PART XIX : Limbo

175 15 11
                                    

Author's POV

Pria tampa rambut berjalan di tengah padang gurun yang tak bertepi. Sesekali ia berhenti untuk menarik nafas panjang dan beristirahat sejenak. Tidak ada keringat karena cuaca tidak panas seperti di gurun pada umumnya. Langitnya hitam dan tampak selalu mendung, anehnya sudah dua minggu ia berada di sini, tetapi tidak pernah turun hujan. Begitu pun Sungai, laut atau setidaknya kubangan air kecil saja, tak kunjung ditemukan.

"Di mana sebenarnya aku ini?" pertanyaan yang selalu ditanyakan Profesor Adam sebelum ia mati karena kelelahan.

Ia bangun setelah tidak sadarkan diri selama 1 Jam. Kembali seperti semula saat pertama kali datang ke sini. Beberapa hari sebelumnya, ia bukan hanya mati karena kelelahan, melainkan oleh hal-hal mengerikan. Di makan ular raksasa, terjatuh ke dalam jurang, dikeroyok oleh mayat hidup, bahkan beberapa kali ia membunuh dirinya sendiri karena stres berada di sini. Di tempat antah berantah tak berpenghuni dan penuh makhluk menakutkan yang tidak mampu ia hadapi tanpa Aurora.

"Aku seharusnya sudah mati dan menjadi Cahaya" teriak profesor Adam kepada kehampaan, "Aku merasakannya, sabit milik Abdy menembus jantung ku dari belakang, ah dia bukan Abdy. Abdy adalah mahasiswa ku yang baik dan penurut. Lucifer yang membunuh ku, seorang Demon, bukan Abdy"

"Auuuuuuuu"

"Lowongan serigala? apalagi ini" benar saja apa yang barusan di dengan Profesor Adam. Diterangii cahaya Rembulan merah yang remang-remang, terlihat serigala berkepala tiga perlahan mendekatinya.

Tak perlu memastikan lebih jauh sosok yang akan menyiksanya kali ini, profesor Adam lari tunggang langgang sambil berteriak minta tolong. Kulitnya pucat, kaki dan tangannya gemetar. Berbeda dengan profesor Adam yang dikenal banyak orang sebagai penyihir supernova, yang sebanding dengan 10 anggota royal institute, kali ini ia lebih mirip bocah ingusan yang lari ketakutan saat kedapatan mencuri uang orang tuanya. Sekaliber ketua Liberatrianpun menjadi pengecut di sini.

Setelah berlari ratusan meter, profesor Adam berhenti. Senyum bahagia terlukis di wajahnya yang keriput. "Aku sadar, aku belum mati, aku disini berserah pada siksaan tangan kiri Tuhan, yang Mulia Azazel yang Agung"

Serigala tadi secara ajaib berubah menjadi pemuda tampan dengan sweeter turtle neck hitam dan anting-anting salib terbalik di telinganya, terselip diantara rambut hitamnya yang panjang sebahu.

"Sayap?" profesor Adam mendekat pada pria misterius itu, memegang sayap hitamnya yang sebesar papan tulis, "Syukurlah ini sayap gagak, bukan sayap kelelawar" 


"Maafkan aku profesor!" Abdy memeluk profesor Adam. Air mata mengalir deras hingga membasahi pundak rektornya itu.

"Tidak apa-apa Abdy, aku tidak pernah menggap dirimu yang telah membunuhku. By The Way bisakah kita mencari tempat istirahat. Aku lelah berlari, ditambah selalu mati dan hidup kembali. Mungkin kau bisa menceritakan kepadaku tentang tempat ini.

Abdy membawa profesor Adam ke sebuah tenda sederhana. Atap kain disanggah oleh empat tiang yang terbuat dari bambu. Dua bua obor besar dan cahaya bulan purnama merah menjadi penerang mereka.

"Aku kira Limbo ini hanya mitos?"

"Limbo ini disediakan Tuhan untuk menghukum makhluk berdosa sebelum bisa menjadi Cahaya"

"Dan penyiksaan yang kau maksud ditugaskan kepada Azazel sebagai tangan kiri-Nya?"

"Kau benar Profesor, jika Mikael melakukan tugas mulia Tuhan seperti kehidupan, cinta dan rahmat, maka Azazel sebaliknya"

"Pekerjaan kotor Tuhan, hukuman, bencana dan kematian" sela profesor Adam, "pelajaran dasar sejarah Angel Kuno, tapi tidak disebutkan soal Limbo".

Feel My MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang