PART XVII : Pengkhianatan

404 42 11
                                    

"Apakah kita aman di sini?" tanyaku setelah meneguk minuman bersoda yang kupesan di sebuah cafe kecil, ramai, bersama kak Dipcy.

"Iya, pusat kota Allegion, yang notabennya dihuni oleh werewolf dan manusia sekarang merupakan basis kekuatan Libertarian"

"Kau benar, simbol dan bendera kita terlihat dimana-dimana"

"Kita? baru sekali mengunjungi markas Libertarian, kau sudah menganggap dirimu bagian dari kami"

"Bir gratis untuk pahlawan pembebasan, Longlive Liberty and equality!" kata bartender yang merupakan Human itu, sambil menyodorkan satu lusin kepada kami berdua. Pelanggan lain turut meneriakan slogan andalan gerakan kiri tersebut diiringi sorak soray.

"Ahaha biar bagaimanapun kakekku pendiri gerakan ini"

"Jangan tersenyum!" kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulut kak Dipcy. Tawaku yang tadinya begitu keras dan tak terkontrol itupun seketika hilang. Berganti raut bingung penuh tanya.

"Kenapa?"

"Kau membuat jantungku berdebar"

Ia menatap wajahku selama beberapa detik. Lalu memaju mundurkan telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran kak Dipcy saat itu. Entah apa yang membuat ia tersenyum saat melihatku gugup atas perkataanya barusan.

Aneh, perlahan kursiku mendekat ke tempat ia duduk. Posisi kami yang tadinya berjarak setengah meter, kini hanya tinggal beberapa senti saja. Ia kemudian menggenggam tangan kananku dengan tangan kirinya. Kurasakan jemarinya begitu dingin ketika menyentuh kulit tanganku. Yah, tidak heran, dia vampire, bukan vampire biasa, tetapi vampire tampan dengan taring runcing mengintip dari ujung senyumnya yang manis. Bola matanya kuning, lebih terang dibandingkan lampu cafe yang remang-remang.

Tidak lebih dari semenit, tangannya kembali ke posisi semula. Ekspresinya berubah biasa. Tiada kata terucap, hanya mimik bersalah yang ada diwajahnya diikuti tarikan nafas panjang kemudian, simsalabim, ia memulai topik yang sama sekali tidak ada hubungan dengan apa yang ia lakukan barusan. Tersenyum, menatapku penuh kasih lalu menggenggam jemariku, apa arti itu semua? Apakah hanya permainan baginya? ah aku lupa, kak Dipcy dekat dengan seorang gadis werewolf yang entah seperti apa hubungan mereka. Tapi kenapa, sejak mengenalnya, rasa cemburu, perhatian serta sentuhan-sentuhan itu, kupikir ia memiliki perasaan yang sama denganku, dan betapa bodohnya aku, kupikir tadi adalah adegan ketika ia akan mengatakan bahwa ia menyukaiku.

"Hmmm dasar hidung belang!" spontan aku mengatakan itu padanya. Ia diam, alisnya mengkerut. Lagi-lagi ia menghembuskan napas panjang, dan seperti tadi, ia mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak nyambung dengan apa yang kukatakan barusan.

"Dewan kota sudah kita kuasai"

"It's good, lalu?" akhirnya aku mengalah. Merespon topik yang digunakannya untuk menghilangkan rasa canggung, atau mungkin, menutupi sikapnya yang brengsek.

"Mengangkat profesor Adam menjadi pimpinan dewan kota merupakan kesalahan terbesar Rudolfo. Secara tidak langsung, Libertarian menguasai dewan kota"

"Apa perubahan yang paling mungkin dilakukan dengan posisi saat ini?"

"Bukan mungkin, tapi sudah dilakukan. Profesor Adam memulai petisi fift-fifty untuk segala bentuk kebijakan Allegion. Raja 40% dan dewan kota 60%. Petisi tersebut telah disetujui di dewan kota, you know lah .."

"Mayoritas senator adalah anggotan Libertarian"

"Smart Girl!" Ia membelai kepalaku sesaat setela mengatakan itu. Dasar laki-laki brengsek. Rupanya memang ia sengaja. Memainkan perasaan wanita tanpa ada keinginan untuk memilikinya.

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang