□08. Teman gila.

3.4K 179 0
                                    

Bagian delapan

Satu macem doang kok.

-
-
-
-
-
-
-

Bagi Livia, memiliki teman seperti Ratna, lebih banyak menanggung malu. Seperti saat ini, baru menyebut nama Afkar saja, cewek itu sudah seperti kebakaran jenggot. "AFKAR? NGAPAIN?"

Livia heran, kenapa ya dia bisa tahan berteman dengan Ratna. Jika dihitung dari kelahirannya saja, Ratna dan Livia hadir di dunia di waktu yang sama. Maka, pertemanannya sudah lebih dari 17 tahun. Tapi, kenapa Livia tidak pernah berpikir untuk mencari teman baru? Padahal, Ratna itu bukan teman yang menguntungkan. Bikin dompet menangis sih, iya. Setiap ke tempat makan, cewek itu selalu minta gratisan. Belum, kalau minta antar belanja ke minimarket, Ratna sudah pasti minta upah. Lima es krim harus berada ditangan Ratna saat itu juga.

Bikin bangkrut, emang.

Tapi memang, begitu pun Ratna adalah orang yang bisa diajak serius maupun becanda. Ratna tidak pernah salah menempatkan posisinya. Jika Livia sedang bahagia, sudah pasti cewek itu ikut bahagia. Lalu, saat seperti ini, Livia yakin Ratna akan mengasihaninya. "Ketemu. Didepan rumah lo. Kaget gue."

"Terus? Lo nggak diapa-apain kan?"

"Nggak. Gue cuma ketakutan aja. Lo yang paling tau gimana gue saat dipermainin sama Afkar."

"Ih, lagian ngapain dia bisa disini sih? Bukannya dia lagi sekolah di Singapura?"

"Nggak tau, gue. Lagi libur kali."

Ratna mendengus. "Harusnya lo balik kerumah gue. Ngapain ngomong sama dia?"

"Gue udah suruh dia pergi, nek. Tapi tuh orang keukeuh pengen minta maaf sama gue."

"Sialan emang. Gampang banget ya orang minta maaf. Lagipun, kenapa baru sekarang? Harusnya dia minta maaf pas ninggalin lo. Sekarang mah maaf juga udah basi. Lo juga udah lupa kan."

"Gue sih Rat, nggak masalah dia mau minta maaf kapanpun. Niat dia juga baik kan? Tapi masalahnya, gue yang masih belum siap maafin dia." Livia menerawang. Mengingat kembali bagaimana kehidupannya setelah ditinggal Afkar begitu saja. Bukan hanya malu, Livia merasa direndahkan. Semua orang di sekolah tak habis untuk menghujat, meremehkan dan membicarakannya yang tidak-tidak. Semua itu, hanya karena perbuatan Afkar. Disaat Livia membutuhkan dukungan, semua orang menjauhinya. Dengan alasan, Livia benar-benar orang yang memalukan. Seakan-akan Livia-lah yang mengemis cinta pada Afkar. Maka dari itu, Afkar memutuskan hubungan dengannya saat baru berjalan selama dua hari.

"Terus? Afkar? Dia nggak ganggu lo lagi, kan? Kayak ikutin lo sampe kerumah gitu?"

"Nggak. Soalnya, gue dibawa pulang sama Kak Alya."

"Tapi, bisa aja dia tetep ikutin lo. Dia kan---"

"Nggak, ada Arga juga. Jadi dia nggak mungkin berani kayak gitu."

"APA?!"

Livia meringis. Tersenyum tipis saat melihat semua pengunjung kantin, menatap aneh mereka berdua. "Biasa aja dong."

"Nggak biasa ini tuh. Hot news tau nggak?"

"Berisik nek, nanti ada yang denger."

IMPOSSIBLE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang