PART IX : Mimpi

1.4K 143 2
                                    

Dia duduk di dekat perapian, gadis kecil dengan sayap mungil di punggungnya. Siapa? dan apa yang aku lakukan disini? di sebuah ruang tamu yang dinding-dindingya terbuat dari kayu. Aw kepalaku sakit. Apa yang terjadi, aku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang ada disekitarku saat ini. Hanya bertambah dua orang angel dewasa yang kini bersama gadis kecil itu. Yang pria memeluknya penuh kehangatan, sedangkan yang wanita membelai-belai rambut cokelatnya itu.

"Tok! Tok! Tok!"

"Whose there?" tanya pria yang setelah lama kucermati, rupanya dia adalah ayah sang gadis.

"Biar aku yang membuka pintu" pinta istrinya.

Ia menabrak tubuhku ketika ingin menuju pintu. Tidak terasa apa-apa. Hanya sakit kepala yang kian lama, kian sakit kurasakan. Mereka bertiga sama tidak menyadari keberadaanku. Perhatian mereka hanya tertuju pada pintu rumah mereka yang digedor dengan sangat kencang oleh seseorang diluar.

"Tunggu! sebaiknya aku yang membuka pintu, kau peluklah Ariel!" rupanya nama anak mereka adalah Ari3l. Nama yang cantik, ah bukan hanya sekedar cantik, tapi terus terngiang di kepalaku. Akal ini seperti mencoba memberitahuku bahwa aku pernah mendengar nama itu, entah.

Aku mengintip pula sosok yang menyambut kami ketika membuka pintu. Tapi tidak ada siapa-siapa, hanya derasnya hujan yang mengguyur basah teras rumah di gelapnya malam.

"Astaga! kau mengagetkanku dik!"

"Selamat malam kakak! senang bisa bertemu denganmu" sapa seorang pemuda yang secara ajaib telah berada di tengah-tengah mereka bertiga. Duduk santai dengan memangku kaki, "siapa yang kau tunggu? apakah mereka akan datang kesini malam ini, teman-teman pemberontakmu?"

"Jaga mulutmu dik, mereka adalah kumpulan cendekiawan yang luar biasa. Kontribusi mereka bagi Allegion tidak perlu diragukan lagi" jawab pria yang lebih tua. Sekarang ia duduk tepat di samping adiknya.

"Are you mad? mereka jelas-jelas menentang monarki"

"Iya memang benar"

"Benar? lantas mengapa kau setenang ini? Mereka bisa saja menikammu dari belakang"

"Ah tidak mungkin, ideologi mereka tidak mensyaratkan pembunuhan ataupun revolusi berdarah, apalagi kudeta. Makannya mereka lebih memilih mengirimkan perwakilan mereka ke dewan kota"

"Nah. Gila! apakah kau mengerti posisimu? apakah kau sadar siapa dirimu? kau sekarang terdengar seperti seorang Libertarian sungguhan"

"Aku malah berharap tidak terlahir di keluarga ini. Dan tanpa beban, aku akan mendukung pemerintahan demokrasi"

"Maka kau harus melangkahi mayatku dulu. Aku tidak sudi berbagi kekuasaan dengan bangsa lain, kita sudah beratus-ratus tahun menjadi pemimpin di negeri ini. Ini takdir kita, ini kehendak Tuhan" kini sang adik berdiri. Memasang kuda-kuda, tanda ia siap menyerang kakanya dengan mantra.

"Hey apa yang kau lakukan bocah? apakah dunia militer membuatmu jadi gila seperti ini? Duduklah! istriku akan membuatkan makanan kesukaanmu"

"Kau aib keluarga, darahmu harus segera di tumpahkan kakak"

"Apakah kau pikir bisa mengalahkanku, aku penyihir nomor satu di Allegion" ia sekarang menanggapi adiknya dengan lebih serius. Ia bergerak agar posisinya hanya berjarak beberapa senti dari adiknya, "bawalah Ariel ke kamar! dan tunggulah aku disana!" Istrinya dengan cepat segera melaksanakan perintah. Dalam pelukan ibunya, Ariel kini telah memasuki kamar, yang kemudian di kunci dari dalam.

"Iyaiya kau benar, aku hanyalah seekor cacing busuk jika dibandingkan dengan elang sepertimu. Aku tidak mungkin bisa mengalahkanmu kakak. Karena raja harus dilawan dengan raja"

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang