Don't Be A Fool(Part VIII)

83 5 0
                                    

Pov ketiga

Hawa ketenangan menyelimuti daerah ini. Burung-burung nampaknya tengah riang dengan nyanyian senja. Permadani langit telah tergelar apik menampakkan keindahan alam tiada tara. Guratan merah saga memenuhi sore itu. Tidak ada pembicaraan pokok antara ketiga orang yang tengah beradu tatap.
Apakah yang tengah mereka pikirkan?

Bersya membuang pandangan ke jendela mobil, mengamati jalanan yang kian jauh dari kebisingan. Berbagai bunga menghiasi. Sungguh kolaborasi warna yang memukai. Tak henti-hentinya gadis itu berdecak kagum. Di sisi lain, Jack mengetahui isi pikiran gadisnya. Semburat senyum simpul tertera pada wajah rupawannya.

"Suka?" ucap Jack menghentikan ketegangan.

Reya dan Bersya menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Keduanya masih terdiam menatap mimik Jack yang penuh pertanyaan.

"Semua wanita suka bunga, kan?" sahut laki-laki itu.

Reya mengangguk, "Tentu, Nak."

Jack menyilangkan kedua lengannya, "Ibuku adalah pecinta bunga. Jadi aku meminta para pakar bunga menyusunnya seperti ini. Aku ingin ada secercah kebahagian setiap kali ibuku pulang ke rumah."

"Benarkah? Kamu pasti sangat menyayanginya, kan? Dan ya, Ibumu juga membalas kehangatan kasih sayangmu, kan?" jawab Bersya antusias.

Reya menatap putrinya lekat.

"Bersya sayang, setiap Ibu pasti sangat menyanyangi anaknya. Dan seorang anak pasti juga menyanyangi ibunya," kata Jack penuh senyum merekah.

"Begitukah? Tapi, hal itu tidak terjadi di antara aku dan nyonya," sinis Bersya.

Semua kembali terdiam. Hening seketika.

"Apa kalian suka pantai?" tanya Jack mencoba mencairkan suasana.

Bersya mengangguk dengan semangat.

Jack mengacak-acak rambut gadisnya sembari terkekeh sesaat, "Rumahku dekat pantai. Kamu bisa berlama-lama di sana."

"Oh ya, Nak. Siapa nama ayah dan ibumu?" sela Reya.

"Aku akan memperkenalkannya setelah sampai di rumahku, Bu," tutur Jack lembut.

"Baiklah," Reya menimpali.

***

"Sampai!" Jack menuntun Reya dan Bersya menapaki jalanan.

Sungguh kekaguman yang tak bisa didefinisikan. Rumah dengan kolam renang pribadi super besar di bagian depan. Tata letak yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Rumah yang sangat modern menampakkan sisi glamour dan elegan secara bersamaan. Tidak salah lagi, dia memang Jack. Jack si pebisnis muda. Reya hampir tak percaya jika Bersya benar-benar kekasih si orang kaya raya ini. Namun, sekarang semua sudah jelas. Bahkan, nampak didepan mata.

Dalam hitungan detik, para pelayan berjajar rapi menyambut kedatangan Tuannya, Reya, dan Bersya. Jumlah mereka bahkan puluhan. Semua memang sudah direncanakan Jack sematang mungkin untuk kedatangan Bersya, kekasihnya.

"Anda sangat beruntung,Nona. Anda adalah gadis pertama yang menginjakkan kaki di kediaman asli Tuan Jack. Bahkan, mungkin orang pertama yang dijamu secara khusus," kata salah satu pelayan.

"Apa maksudmu?" Bersya kebingungan.

"Tuan Jack memiliki banyak rumah. Tapi, rumah ini spesial. Inti dari yang lain. Tempat di mana tidak ada seorang pun boleh masuk kecuali anggota keluarga inti dan para pelayan yang sudah dipercaya," jelas pelayan itu.

"Anda pasti orang yang sangat berharga bagi Tuan," sambung pelayan itu pada Bersya.

Semua mengiringi langkah kaki Bersya dan Jack menuju ruang utama, meninggalkan Reya yang pergi ke toilet terlebih dahulu. Di sana, berdiri tegap seorang pria tegap nan tampan bersama wanita cantik yang memiliki keteduhan sorot mata. Tak lupa adik Jack, si junior yang mencoba mendekati Bersya saat bertemu di perusahaan kakaknya beberapa hari lalu.

"Keluarga Eduarda?" ucap Bersya dengan mata berbinar.

"Senang berjumpa denganmu, Bersya" sahut wanita itu menggenggam tangan Bersya.

"Kamu mirip dengan orang yang kukenal," sahut ayah Jack dengan tawa kecil.

"Hey!  Apakah kalian tidak mengerti? Jack merebut gadisku ini!" ketus junior itu.

Semua terbahak bersama.

"Kamu datang bersama ibumu, kan?" tanya wanita itu lagi.

"Ehm-ya. Dia sedang di toilet," sahut Bersya agak kesal.

"Oh ya, Selamat ulang tahun," ucap Nyonya dan Tuan Eduarda silih berganti dengan pelukan kecil.

Bersya merasakan kehangatan dalam keluarga ini. Sungguh keluarga yang sempurna.

"Mari kita ke ruang makan. Kami tidak akan membiarkan tamu sampai kelaparan," sahut Ibu Jack tersenyum simpul.

Semua berjalan sangat lancar. Kebahagian ketara dalam wajah keluarga Eduarda dan Bersya.

"Bagaimana dengan hari pertunangannya?" Jack akhirnya mengungkapkan hal itu.

Bersya tertohok.

Tuan Eduarda tertawa, "Kita akan membicarakannya setelah Ibu dari Bersya ada di sini. Bersabarlah, Jack."

Tak selang beberapa lama, wanita itu datang, "Selamat malam..." tiba-tiba suaranya tercekat.

Tuan dan Nyonya Eduarda bangkit dari tempat duduknya. Amarah selama belasan tahun sudah mencapai puncaknya. Tanpa pikir panjang, Reya melangkah maju menuangkan segelas air pada kepala Tuan Eduarda. Tak hanya itu, tamparan pun mendarat di pipi kirinya.

Jack, Bersya, junior itu, dan seluruh pelayan kebingungan.

"Jadi alasanmu meninggalkan diriku hanya untuk harta warisan orang tua wanita ini Tan?" bentak Reya.

"Tan?" batin Bersya. Nama itu ada di beberapa lembar buku harian Reya.

"Ini memalukan, Bu. Cukup sudah membuat kehidupanku hancur!" teriak Bersya.

Reya berpaling, mendaratkan tamparan yang sama pada Bersya, "Hancur? Apa yang kamu tahu dari kata hancur?"

"Apa yang sebenarnya terjadi?" pekik Jack.

"Dia adalah pria yang meninggalkan kita, Bersya. Dia ayahmu yang selalu engkau rindukan. Si pengkhianat yang kabur setelah mendengar kata harta. Dia mencampakanku belasan tahun lalu saat tengah mengandung dirimu. Dia membuatku hancur. Dia membuatku hancur berkeping-keping," jelas Reya dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

Bersya terjatuh ke lantai, mukanya merah padam, "Jadi, ayah bukanlah orang yang baik? Jadi dia adalah pecundang ini? Laki-laki yang membuat kehidupanku dan ibuku menyedihkan?"

"Dia orangnya. Dia si Tan Bohr yang telah berganti nama dengan nama Eduarda!" ketus Reya.

Air mata Bersya berlinang hebat.

"Jack jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Jangan pernah datang padaku lagi. Aku berterima kasih untuk semuanya. Terutama anda Tuan Eduarda. Terima kasih sudah mengacuhkan putrimu ini," Bersya bangkit menggenggam pergelangan tangan Reya begitu kuat. Mereka berjalan keluar dari rumah itu.

Tubuh Jack gemetar, "Dia wanita yang membuat ibu menangis dulu? Kenapa harus dia, Bu! Kenapa harus dia, Yah!  Ini tak adil. Mengapa harus aku dan Bersya yang menerima kesalahan kalian? Mengapa kami yang menerima karma kalian!" teriak Jack murka.

Jack berlari secepat kilat mengikuti gadisnya. Dia belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta selain dengan Bersya. Hanya gadis itu satu-satunya yang mampu memikat hatinya. Jack tak bisa terima. Laki-laki itu tak bisa menerima untuk kehilangan Bersya. Tidak akan pernah bisa.

"Bersya!" ucap Jack sengan napas tersengal.

"Berhenti! Jangan ikuti aku! Aku membencimu!" tutur Bersya dengan mata sembabnya.

"Kenapa harus kita!" ucap Jack kuat-kuat.

***

Ehem-ehem cek cek satu-dua-tiga.

Maapkan saya para readers atas slow update yang kebangetan. Tapi, sekali lagi jangan pernah bosen baca LDR yawww.

Di next chapter bakalan ada kehebohan lagi nihh. Jadi tunggu ajaa selanjutnyaaa.

Happy reading 😍❤

L D R(Lupa dengan Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang