Secangkir kopi hangat terpadu dengan rintik air dari langit senja itu. Awan kelabu memadu pada pekat kepahitan atas tenggakan demi tenggakan minuman pereda pilu. Rindu penghujung tahun yang tak pernah usai dalam hitungan waktu. Banyak aksara memaksa menjelaskan tentang kepedihan ini. Alhasil, setiap insan justru terjebak pada kenangan masa lalu yang memikat kuat. Rindu, rindu, rindu. Aku, aku, aku ingin dirimu. Rasa ialah suka sedang rindu ialah luka. Tiap orang pecinta kenangan akan terjerembab kembali pada lembah putus asa yang terus membuainya hingga mendapat nestapa kedua. Lalu, Apa yang membuat orang suka kenangan? Ya, karena mereka tak bisa menerima apa yang telah terjadi. Ya, karena mereka masih ingin pergi ke sana lagi. Lalu, mengapa mereka juga membenci kenangan? Tentu pula, karena kepahitannya melebihi secangkir kopi. Juga karena luka yang masih menganga, makin parah, bahkan tak tau kapan reda. Gerimis kenangan membius hati-hati orang tersakiti juga menghipnotis pikiran orang-orang yang tak mau pergi dari masa silam. Inilah gerimis mengiris yang tak pernah diceritakan secara detail oleh logika serta rasa. Kenangan biarlah dikenang. Walaupun lukanya meradang tak kunjung hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
L D R(Lupa dengan Rindu)
RandomKarena setiap orang akan merasakan luka yang sama. Kamu, pembaca di sana. Selamat datang pada catatan kecil tentang luka. Berharap kamu akan baik-baik saja dan perihal anggapanku bahwa setiap orang merasakan luka yang sama itu salah. Kalaupun itu t...