Don't Be A Fool(Part III)

188 6 0
                                    

Mengapa cinta hadir begitu saja? Karena cinta mengandalkan rasa bukan logika

-Reya Neils-

***
Brasilia,Brazil, Oct 23th 1996

"Tan, di mana kamu!" seru Reya dengan suara yang menggema.

Untuk yang pertama kalinya Tan tak berada di balik mesin ketiknya. Waktu bahkan baru menunjukkan delapan malam. Tapi, sepertinya laki-laki itu menghilang ditelan bumi. Reya kebingungan, sebelum dia pergi ke sesi pemotretan pagi tadi, Tan nampak berbeda. Dia sama sekali tak mau bicara, diam tanpa kata. Apa Tan meninggalkannya sendiri?

Reya menyusuri setiap inci dari rumah. Ada yang ganjal, puluhan burung origami berjajar rapi hingga halaman belakang. Listrik padam seketika dia tak dapat melihat apapun, ketakutan, biasanya Tan langsung memeluk gadis itu dalam suasana seperti ini. Reya takut gelap-sangat takut.

Tunggu, perlahan pencahayaan mulai membaik, Reya membelalak, mengamati kekasihnya tepat di hadapannya, tersenyum begitu menawan, senyum yang keindahannya tak bisa terelakkan. Tan di sana, dengan puluhan lilin kecil mengelilinginya. Dia membawa seikat bunga garbera merah dalam jumlah sangat banyak, Reya berjalan pelan, semakin mendekat. Gadis itu menyadari suatu hal sekarang. Lilin-lilin itu mengejutkan Reya. Mengapa? Karena disusun menjadi sebuah kalimat 'will you marry me'.

"Apa ini?" tanya Reya masih tak percaya.

Tan berjalan mantap menggenggam rangkaian bunga untuk kekasihnya itu. Pandangan mereka bertemu, senyap sesaat. Jelas terlihat binar mata Reya penuh kebahagiaan, dia berlari dan Tan menangkapnya dalam pelukan laki-laki itu.

"Sekarang, jangan pernah terlihat gusar, Nyonya Bohr," ucap Tan mencubit pipi Reya yang bersemu merah.

"Aku tak menyangka dengan semua ini, Tan. Kamu tau? Aku sangat bahagia," sahut Reya antusias.

"Ser meu para sempre," jelas Tan yang membuat Reya makin tersipu.

"Eu faço,Tan," jawab Reya dengan senyum lebarnya.

***
Brasilia, Brazil, Sept 28th 1997

"Apa salahku, Tan?" tanya Reya yang masih berlutut.

"Tidak ada. Aku adalah orang yang patut dipersalahkan pada kasus ini," jawab laki-laki itu datar, tatapannya nampak kosong.

Pipi Reya mulai basah, dadanya begitu sesak, "Bukankah pernikahan ini hampir berlangsung setahun? Apakah rasamu sudah hilang padaku, Tan? Apa karena aku belum memberikan keturunan padamu? Apa salahku,Tan?" jawabnya terisak.

Tan membungkuk, "Cukup, Reya! Jangan membuatku semakin kikuk seperti ini. Kamu tahu benar bahwa cintaku padamu sangat dalam. Tapi, aku harus kembali. Aku harus menebus dosaku."

Reya bangkit, memukuli laki-laki di hadapannya tanpa ampun, "Lalu bagaimana denganku? Tidakkah kau merasa berdosa menyakitiku seperti ini!" sentak Reya.

Tan berbalik, berjalan dengan wajah pasrah menjauhi Reya, "Ini bukan keinginanku. Harusnya aku mendengarkannya terlebih dulu. Maaf sudah membawamu sejauh ini, Reya."

"Jangan pernah kembali! Kamu adalah pengkhianat! Kamu adalah pendusta! Di mana perginya semua kata manismu untuk bersama denganku selamanya!" bentak Reya.

Keadaan berbalik 180 derajat. Apa yang membuat Tan seperti itu pada Reya? Apakah sudah hilang semua cerita bahagia mereka? Tidak bisakah Tan kembali?

Daun-daun berguguran diterpa angin. Jatuh berserakan tak menentu. Seperti hati Reya yang sudah hancur berkeping-keping, tak beraturan jatuhnya di mana. Tak ada darah yang keluar namun sakitnya seperti dihunus pedang, telak pada jantung Reya, tertancap begitu dalam. Reya tidak akan bersua dengan orang itu lagi. Tidak akan pernah. Baginya, Tan telah mati, juga tidak ada lagi kenangan tentang laki-laki itu. Semua akan dimulai dari awal. Reya tak mengenal siapa itu Tan atau apa yang pernah terjadi antara dirinya dengan Tan. Semua berakhir.

***

*Ser meu para sempre: jadilah milikku selamanya

*Eu faço: ya tentu

L D R(Lupa dengan Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang