Bagian sembilan belas
Arga, kapan kita sama-sama lagi?
-
-
-
-
-"Eum, ngomong dong! Jangan diem aja."
Ratna tidak tau apa yang paling canggung didunia selain saat ini. Sebenarnya, semuanya tetap sama. Berkumpul di kantin saat istirahat dengan anggota lengkap. Namun, yang membuat canggung adalah Arga dan Livia. Entah kenapa, sejak putusnya mereka, Arga dan Livia tidak saling berbicara. Itulah yang membuat suasana canggung setiap harinya.
Sudah seminggu sejak putusnya mereka, Ratna maupun yang lainnya tidak ada yang berani membicarakan hari itu. Faktor pertama karena putusnya mereka disebabkan orang ketiga, lalu Livia yang sepertinya begitu membenci Arga. Sebenarnya tidak perlu ke Livia yang memang sudah jelas, dirinya-lah yang hanya sahabat Livia, sudah benci setengah mampus pada Arga. Memang ya, cowok itu kalo tidak membuat cinta, ya membuat patah hati.
"Yud, nggak ada tebak-tebakan lagi nih?" Widya dengan segala usahanya kembali mencairkan keadaan seperti semula. Putusnya Arga dan Livia sebenarnya tidak membuat keadaan begitu canggung seperti ini, namun aksi dan reaksi mereka yang membuat situasi dan kondisinya menjadi berbeda. Widya sangat mengerti dengan perasaan Livia karena dirinya pun berada ditempat kejadian. Yang tidak pernah terpikirkan olehnya adalah Arga. Mengapa cowok itu menjadi brengsek? Jika memang sudah mencintai yang lain, bukannya lebih baik jujur pada Livia dan ya, memutuskan hubungan mereka. Dengan begitu Livia tidak akan merasa dikhianati.
"Nggak ada, stok udah habis."
Naura tertawa kaku. "K-kok bisa habis sih? Coba cari di gudang."
Yudha seketika melotot. Menatap sinis pada Naura. "Lu kira tebak-tebakan itu sembako?"
Naura seketika sadar apa yang baru saja dirinya ucapkan. Ah, begini nih kalau sudah gugup melihat wajah garang Livia dan wajah dingin Arga. Untung saja wajah-wajah mereka tak mengandung pisau didalamnya. Sudah mati Naura jika memandangnya terlalu lama. "Maaf-maaf. Nggak fokus tadi."
"Raf?"
"Hm.."
Ratna berdehem. Tanya tidak ya? Tapi rasa penasaran dibenaknya makin bertambah jika tidak bertanya sekarang. "Alvian itu sepupu lo kan?"
Sebenarnya sudah sebulan yang lalu Ratna ingin menanyakan ini. Saat itu, Ratna bertemu dengan Alvian-Alvian ini saat duduk santai ditaman komplek. Saat itu Alvian terlihat tampan sekali dengan hoodie hitam dan celana jeans yang dipakai cowok itu. Lalu, tiba-tiba Ratna ingat bahwa cowok itu mirip sekali seperti yang ada di foto yang terpajang dirumah Rafa saat Ratna dan teman yang lain bermain di rumah cowok itu. Ratna juga tau nama cowok itu Alvian dari Rafa.
"Iya, kenapa emang?"
"Boleh minta nomor whatsapp atau id line-nya, nggak?"
"Buat apa?"
"Buat mesen kue," Ratna mendengus. "Ya buat apa kek, kepo lo!"
"Lo kayak gitu malah nggak gue kasih."
Ratna terdiam. Dalam beberapa detik, Ratna langsung mengubah ekspresi wajahnya. Secantik dan seimut mungkin. Bahaya, jika Rafa tidak memberikan apa yang dirinya mau. Makin lama Ratna bisa mendekati Alvian itu. "Boleh ya Rafa? Ya, ya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE✔
Teen FictionBersama dengannya, adalah suatu ketidakmungkinan. 📍31082018