PART XIII : Lucifer

898 100 24
                                    

"Kau yakin di sini tempatnya?" Tanya kak Abdy padaku. Yang duduk manis di samping sosok setengah angel, setengah demon berwajah tampan dengan rambut panjang sebahu itu. Menunggu berjam-jam sambil membicarakan tentang diri masing-masing. Aku sadar ternyata si fallen angel, Azazel, Lucifer, bintang fajar yang menyetir mobil lamborgini berwarna biru miliknya ini, tidak se-menakutkan kisah-kisah dalam kitab suci atau manuskirp kuno.

"Iyaiya, pangeran Rocky mengatakan bahwa di desa inilah terakhir kali anak buahnya melihat Ariel" jawabku. Meyakinkan ka Abdy kalau perjalan kami ke desa yang berada di pedalaman hutan Allegion ini tidak sia-sia. Lagipula, ini semua idenya, dia yang ngotot untuk mencari informasi lebih cepat dan lebih dahulu dari kak Rocky mengenai sosok Indri dan alasan mengapa ia menyembunyikan identitasnya.

"Yep, kita sudah sampai!" desanya sepi penduduk. Hanya rumah-rumah kumuh, barber shop, bar, rumah makan dan beberapa toserba yang kelihatanya tidak nampak satupun orang di dalamnya.

Kami mengintip lewat jendela. Mengetuk pintu rumah, menelusuri tiap sudut jalan sempit di desa ini, tetapi tidak satupun nyawa kami temukan.

"Kayaknya tidak ada orang sama sekali. Mungkin anak buah pangeran Rocky salah memberikan informasi. Ayo pergi Lucifer!"

"Berhenti memanggilku dengan nama itu!" Oops, wajah senior satu ini memerah. Matanya ia buka hingga batas maximal, memandangku dengan sangat kejam. Dari ekspresinya terlihat bahwa ia tidak menanggapi perkataanku barusan sebagai lelucon.

Hahaha, jangan panggil aku Scilla, jika tidak membuat orang lain kesal dan marah. Semakin aku mengetahui apa yang membuat orang lain tersinggung, semakin aku ingin untuk melakukan atau mengatakannya. Dulu korbanku hanyalah sahabatku Bintan yang lemah dan udik, sekarang, aku, Scilla Feurbach, mampu membuat seorang titisan Azazel, penyandang gelar Supernova termudah ini, merasa kesal tidak karuan.

"Aku akan membunuhmu jika kau mengataknnya lagi !"

"Ampuuun! dan maafkan aku yang muliaah, ekhhhm, Lucifer yang agung!"hahaha ka Abdy tambah naik pitam. Ia mendekat ke arahku. Memaksaku untuk mundur dalam ketakutan dan perasaan gugup yang campur aduk. Kali ini ia tidak main-main. Ia mengeluarkan sayap raksasanya yang seukuran papan tulis. Membentang lebar di hadapanku.

"Hi hi hi"

"Why? kau takut anak nakal?"

"Hitam! hahaha kau punya selera yang bagus dalam memilih warna sayapmu hahaha"

"Dasar bodoh! Aku sudah memilikinya sejak dilahirkan"

"Oh iya aku lupa, kau adalah renkarnasi Lucifer, hahaha"

Kak abdy hanya menggelang kepala, menghela napas, dan menunjukan senyum yang kentara sekali dipaksakan. Haha rupanya benar apa kata orang-orang, dibalik penampilannya yang menakutkan, ia begitu mengasihi orang lain, apalagi jika itu berkaitan dengan seorang wanita. Padahal, jujur, aku tadi merasa takut bukan kepalang. Bahkan dengan hanya menggunakan aurora, ia dapat membuat nyali orang lain ciut.

"Scilla! Scilla! Scilla?"

"Yeah, what?"

"Are you dry dreaming?

"Nggak, aku hanya memikirkan sesuatu. Ada apa?"

"Aku mendengar suara keramaian datang dari arah sana. Ayo!"

kami masuk kedalam aula yang berukuran cukup besar. Aku memperhatikan sekeliling. Melihat satu per satu warga yang hadir di tempat ini. Ternyata desa ini adalah desa yang dihuni oleh bangsa Human, dan pada saat ini, aku dan ka Abdy berada di dalam balai desanya.

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang