Don't Be A Fool(Part I)

296 9 0
                                    

Hai, dunia! Apa kabarmu? Aku hanya ingin menyampaikan keadaanku yang baik-baik saja tanpa sandiwara. Apakah hanya aku, seorang gadis bodoh di sini yang sadar dengan kepahitan realita? Tidak, aku pun yakin seantero jagad raya ini mengetahui betapa mengenaskannya dunia yang seolah-olah menjadi diorama menakjubkan penuh kepalsuan. Tapi, adakah yang mau meninggalkan hiruk-pikuk kebisingan ini seperti diriku? Mungkin ada atau mungkin tidak. Aku tidak ingin memastikan apa yang tak seharusnya kupastikan. Oh ya, masalah dunia ini, aku hanya mengingat sepicis saja. Yah, aku tak secerdas itu untuk menyimpan begitu banyak memori dalam otakku. Yang kutahu, aku pernah terluka. Terluka karena merelakan jiwaku pergi bersama jiwa orang lain.Mempercayai seseorang lebih dari apapun juga. Kata sesal jengah kuucapkan setiap malam menjelang tidur. Terkesiap mendengarkan lantunan lagu lara pengiring mimpi.
Bersya, apa yang kau lakukan! Ah sudahlah, diriku sendiri tak tau mana kalimat yang pantas diucapkan pada orang orang lain. Lagi-lagi di sini, aku hanya memiliki kesendirian, penyesalan, sakit, keegoisan, juga kesenyapan. Bisakah aku keluar dari ini semua? Tidak! Bersya Neils telah hilang. Tenggelam dalam kepedihan cinta yang tak semanis kelihatannya. Soal cinta? Maaf untuk hal yang tak sepatutnya kuulas. Tentu kalian sudah muak kan mendengar kata itu? Atau beranggapan 'ah, cinta membuatmu seperti ini? Benar-benar gadis bodoh.'
Yap, kau lupa perkataanku? Aku sudah mengungkapkan kebodohan yang aku miliki, bukan? Dan orang-orang selalu mencercaku, bertanya selalu 'Bersya si dungu! Siapa yang telah membuatmu seperti ini? Apa laki-laki pujaanmu itu pantas kau elu-elukan hingga seperti ini?'
Kalian tau apa yang aku pikirkan saat celotehan itu terlontar? Aku sesak, tersenyum sinis pada setiap orang yang mengatakannya. Kau tau mengapa ini semua begitu menyesakkan bagiku? Karena, mati rasaku oleh cinta. Kebahagiaan semu yang tiada faktanya. Seperti Ayah yang meninggalkan ibu begitu saja hanya untuk bersama wanita itu. Apakah baginya ibuku hanya sebuah pelampiasan yang dengan mudahnya dilepaskan? Haruskah aku tetap diam? Melihat laki-laki itu, setengah dari nyawa ibuku pergi begitu saja? Tentu aku diam. Namun, sang tokoh utama tak sadar telah merenggut senyum merekah serta kasih sayang ibuku. Apakah Tan Bohr si laki-laki angkuh itu akan mengembalikan binar mata ibuku? Pendusta! Dia tidak akan kembali walau sekejap saja.

***
Brasilia,Brazil, August 2nd 1996

"Sedang apa kamu di sini, Chuchuzinho?" ucapnya yang masih terpaku pada mesin ketik kesayangannya.

"Tak apa. Hanya saja aku ingin bertemu denganmu," balas gadis itu tersenyum tipis sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Bagaimana siaranmu hari ini, Nona cuaca?" kata laki-laki itu melirik gadis di hadapannya.

"Bem como usual," dercaknya lemah.

"Reya, semua baik-baik saja?" sebuah tangan mendarat tepat di kening gadis yang tengah menatap laki-laki itu lesu.

"Tentu, Tuan Bohr," cerutunya.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya penuh kegelisahan.

"Hm, cinta pertamamu," gadis itu mengedikkan bahunya.

Laki-laki itu merebahkan tubuhnya ke sofa. Menatap gadis di sampinya penuh kasih, "Tenanglah. Bukankah dia hanya masalaluku?"

"Masa lalu yang berkemungkinan menghancurkan hubungan kita di masa depan. Terlebih, dia mantan istrimu yang telah memberikanmu keturunan," jelas gadis itu lagi.

"Apakah aku seperti itu? Bisakah Nona Reya mempercayaiku sekali saja? Dan mengapa tiba-tiba pemikiran itu terlintas di benakmu? " desis kekasih Reya.

Reya, gadis itu masih mengerucutkan bibirnya. Menatap penuh harap pada Tan Bohr, kekasihnya. Mereka bertatap, diam tanpa kata. Mengalihkan pandangan pada langit-langit.

Tan membelai rambut Reya, kemudian bangkit meninggalkannya. Banyak tugas yang harus diselesaikan. Semua tulisannya masih setengah matang. Tan kehilangan ide tiba-tiba. Perkataan Reya membuatnya terbungkam, hening.

Udara di luar sana tak bisa mengalahkan kepanasan hati Reya. Musim dingin meninggalkan kecemburuan bagi gadis itu. Akankah si cinta pertama Tan kembali hadir? Perasaannya campur aduk.

Pagi tadi, wanita itu menghampiri Reya. Menangis tersedu di hadapannya. Menggendong seorang anak laki-laki yang berusia kurang lebih satu tahun. Peduli? Reya tentu prihatin. Namun, perihal Tan yang berhubungan dengannya bukan salah Reya kan? Gadis itu hadir setelah perceraian terjadi. Setelah semua usai.

Reya termenung, mengamati Tan yang duduk memunggunginya. Dia tak bisa melepaskan laki-laki itu. Hatinya sudah tertaut kuat dengannya. Reya takkan membiarkan hubungannya kandas begitu saja. Hati gadis itu bergejolak. Memastikan semua akan baik-baik saja. Tan miliknya. Dan selalu seperti itu.

***
*Chuchuzinho: panggilan kesayangan untuk kekasih.
*Bem como usual: sebaik biasanya

L D R(Lupa dengan Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang