Terjebak Rasa

74 2 0
                                    

Masih terjerat benang kusut perpisahan hubunganku dengan dirinya. Meraba apakah kisah yang sama terulang kembali untuk kesekian kali. Rasanya enggan, terlebih fakta memilukan. Dia hanya terobsesi memilikiku, memenangkan keegoisannya saja tanpa peduli perasaan siapa yang dibuatnya campur aduk.

Dia masa lalu. Waktu kelabu yang membuatku mengenal bagaimana indahnya sebuah perhatian. Namun juga menelan rasa pahit akan sikap yang tiba-tiba saja menyakitiku tanpa permisi.

Move on. Aku masih mencobanya selama dua minggu terakhir. Entah lega atau luka yang semakin nampak. Pastinya, melupakan memang permasalahan pilu setiap orang. Aku pun demikian.

"Ah, sial!" pekiku menjamah ponsel yang bergetar di atas meja.

Pesan singkat? Dirinya? Cinta pertamaku di bangku sekolah menengah atas? Seketika buyar lamunan tentang mantan kekasihku. Seluruh fokus tertuju pada laki-laki yang tengah mengirimiku pesan singkat.

'Hi, Fin!'
Selama beberapa detik mata ini menerawang. Ada apa gerangan hingga dirinya memulai sebuah percakapan lagi?

Aku membalasnya singkat 'Hi, Hen'

Tak sampai jengah menunggu, dia membalas. Benarkah ini dirinya?

'Apa kabarmu, Fin? Sudah lama tidak berjumpa'

Kubalas secepat mungkin, mencari tau sebuah kebenaran tentangnya.

'Aku? Aku baik. Bagaimana denganmu?'

Sejam...
Dua jam...
Tiga jam...

Bosan. Ya, aku tau dia hanya sekilas menyapaku saja. Bagaimana bisa mengharapkan orang sepertinya? Itu salah satu hal terbodoh yang pernah aku pikirkan. Lagipula terdengar seperti sebuah pepatah bagai pungguk yang merindukan bulan. Dulu pun begitu, kukira dia naksir aku. Ternyata, mendekat karena terpesona dengan teman sekelasku. Lalu sekarang, terpikat dengan siapa dirimu?

'Belum masuk kuliah?'
Dia bertanya dalam pesannya.
Aku mendongakan kepala sesaat lalu menatap ponsel kembali.

'Belum. Minggu depan masa orientasi dimulai. Kenapa?'

Dia telah membaca. Mengetik dengan sangat cepat seperti terburu ingin tau.

'Benarkah? Bisakah kita bertemu? Beritahu aku kalau kamu sudah di sana'

Memikirkan jawaban, terpaku memandang lurus sembari menopang dagu.

'Apakah kamu juga diterima di universitas di kota itu?' jawabku.

Membaca. Aku tersenyum melihatnya.

'Ada beberapa kepentingan di sana. Jangan lupa untuk mengabariku sesampainya kamu di sana, Fina'

***

Duh come back dengan cerita baru hehehe.
Selamat menikmati yaa. Doakan part selanjutnya jauh lebih panjang dari ini.
Seeyou....

L D R(Lupa dengan Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang