa lain sebelumnya bekerja sama dengan Balthazar, dibantai"

"Jadi sekarang dia bekerja sendiri, ya"

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang