PART XVIII : Sanguisuge

131 18 9
                                    

Author's POV

"Aku dengar kalian kembali memangsa manusia"

"Yah mau bagaimana lagi nak! pusat kota Allegion tidak lagi se ramah dulu. Illegal Vampire ataupun bukan, kita tetap dibantai. Tidak ada lagi tempat dimana kita harus menjadi baik agar bisa bersosialisasi dengan mahluk lain tanpa ingin meminum darah mereka"

"Hiduplah di pesisir, minumlah darah hewan sepuas kalian!"

"Bahkan pesisir bukan lagi rumah bagi Vampire, nak! bangsa kita dibuat takut untuk tinggal di tanah mereka sendiri. Redwings dan polisi sihir melakukan pembantaian besar-besaran"

"Lalu? kau jadikan alasan untuk menjadikan kembali vampire makhluk biadab?"

"Biadab berarti melanggar norma. Sedangkan norma telah tiada. Tatanan masyarakat telah runtuh. Kejahatan kini menang"

"Masih ada kesempatan, ayo kita galang persatuan!"

"Hahaha simbol perlawanan anti fasis telah lenyap. Ketuanya dibunuh. Selain aku, ketua komite sentral yang lain tidak bisa diharap. Abdi, sesuai kodradnya, kembali mejadi demon, lalu Lord Johan tidak bisa apa-apa karena the royal oath. Libertarian sudah tamat, nak. Para anggotanya kabur, kebanyakan werewolf telah berada di pihak Rocky, kau tahu mereka, mereka pengagum Azazil. Hampir semua Angel yang egaliter kembali rasis akibat ide-ide fanatisme yang digelorakan Rocky, mereka percaya bahwa merea satu-satunya yang pantas menguasai alam semesesta. Hanya Vampire yang berhasil menjaga bangsanya tetap satu komando, dan itu tidak muda"

"Kau menjanjikan kebebasan ? Tanpa aturan dan batasan? Ayah, apa bedanya kau dengan Rocky!"

"Aku lebih memilih menyelamatkan bangsaku daripada Allegion"

"Makannya kau mengizinkan vampire untuk memangsa manusia"

"Hanya itu kesempatan kita menang! Kita semua faham betapa cepat dan tangkas seorang illegal Vampire. Menahan diri hanya akan melemahkan kita"

"Kau faham konsekwensinya kan?"

"Iya, kecepatan lebih utama dibandingkan aurora dan sihir. Dari dulu kita memang tidak ditakdirkan untuk menjadi penyihir. Itu hak angel, yang karena belas kasihan michael, aurora dibagikan kepada bangsa lain. Seakan hal itu satu-satunya yang dapat membuat vampire menjadi kuat"

"Aku tidak setuju ayah! sama saja kita memperparah kondisi. Bukan hanya membiarkan kejahatan terjadi, malah kita ikut melakukannya"

"Vampire atau mati! Hanya itu!"

"Kalau begitu keluar dari rumahku" Dipcy membuka pintu kontrakannya sambil membuat gestur yang maknanya menyuruh ayahnya lekas beranjak.

Lord Liverstain tidak berdiri dari kursinya. Ia mengetuk-ngetuk meja makan dengan jarinya yang dipenuhi kuku-kukun tajam. Tangannya yang lain mengelus dagunya yang lancip sambil memberikan tatapan penasaran kepada anak sulungnya itu.

"Kapan terakhir kau melakukan sihir?"

"Apa maksudmu?" tanya Dipcy yang kembali menutup pintu. Setelah sebelumnya memastikan kalau penghuni kamar lain tidak lalu lalang didepan kamarnya saat ia bercakap-cakap dengan ayahnya.

"Pelankan suaramu. Ini wilayah human. Mereka tidak tahu siapa aku"

"Aku melihatmu, nak!" Lord Liverstain berdiri. Mendekat dengan tergesa-gesa ke arah anaknya hingga membuat Dipcy tersandar di pintu dengan ekspresi penuh tanya, "Saat di Alun-alun. Awalnya jauh dari panggung, sekitar tiga kilo meter, lalu tiba-tiba sudah berada di sisi gadis yang hampir di bunuh oleh Demon. Kau menyelamatkannya, tanpa disadari oleh mereka"

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang